Pada akhirnya aku memilih mundur. Bukan karena rasaku sudah gugur. Tapi karena diriku yang sudah hancur. Penolakanmu membuat duniaku lebur.
*****
"Thanks Ryc," ujar pria berpawakan bule itu dengan senyum yang menghiasi bibir tipis merah jambu miliknya. Rycca menatap rumah besar berwana putih itu. Gadis itu tersenyum dan mengangguk.
"Udah ketemu, 'kan? Pulang yuk Ryc," ajak Kafin.
"Kamu pulang naik apa?" tanya Daxton lembut.
"Bareng gue!" jawab Kafin sewot.
"Nggak! Gue naik taksi aja," sela Rycca. Kafin bungkam. "Gue balik Dax," pamit Rycca. Namun langkahnya terhenti saat Daxton menahan lengannya.
"Boleh pinjam ponsel kamu?"
Rycca nengernyitkan alisnya. Gadis itu memberikan benda pipih itu kepada Daxton. Pria itu tersenyum manis dengan menerima ponsel Rycca. Ia mulai mengotak atik posel Rycca. Lalu mengembalikannya.
"Nanti kalo sudah pulang kabari aku ya," pinta Daxton lembut. Pipi Rycca merona seketika, sedetik kemudian langsung mengangguk malu. Lalu berlalu begitu saja. Kafin menatap Daxton tajam. Melewatinya dengan angkuh.
"Bule modus!" sinis pria itu penuh penekanan. Daxton terkekeh pelan.
"Kamu harus bedakan antara modus dengan berusaha Bro," balas Daxton disela-sela kekehannya.
"Jangan pernah deketin Rycca lagi!" ancam Kafin penuh penekanan. Daxton hanya tersenyum sinis.
"Cuma sekedar mengingatkan, sekarang kamu bukan siapa-siapanya lagi," tegas Daxton dan berlalu masuk ke rumahnya. Kafin diam tak bisa membalas ucapan Daxton. "Oh iya, cuma mau kasih tahu. Jadi mantan jangan terlalu posesif, bikin risih aja." Daxton kembali memasuki rumahnya.
Daxton masuk ke dalam rumahnya. Gadis manis berambut panjang itu langsung berhambur ke pelukan pria bule itu.
"Daxton, I miss you so badly," ucapnya seraya memeluk erat tubuh Daxton.
"Kakak aku bisa kehabisan napas!" gadis itu langsung melepaskan Daxton dan tersenyum manis, menampakkan lesung pipinya.
"Ups, sorry brother," jawabnya. "Kenapa lama banget pulangnya?"
"Aku tadi tersesat," jujur Daxton.
"Lah kok bisa? Terus siapa yang antar kamu?"
"Ya bisa aja, kakak lupa kalo aku udah lama nggak tinggal di Indo?" Gadis yang dipanggil kakak itu hanya berohria.
"Terus siapa yang antar kamu ke sini?" tanyanya lagi. Daxton tersenyun penuh arti.
"Tuan Puteri cantik sama satu Algojo posesif," jawab Daxton disela senyumnya. Membuat gadis itu mengernyit bingung. Daxton menghayal!
****
"Ryc, ayo pulang sama gue aja," pinta Kafin berkali-kali namun Rycca tak kunjung mengindahkan permintaan Kafin.
"Enggak Fin! Lo pulang sendiri aja!" kesal gadis itu.
"Tapi kaki lo masih sakit. Ayo gue antar." Kafin masih bersikeras. Rasa khawatir kini tengah berlabuh di hatinya.
"Gue masih bisa jalan kok."
"Tapi Ryc--"
"Stop, Fin! Sehari aja jangan gangguin gue!" gadis itu berteriak di depan wajah Kafin. Sontak Kafin diam membeku. Kehadirannya tak di harapkan gadis itu. Entah mengapa hati Kafin rasanya berdenyut nyeri. "Gue mau sendiri, gue nggak mau ada lo."
Kafin menunduk lemah.
"Maaf kalo kehadiran gue kayak benalu di hidup lo. Nyusahin, bikin kesel, dan nggak guna." Kafin berujar dengan getirnya. Lalu pria itu menatap intens gadis di depannya. "Mungkin lo bener Ryc, keputusan lo tepat buat sendirian daripada harus bersanding sama cowok brengsek kayak gue. Gue mundur, semoga lo bahagia ya." Kafin memaksakan senyumnya. Senyum yang menyiratkan kepedihan yang mendalam. Kafin berbalik badan, dan berlalu.
Mungkin ini saatnya untuk mundur. Memberi ruang untuk hati agar beristirahat. Bukannya rasa ini sudah padam. Hanya saja lelah selalu memaksa untuk mundur. Dan Kafin benar-benar berada di titik lelah saat ini.
Lelah dengan semua penolakan.
Lelah dengan hubungan tanpa status.
Lelah menunggu sebuah kepastian.
Lelah memperjuangkan yang sudah pergi.
Dan lelah mempertahankan semua ini.
Mundur mungkin akan mengikis rasa lelahnya. Semoga saja ia juga bisa menaburkan bahagia untuknya.
Rycca menatap Kafin. Kenapa pria itu jadi emosi seperti itu. Saat ini Rycca kesal dengan Kafin karena insiden di kantin tadi. Melihat Kafin dan Annisa sangat mesra di hadapannya. Gadis itu menghembuskan napas kasar. Kenapa Kafin malah balik marah dengannya? harusnya Rycca yang marah! Tapi Rycca siapanya?
Kini hubungan mereka semakin rumit karena perihal kesalahpahaman. Dan keduanya sama-sama egois. Yang satu menuntut untuk selalu menjaga hati walau tak memiliki ikatan hubungan, dan yang satunya lagi lelah menjalani hubungan yang terbilang konyol itu.
****
Kafin kini berada di meja makan, menikmati santap malam dengan keluarganya yang tidak terbilang utuh. Seperti biasa, hanya ada Oma, Kayra, dan Kafin.
"Mendung amat muka lo Dek, padahal lagi terang bulan," cerca Kayra setelah meneguk habis air mineral miliknya.
"Kamu kenapa Fin?" kini Oma Kafin yang mulai gelisah saat melihat cucunya tak ada lagi gairah untul hidup.
"Rycca Oma..." jawab Kafin lesuh. Kafin tak pernah bisa berbohong pada Omanya. Bahkan wanita paruh baya itu mengetahui secara detail lika-liku perjuangan Kafin untuk mendapatkan Rycca kembali.
Kayra meledakkan tawanya mendengar jawaban Kafin.