The Bad Couple

Relia Rahmadhanti
Chapter #58

57. Keluarga Danadyaksa

Di luar ia terlihat periang, humoris, dan murah senyum. Namun, itu hanyalah bentuk kelabuhannya untuk menutupi kerapuhan di dalam sana.

*****

Sudah seminggu lebih, Kafin dan Rycca mejalani hidup masing-masing. Tak saling bersapa, berkirim pesan,buat onar, serta tawuran. Mungkin hanya sesekali bertatap muka, lalu keduanya memilih bungkam, membuang muka, dan berlalu dengan arah berlawanan.

Bel istirahat sudah menggema beberapa menit yang lalu, Rycca dan teman-temannya sudah berada di stand khusus milik mereka. Gadis itu tampak lahap memakan somay dengan minuman kesukaannya, jus jambu. Bahkan ia tak peduli dengan kebisingan di sekitarnya. Kecuali, Kafin dan Annisa yang selalu makan bersama saat jam istirahat. Tepat berada di hadapan Rycca, namun gadis itu mencoba untuk tidak peduli. Apalagi mengenai rumor Kafin berpacaran dengan Annisa, masa bodoh! Lama kelamaan ia bisa terbiasa tanpa hadirnya Kafin. Walapun, kadang rindu datang dengan tak tahu malunya mengetuk pintu hati Rycca. Toh Rycca sudah memiliki Daxton untung menjadi teman ceritanya. Tapi jika boleh jujur, Daxton sama sekali tak bisa mengganti posisi Kafin di hati Rycca.

Gadis itu terkesiap ketika seorang pria berparas tampan dengan beberapa luka lebam menghiasi paras tampannya. Itu Kafin.

"Nanti pulang sekolah, lo ikut gue. Oma nyuruh lo main," ucap Kafin singkat dan langsung berlalu begitu saja. Padahal baru saja Rycca ingin protes, tapi Kafin sudah pergi dulu, meninggalkannya.

"Dia ngapain Ryc?" tanya Arini kepo. Rycca menghela napas panjang.

"Omanya nyuruh gue buat main ke rumahnya." Arini hanya manggut-manggut paham.

"Lo deket banget kayaknya sama Oma Kafin."

"Nggak begitu sih, cuma pernah ketemu beberapa kali aja," jawab Rycca seadanya. Lalu aktivitas mulai berjalan seperti biasanya.

****

Rycca menatap pria yang tengah bersender tenang di motor besar berwarna merah. Pria itu melipat tangan di dadanya dengan seragam yang amat berantakan, luka lebam di sudut bibir dan pelipisnya begitu kentara di wajah putihnya.

Rycca kini tepat di hadapan pria itu.

"Lama banget sih lo!" protes Kafin. Rycca menatapnya tajam.

"Bisa gak sih sabar sedikit!"

Kafin menyerahkan helm kepada Rycca.

"Muka lo kenapa? Abis berantem?"

Pria itu berdecak kesal. Entah mengapa pria itu jadi sensitif akhir-akhir ini.

"Bukan urusan lo!" jawab Kafin penuh penekanan. Rycca diam mematung dan mendesis pelan. Sensi banget! Mereka menaiki motor, Kafin sedikit tersenyum kecil.

"Udah?" tanya Kafin sok dingin.

"Hmm."

"Ya udah turun."

"GAK LUCU FINNN!!!"

Kafin terkekeh pelan, ia menyembunyikan kekehannya. Misinya untuk menjahui Rycca harus tetap dilanjutkan. Tapi Kafin juga tak tahu kapan harus mengakhiri. Kafin menarik gas motornya dan melenggang menuju rumahnya.

Butuh waktu 15 menit untuk sampai ke rumah Kafin. Motor merah besar itu sudah masuk di teras rumah megah milik Kafin. Tak ada perbincangan yang terjadi diantara mereka. Hanya diam, dan rasa canggung yang menyelimuti. Mereka mulai memasuki rumah megah itu.

Saat pertama kali masuk, mereka disambut oleh Oma Kafin. Wanita paruh baya itu langsung berhambur di pelukan Rycca.

"Ryccaa... Udah lama banget yah kita nggak ketemu. Oma kangen banget sama kamu!" ucapnya dramatis. Rycca merasa tercekik dan, sedikit agak canggung.

"Hmm... Iya Oma," jawab Rycca diseringi senyum canggungnya. Wanita paruh baya itu melepas pelukannya.

"Kamu nggak kangen sama Oma, ya?" tanyanya dengan nada sebal.

"Ehh... kang-"

"Iyalah, kan kangennya kamu udah buat Kafin semua," potong wanita paruh baya itu cepat. Suasana tampak canggung dan hening. Rycca hanya mengigit bibir bawahnya, tak tahu respons apa yang harus dilontarkan.

"Ekhmm..." Kafin berdeham pelan, memecahkan keheningan yang terjadi. "Kafin ke atas dulu ya Oma," pamit pria itu.

"Tapi nanti kesini lagi kan Fin, temani Rycca."

Kafin menatap gadis yang sedari tadi hanya diam. Menatapnya lekat dan kosong.

"Kan Oma yang mau ketemu Rycca, bukan Kafin," jawab pria itu tanpa mengalihkan pandangannya. Hati Rycca benar-benar sesak saat mendengarnya. Pria itu tersenyum miring dan berlalu begitu saja.

Rycca dan Oma Kafin hanya bisa melihat kepergian Kafin. Pria itu terlihat diam termengu di depan tangga. Kafin tampak menghela napasnya panjang.

"Oma, besok kita pasang eskalator, capek kalo mau ke kamar Kafin!" keluh pria itu, kemudian dengan malas menaiki satu persatu anak tangga.

"Oma pasangin lift kalo perlu," teriak wanita paruh baya itu sambil terkekeh pelan. Refleks membuat gadis di sebelahnya tertawa. "Yuk duduk sayang," suruh Oma Kafin. Rycca tersenyum dan menuruti kemauan wanita paruh baya itu.

"Kamu mau minum apa?" tanya Oma Kafin dengan antusias.

"Apa aja deh Oma," jawab Rycca agak canggung. Wanita itu langsung berlalu, dan kembali lagi membawa nampan berisikan orange juice dengan beberapa cemilan. "Makasih Oma," cicit Ryca sambil membantu merapikan meja ruang tamu tersebut.

"Kabar kamu gimana?"

Rycca tersenyum kecil, walaupun sebenarnya ia tak suka basa-basi.

"Baik Oma," jawabnya. Wanita paruh baya itu hanya mengangguk paham. Lalu sesaatnya mendadak hening. Tak tahu apa yang akan dibahas. Rycca berdeham pelan.

"Mmm... maaf Oma, maksud Oma nyuruh Rycca ke sini apa ya? Apa ini tentang Kafin?" tanya Rycca. Gadis itu menghela napas panjang. "Kita udah putus Oma."

Wanita paruh baya itu mengernyit. Tak ada raut wajah kaget disana.

"Oma udah tau kok. Kafin juga udah cerita sama Oma. Niat Oma ngundang kamu ke sini cuma buat main saja, bukan klarifikasi masalah hubungan kamu dengan Kafin. Oma cuma kangen aja sama kamu," jelas wanita paruh baya itu. Rycca terkesiap, ia sangat merasa bersalah. "Hubungan kamu sama Kafin boleh putus, tapi apa harus hubungan kita juga terputus?"

Lihat selengkapnya