The Bad Couple

Relia Rahmadhanti
Chapter #61

60. Speechless

Buat apa aku menjadikannya kekasih kalau perasaanku masih pada orang lain?

*****

Rycca tersenyum penuh arti. Sedangkan Kafin menatapnya dengan penuh harap.

"Gue pengen... Besok lo beliin gue somay Bang Jhon porsi jumbo plus jus jambu," ucap Rycca membuat Kafin melongo seketika. "Dan lo yang ngantri ya," titah Rycca penuh penekanan. Kafin menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Kalau hanya itu yang Rycca mau, Kafin juga mampu untuk memberikannya setiap hari.

"Lo yakin mau itu?" tanya Kafin mencari kepastian. Rycca mengangguk tanpa ragu.

"Iya."

"Lo gaada permintaan yang lebih penting gitu buat gue kabulin?" tanya Kafin lagi membuat Rycca memutar bola matanya malas.

"Nggak ada. Perut adalah bagian terpenting dalam hidup gue. Hidup perut! Hidup makanan!"

Kafin menatap gadis itu tak percaya. Pantas sekali pipi Rycca sangat chubby. Kafin suka itu.

"Padahal ada yang lebih penting Ryc dari itu," cerca Kafin membuat Rycca berhenti bersorak.

"Apa?"

"Hati lo," jawab Kafin dengan senyum tengilnya. "Kenapa nggak minta balikan aja sih? Biar hati lo terselamatkan dari rasa rindu," lanjut pria itu dramatis. Rycca menoyol kepala Kafin, membuat pria itu berdecak kesal.

"Lo segitu cintanya ya sama gue, sampai hampir setiap saat ngajak gue balikan!" cicit Rycca dengan tatapan sengitnya. Bukannya merasa bersalah dan malu, Kafin malah tersenyum sok manis di hadapan Rycca.

"Iya, cinta banget gue. Asal lo tau aja, gue menjatuhkan harkat dan martabat gue sebagai bad boy yang playboy cuma ke elo doang," balas Kafin percaya diri. Entah kenapa Rycca tak bisa menyembunyikan senyum bahagianya, pipinya pun ikut merona. Sialan!

Sesegera mungkin Rycca mendatarkan wajahnya.

"Udah ah, bodoamat!" ucapnya tak acuh.

"Serius nih gak mau ganti permintaan?" tanya Kafin lagi. Rycca mencoba untuk sabar.

"Enggak Fin."

"Nggak papa Ryc, ganti aja. Masih ada waktu kok. Gue juga masih setia nunggu," balas Kafin. Rycca berdecak kesal.

"Bacot ih!" kesal Rycca. Gadis itu langsung beranjak dari tempatnya. Namun langkahnya ter henti ketika Kafin menahan lengannya.

"Mau kemana?" tanyanya. Rycca langsung menepis kasar.

"Mau pulang! Makin malam, lo makin stres!"

Bukannya marah, Kafin malah senyum-senyum gak jelas. Rycca memutar bola matanya malas.

"Yuk pulang," ajak Kafin.

"Pulang kemana?"

"Ke rumah masa depan kita," jawab Kafin dengan senyum sumringahnya. Rycca menatap Kafin tak percaya. Gilanya makin nambah!

"Pulang sono lo ke rahmatullah!" kesal gadis itu sembari pergi meninggalkan Kafin. Kafin menatap punggung gadis itu yang kian menjauh. Pria itu tersenyum tipis.

"Ke rumah masa depan kita dulu Ryc. Baru ke rahmatullah," teriak Kafin namun tak dihiraukan oleh gadis itu. "Gemes banget si kalo liat Rycca kesel," gumam Kafin, entah ditujukan untuk siapa. Kafin tersenyum untuk kesekian kalinya hingga punggung Rycca sudah menghilang dari pengelihatannya.

"Jadi pengen dijadiin makmum," cicit pria itu sambil tertawa sendiri. Mananya sih yang lucu?

****

Sinar mentari mulai menampakkan dirinya. Hangat, penuh percaya diri. Bahkan awan pun tak mampu untuk menutupi pancarannya.

Gadis dengan seragam yang bisa dibilang tidak rapi itu berjalan melewati koridor sekolah. Gadis itu melihat jam yang bertengger manis di lengan kirinya. Ia menghembuskan napas lelah, hari senin. Upacara akan dimulai sepuluh menit lagi. Gadis itu memutar bola matanya malas, ia mengenakan earphone miliknya. Bukannya berjalan ke kelas, Rycca malah berbelok ke kantin. Dia mana takut dengan peraturan? Walaupun akhir-akhir ini jarang buat onar seperti jahilin si Jono dan bergulat sama Asylah. Asylah, bagaimana kabar gadis itu?

Rycca duduk di stand biasanya. Gadis itu tampak sibuk mengotak-atik ponselnya.

Daxton

Kamu sudah di sekolah?

Iya

Sudah sarapan tapi kan? Atau mau aku bawakan?

Nggak usah. Gue lagi di kantin

Bukannya sebentar lagi jam upacara dimulai?

Rycca memutar bola matanya malas. Daxton sangat menyebalkan, Rycca akui itu. Gadis itu paling tak suka berbasa-basi. Rycca mulai mengetik untuk membalas pesan Daxton. Namun ia berhenti ketika pria itu melakukan panggilan video. Untuk kesekian kalinya, Rycca menghembuskan napas jengahnya.

Tak lama, gadis itupun memilih menggeser tombol hijau di ponselnya. Mengangkat panggilan video dari Daxton.

"Good morning bidadari cantik," sapa pria di sebrang sana dengan senyum manisnya.

Rycca memaksakan senyumnya. "Pagi," jawabnya singkat.

"Kamu lagi dimana Ryc? Bukannya ini jam upacara?"

"Gue males."

"Nggak boleh males dong. Semangatttt," seru pria disebrang sana. Bagi Rycca itu sangat lebai. "Gih sana upacara," suruhnya.Rycca memijat pelan pelipisnya. Menghembuskan napas kesal. Kenapa ada saja yang merusak suasana paginya?

"Nih makan, bubur ayam buat sarapan," suruh seorang pria tiba-tiba yang tak tahu datangnya dari mana. Rycca langsung diam sebentar, menatap Kafin heran. "Hei, itu makan buburnya. Gak usah ngeliatin gue gitu. Ntar nafsu minta balikan," cibir Kafin. Sedangkan Rycca berdecak kesal.

"Bukannya lo ya yang nafsu banget pengen balikan sama gue?! "

"Nggak nafsu kok, cuma pengen banget aja," jawab Kafin dengan cengiran andalannya yang selalu membuat Rycca kesal.

Kafin menatap ponsel yang ada di genggaman Rycca. Sadar akan Rycca yang tengah melakukan panggilan video, pria itu langsung merampas ponsel Rycca.

"Woy Safron!" panggil Kafin. Rycca menahan tawanya melihat Kafin.

"Daxton Fin," Ucap Rycca membenarkan.

"Ohiya, Daxton! Ryccanya lagi sarapan nih bareng mantan yang habis ini bakalan balikan. Jadi jangan ganggu ya... Bye."

Beep!

Kafin mematikan panggilan itu secara sepihak. Tak peduli dengan respon pria disebrang sana. Ia menatap ke arah gadis yang tengah sibuk memakan sarapannya.

"Kok tumben nggak marah gue ganggu lo telponan sama si Safron?" tanya Kafin kepo.

"Daxton." Rycca memutar bola matanya malas. "Telpon dari dia itu lebih ganggu dari pada lo," ungkap gadis itu sambil memakan sarapannya. Kafin tersenyum penuh arti. Dalam hatinya, ia sangat bahagia. Ingat, sangat bahagia!

Pria itu berdeham pelan.

"Kok tumben?" tanya Kafin dengan mengernyitkan alisnya.

"Tumben kenapa?" jawab gadis itu dengan masih fokus pada makanannya.

Lihat selengkapnya