Biarkan aku menikmati hari terbahagia dan terburuk bersamamu, barang sebentar saja. Setidaknya, itulah saksi bahwa aku dan kamu pernah jadi kita.
*****
Gadis itu menutup keras pintu kelasnya. Berbalik memunggungi pintu itu sambil bergidik ngeri.
"Lo kalo masuk ketuk pintu dulu dong Ryc!" protes salah satu pria.
"Lo kalo mau ganti baju bilang gue dulu dong!" balasnya membela diri. Alangkah terkejutnya Rycca saat memasuki kelas disuguhi dengan para bidadara berkolor minion. Ia juga lupa kalau sekarang saatnya jam olahraga.
Rycca langsung beranjak, menuju lokernya. Mengambil seragam olahraga miliknya. Gadis itu berjalan santai menuju toilet. Sesampainya di sana ia bertemu dengan gadis berambut panjang pemilik senyum manis. Annisa.
"Hai Ryc, kebetulan banget ketemu lo di sini," sapanya basa-basi. Rycca hanya tersenyum, agak canggung.
"Iya," balasnya singkat. Nisa menatapnya begitu hangat. "Btw, makasih buat yang kemarin udah belain gue," ucap Rycca tulus. Nisa mengangguk sambil tersenyum ramah.
"Santai aja, lagian itu juga jadi tugas gue." Rycca mengernyit. Tugas?
"Maksud lo tugas?" tanya Rycca tak mengerti. Nisa tersenyum.
"Tugas sebagai manusia. Harus saling tolong menolong dan membela yang benar, 'kan?" Rycca mengangguk dan berohria. Gadis itu kemudian tersenyum mengiakan. "Oke. Kalau gitu gue duluan ke kelas ya Ryc," pamitnya. Rycca mengangguk sekali lagi.
"Eh, Nis." Gadis berambut panjang itu berhenti, kemudian menatap Rycca dengan kernyitan di dahinya.
"Ya, kenapa?"
"Salam buat Kafin," jawabnya malu-malu membuat Nisa terkekeh pelan. Begitu lugu dan kakunya gadis di hadapannya ini, walaupun perawakannya agak menyeramkan.
"Oke." Gadis itu menganggkat dua jempolnya, memberi jawaban. Lalu pergi meninggalkan Rycca.
****
Beberapa para siswa sibuk melakukan stretching. Berbaris dengan rapi dengan salah satunya sebagai pemandu. Rycca dengan malas-malasan mengikuti gerakan pemanasan. Gadis itu menghela napas jengah. Kini ia disuruh untuk berlari mengitari lapangan, sedangkan Pak Ridho selaku guru penjas tengah duduk di samping lapangan.
"Mal, capek anjir gue lari," adu gadis itu.
"Sama anjir. Tuh bapak-bapak enak banget ngadem di bawah pohon. Gue sumpahin kejatohan uler!" balas Akmal cerewet.
"Ini berapa putaran lagi sih ya Allah!" protes salah satu murid. Rycca dan genknya saling menatap. Tersenyum penuh arti.
"Tatapan kalian sangat kriminal, ya."
"Lo tau kan yang gue maksud itu apa?"
"Ehh, ayo buruan! Pak Ridho lagi ngobrol tuh," sahut Ricco. Baik Rycca, Akmal, Ferdinan, Rian, dan Angga langsung mengambil langkah lebar. Menuju kantin sekolah sambil mengendap-endap. Arini hanya menggeleng pelan melihat tingkah laku teman-temannya itu. Bahkan Pak Ridho pun tak sadar jika beberapa muridnya kabur.
"Ayo Kafin! Cepat kamu ke Lapangan sana! Hormat di tiang bendera sampai jam pelajaran saya selesai!" suara melengking itu memekikkan pendengaran. Kafin segera berlari menuju lapangan, menjauh dari wanita pemilik suara cempreng itu. "Jangan kabur kamu ya! Awas saja kalau hilang. Saya akan tambah lagi hukuman buat kamu!" ancamnya dengan kobaran penuh amarah. Kafin hanya tersenyum manis sambil berkata, "iya Ibu."
Wanita paruh baya itu pergi meninggalkan Kafin. Pria itu menatap guru yang tadi menghukumnya, setelah dirasa menghilang, Kafin langsung melenggang pergi. Pria itu mengernyit, bukannya Rycca sedang olahraga? Tapi kemana gadis itu? Bahkan genk-nya pun tak kelihatan.
Kafin menghampiri gadis yang tengah duduk, meminum air mineral dari botolnya.
"Rin," panggil Kafin. "Rycca ke mana?"
Gadis itu menyapu bibirnya. Kemudian menatap Kafin.
"Cabut Fin, paling ke kantin." Pria itu mengangguk, kemudian langsung melenggang pergi.
Kafin mengendap-endap, takut ketahuan. Berjalan menunduk menuju kantin. Dari kejauhan, Kafin sudah bisa melihat keberadaan Rycca yanh di kelilingi banyak pria. Kafin pun langsung menghampirinya.
"Hai Beb," panggil Kafin dan langsung mencubit gemas pipi Rycca. Gadis itu berdecak kesal.
"Beb? Beban maksudnya?" sambar Akmal disambut kekehan pelan dari teman-temannya. Kafin menatap Akmal tak suka.
"Ya enggaklah!" tegasnya, kemudian menatap Rycca dengan tersenyum manis. "Beb, beb-bek," lanjutnya. Rycca mencebikkan bibirnya. "Tuh kalo manyun persis bebek," ledek Kafin membuat yang lain meledakkan tawanya.
"Bebek dengan mata elang," timpal Angga. Oke! Sekarang semua tengah meledek Rycca. Menyebalkan!
"Rese lo pada!"
Ricco yang terkekeh pelan kini mendekat ke arah Rycca. Merangkulnya dari belakang, begitu mesra.
"Lo ini ratu bebek, bagi gue Ryc. Bagi kita, ya nggak?" Semua teman-temen Rycca mengangguk, mengiakan. "Kita bakalan jagain lo, termasuk dari cowok yang di samping lo itu," ujar Ricco sakras. Kafin yang merasa tersindir kini mulai angkat bicara.
"Nggak perlu lo jagain, gue juga bisa jagain cewek gue," dengusnya sambil menyingkirkan tangan Ricco yang merangkul Rycca dengan kasar.
"Eitsss... Posesif amat!"
"Salah posesif sama pacar sendiri?!" tanya Kafin sombong. Kini bergantian pria itu yang merangkul bahu Rycca. Yang lain hanya menggedikkan bahunya. Kini dua insan itu larut dalam dunianya, seolah hanya mereka seorang yang hidup di dunia ini.
"Males ah nontonin orang mesra-mesraan. Kita ke belakang aja yuk!" ajak Akmal. Mereka menyetujui. Akmal, Angga, Ferdinan, Rian, dan Ricco langsung beranjak ke belakang sekolah. Biasanya di sana tempat mereka merokok pada jam seperti ini.
"Besok siapa yang datang?" tanya Rycca membuka topik pembicaraan.
"Mama Lav." Gadis itu mengangguk. "Lo?"
"Papa. Tadi sih dia baru sampai di Indo," jawabnya lesu. "Kenapa gitu pas banget Papa pulang. Bisa habis ntar gue dimarahin!" gumamnya dengan helaan napas berat. Kafin mempererat rangkulannya.
"Bagus dong. Mama gue datang, Papa lo juga datang. Sekalian aja nanti kita omongin masa depan," balas Kafin dengan senyum tengilnya yang terlihat begitu cute. Rycca menatap Kafin, menahan kekehannya. Jijik sih dengarnya, tapi kenapa bisa sebahagia itu dengarnya. Ah, gila!
Rycca mencengkaram gemas dagu Kafin, membuat bibirnya maju beberapa senti.