Terkadang kita harus melihat sesuatu dari banyak sudut pandang, agar tak terjadi salah paham.
*****
Pukul enam pagi Rycca sudah ada di taman dekat kompleknya. Karena diskors, gadis itu berniat untuk lari pagi bersama Kafin. Namun sampai saat ini, Kafin belum juga menampakkan batang hidungnya.
"Pagi Adindaku tercinta," sapa Kafin lebai. Rycca berdecak kesal, memutar bola matanya malas.
"Lama banget sih lo!" protesnya galak. Kafin tak menggubris ucapan Rycca. Malah menyapanya lagi, dengan penuh penekanan.
"Pagi Adindaku tercinta." Rycca menghembuskan napas jengahnya. "Pag--"
"Iya-iya! Pagi Kakandaku tercinta, tersayang, terkasih!" pekik Rycca frustasi. Kafin terkekeh pelan, lalu mengacak-acak gemas puncak rambut Rycca.
"Gitu dong nge-gas. Jadi tambah gemes," ujar Kafin dengan mencubit gemas pipi chubby Rycca. Gadis itu langsung menepis tangan Kafin, lalu menatapnya tajam.
"Udah ayo buruan lari! Gue mau kurus nih!" pekik Rycca tak sabaran.
"Iya Dinda, sabar dong."
"Nama gue Rycca!"
Kafin terkekeh pelan melihat raut wajah kesal milik Rycca.
"Iya deh, Rycca Gwen Pyralis," ucap Kafin lembut. Rycca mengacungkan jempolnya. "Jijik juga lama-lama panggil lo Dinda gitu. Berasa kayak hidup di kerajaan!" aku Kafin sambil bergidik ngeri. Rycca terkekeh.
"Baru nyadar lo?"
"Iya, alay banget gue! Ihh jijik!" Kafin berlari, meninggalkan Rycca sambil menggedikkan bahunya. Menahan kejijikan terhadap dirinya sendiri.
Rycca menatap punggung Kafin yang kian menjauh. Menggeleng pelan melihat tingkah laku absrud milik Kafin. Pria ajaib yang mendampinginya saat ini. Pria yang berhasil membuatnya jatuh pada dasar terdalam yang begitu banyak membawa kebahagiaan, juga kebinasaan. Orang menyebutnya, cinta.
Gadis itu mengulas senyumnya. Tak bisa dipungkiri, hadirnya Kafin membuat hidupnya berubah sangat drastis. Dulu ia merasa tak pernah dapat kasih sayang, namun sekarang. Lihatlah? Semua lebih dari cukup bagi Rycca.
"Woi, sayang! Ngelamun aja. Ayo lari! Katanya mau kurus," teriak pria tampan yang memegang handuk putih yang bertengger di lehernya. Teriakan Kafin berhasil membuyarkan lamunan Rycca. Sedetik kemudian, gadis itu berlari. Menyusul Kafin.
****
"Nggak usah mampir Fin, nanti Papa marah gimana?" Rycca terus saja menolak desakan Kafin untuk mampir di rumahnya. Katanya kangen, udah lama nggak main ke rumah calon istri.
"Nggak papa. Kan gue udah pernah dimarahin," sangkal Kafin keras kepala. Rycca menghela napas berat. Kafin sungguh keras kepala.
"Terserah lo deh!" jawab Rycca pasrah. Gadis itu langsung memasuki rumahnya. Kafin tersenyum penuh kemenangan, lalu membuntuti gadis itu.
Di teras sudah ada Mr Pyr yang tengah sibuk berkutat dengan tabletnya. Ditemani dengan secangkir kopi yang Rycca yakini itu buatan Tante Arinda. Mr Pyr suka kopi buatan Arinda, katanya, rasanya sangat mirip dengan kopi buatan Gwen, Mama Rycca.
"Pagi Pa," sapa Rycca.
"Pagi sayang, habis dari mana?"
"Jogging Pa."
"Sendiri?"
"Sama saya Om," ucap pria di belakang Rycca. Mr Pyr menatap tajam pria itu.
"Ngapain kamu ke sini?" tanyanya dingin. Tatapannya sungguh tajam membuat Kafin menelan salivanya.
"Mampir Om, ke rumah calon istri," jawab Kafin dengan kekehan canggungnya.
"Siapa calon istri kamu? Bi Milea?"
Rycca menahan kekehannya. Sedangkan Kafin berdecak kesal.
"Ya bukanlah Om, kasihan Mang Dilan nanti," desis Kafin. Kemudian tersenyum penuh arti. "Saya kan mau nikahnya sama anak Om," lanjutnya dengan tersenyum sangat manis. Gigi rapi dan putihnya terlihat begitu jelas.
"Nggak ada! Belajar dulu yang bener. Pipis masih belepotan aja mau sok-sokan nikahin anak saya!" ucap Mr Pyr penuh penekanan.
"Udah nggak belepotan kok Om. Mau bukti? Ayo ke kamar mandi sekarang!"
"Kafin! Kamu nantangin saya?!"
"Ehh, enggak Om. Daddy mertua, enggak. Kita damai aja ya, piss!" ucap Kafin memohon. Rycca memutar bola matanya malas. Kapan dua pria yang ia cintai ini bisa akur?! Bagaimana jika ia nikah sama Kafin? Apa akan terus bertengkar seperti ini kalau bertemu?!
Ehh, nikah? Sama Kafin? What?! Rycca belum berpikiran sampai sejauh itu.
"Kamu lebih baik pulang sekarang sebelum saya jadiin bumbu pecel!" tegas Mr Pyr.