The Bad Couple

Relia Rahmadhanti
Chapter #66

65. Mama Gwen

Coba tolong kasih tahu caranya mengutarakan rindu saat kamu tak tahu lagi bagaimana caranya untuk bertemu.

*****

Sang mentari mulai menampakkan sinarnya. Pertanda pagi mulai datang. Gadis itu terbangun, ia melihat ke samping ranjang. Mr Pyr sudah tidak ada di sana. Rycca lalu membuka jendela kamarnya. Menghirup dalam-dalam udara pagi yang begitu menyegarkan. Aroma petrichor menyeruak masuk di penciumannya, sisa hujan semalam mengingatkannya lagi pada dongeng karya Mr Pyr yang membuat sesak di dadanya.

Rycca menatap ke atas langit. Kemudian mengulas senyumnya. Langit seakan ikut bahagia dengan memberi warna biru cerah.

"Ma, semalam Rycca mimpiin Mama. Mama Gwen di sana baik-baik aja, 'kan? Rycca kangen banget sama Mama."

****

Gadis itu dengan hati-hati menuruni anak tangga. Perutnya terasa lapar. Ia berjalan menuju meja makan. Di sana sudah di hidangkan nasi goreng yang aromanya mampu membuat perut Rycca merontah.

"Tumben kamu sudah bangun," ucap pria paruh baya dengan baju santainya. Rycca tersenyum canggung.

"Ini Papa yang masak?" tanya Rycca mengalihkan pembicaraan. Mr Pyr mengangguk. "Tante Arinda kemana?"

"Tadi subuh sudah berangkat ke luar kota. Mau ada grand opening untuk cabang butiknya," jawab Mr Pyr. Rycca hanya manggut-manggut paham. Lalu gadis itu duduk dan memakan nasi goreng itu dengan lahap.

"Enak banget Pa!" pujinya disela-sela mengunyah makanannya. Mr Pyr hanya tersenyum.

"Kamu pelan-pelan makannya."

Rycca mengembangkan senyumnya. Menampakkan gigi putih yang tersusun rapi miliknya.

"Rycca mau deh dimasakin setiap hari sama Papa," ucapnya sungguh-sungguh.

"Papa sebenarnya bisa saja. Tapi kamu tahu sendiri kalau Papa nggak setiap hari ada disini," jawab Mr Pyr.

"Nggak papa. Pokoknya kalau Papa di sini. Papa wajib masakin Rycca!" Mr Pyr terkekeh pelan melihat tingkah putrinya itu.

"Iya, nanti Papa masakin semua makanan yang pernah Mama Gwen ajarin dulu," balas Mr Pyr dengan senyum miliknya.

"Mama pinter masak ya Pa?"

"Iya, sampai nular ke Papa," jawab Mr Pyr dengan kekehan pelannya. Mengingatkan kembali begitu telaten dan sabarnya Gwen saat mengajarinya memasak, dulu.

Rycca mencebikkan bibirnya.

"Ih! Kok nggak nular ke Rycca sih Pa? Sampai sekarang aja Rycca masih bingung bedain antara lengkuas, jahe, sama akar-akaran gitu. Rycca gak ngerti!" keluhnya sebal. "Pernah nih Pa, Rycca masak air aja sampai habis. Jadinya asap ngepul! Kan Rycca nggak tahu air kalau mateng wujudnya gimana. Eh terus Tante Arinda marahin Rycca, gak ngebolehin masak lagi," lanjutnya. Mr Pyr meledakkan tawanya mendengar cerita dari putrinya itu. Sangat lucu. Rycca berdecak kesal.

"Papa ih! Nyebelin!"

Mr Pyr mencoba meredakan tawanya. Melihat ekspresi kesal Rycca membuatnya tersenyum simpul.

"Bukannya nggak bisa sayang. Kamu hanya belum terbiasa, juga belum mempelajari hal dasarnya." Mr Pyr menatap lembut gadis yang masih lahap memekan nasi goreng itu. "Nanti kalau ada waktu, Papa ajari kamu masak."

Rycca menatap papanya. Matanya berbinar senang. "Sekarang cepat habiskan makanannya. Papa mau ajak kamu buat jenguk makam Mama," ucap Mr Pyr. Gadis itu memgangguk. Setelah makanannya habis, ia tersenyum manis ke arah Mr Pyr. Senyuman yang penuh arti.

"Papa," panggilnya lembut.

"Hm?"

"Rycca boleh gak ajak Kafin?" pintanya. Mr Pyr menatap Rycca aneh.

"Nggak," jawabnya tegas. Rycca menghela napas kecewanya. Kemudian menatap Mr Pyr dengan puppy eyes miliknya. Berharap kali ini mengizinkan.

"Paa, boleh, ya?" rengeknya. Pria paruh baya itu menghela napas berat. Tak kuasa melihat raut wajah memohon anak gadisnya itu.

"Baiklah," desahnya pasrah. Rycca mengembangkan senyumnya. "Tapi ingat, Papa selalu awasi kalian berdua!" lanjutnya mengancam. Rycca langsung mengangkat jempolnya, setuju. Kemudian gadis itu langsung memberi kabar Kafin. Hari ini mereka masih dalam masa skors.

****

Mobil hitam itu melaju, menembus jalanan ibu kota yang agak sedikit lenggang. Terik matahari cukup terasa menyengat di jam-jam seperti ini. Keadaan di dalam mobil terasa begitu hening. Tak ada yang membuka suara. Sesekali Kafin mencuri pandangan pada Rycca yang duduk di jok belakang melewati kaca spion. Namun dengan tatapan tajamnya, Mr Pyr memperingati. Kafin langsung mati kutu dibuatnya. Ia langsung memalingkan wajahnya, kemudian beralih mengotak-atik ponselnya. Ia menuliskan pesan untuk Rycca.

Pyralis

Bilangin Papa kamu, jangan melotot gitu matanya. Soalnya ada teman Mama Lav yang suka melotot gitu matanya gak bisa balik semula lagi. Jadi kesannya kayak kodok!

Pesan itu terkirim. Rycca mengecek ponselnya. Pesan dari Kafin. Saat membacanya ia sempat terkekeh, membuat Mr Pyr menatap ke arahnya.

"Ada yang lucu?" tanyanya kepo. Rycca menggeleng sambil mengulum senyumnya. Ia kemudian membalas pesan dari Kafin.

Bener ya, gue aduin nih.

Ehh, jangan deng. Bisa-bisa gue ditendang langsung! Terus cium aspal. Mending gue cium lo deh! Serius.

Rycca kembali tersenyum menahan kekehannya. Begitu juga dengan Kafin yang asik dengan ponselnya. Mereka terus bercanda lewat ponsel mereka masing-masing hingga tak sadar sudah sampai tujuan.

Taman pemakaman umun begitu sepi siang ini. Matahari begitu terik menusuk kulit kepala. Mr Pyr, Rycca, dan Kafin berjalan. Di belakang mereka sudah ada beberapa orang mengenakan baju serba hitam yang tengah menaungi mereka dari sengatan matahari menggunakan payung hitam. Ketiganya memakai kacamata hitam, menghindari silau siang ini.

Lihat selengkapnya