The Bad Couple

Relia Rahmadhanti
Chapter #67

66. Bimbang

Berada pada fase bimbang dalam memilih suatu pilihan. Ego tak mau kalah, hingga membuat orang lain terluka.

*****

Rycca dan Arinda tampak sarapan santai di hari minggu ini. Keduanya tak ada jadwal, memilih untuk mengistirahatkan diri yang dirundung rasa penat.

"Papamu gak pulang Ryc?" tanya Arinda membuka pembicaraan.

"Sudah kemarin Tan. Mungkin sekarang lagi di rumah istrinya," balas Rycca. Arinda tersenyum. Lalu mengangguk paham. "Tante, emang bener ya, kalau Mama itu nggak bunuh diri?" tanyanya masih ingin tahu.

"Kan Tante sudah bilang dari dulu. Kamunya saja yang ngeyel. Keras kepala," cibirnya lebai. Rycca mencebikkan bibirnya ke depan.

"Ya kan Rycca gak tahu. Lagian Rycca lihatnya Mama kayak loncat gitu dari atas!" balas Rycca.

"Papamu sudah kasih tahu cerita yang sebenarnya?" tanya Arinda. Rycca mengangguk. "Semuanya?"

"Iya, semuanya. Dari masa lalu Papa sama Mama, perkenalan mereka sampai akhirnya Papa berpisah," tegas Rycca. Arinda tampak manggut-manggut mengerti.

"Baguslah. Biar gak ada salah paham lagi."

Rycca menatap tantenya. Tampak ragu untuk berbicara.

"Tante," panggil Rycca. Arinda menatapnya dengan kernyitan di dahinya.

"Apa?"

"Rycca bingung."

"Pegang kalau bingung. Biar gak jatuh," balas Arinda dengan terkekeh pelan. Rycca menatapnya, lalu menghebuskan napas jengahnya.

"Serius Tante!"

"Jangan serius-serius. Nanti ditinggalin nyesel! Statusnya sok bijak padahal mengarah pada kegalauan!"

"Tante habis makan apa sih?!" pekik Rycca kesal. "Kan Rycca mau curhat serius!"

Arinda tampak meneguk ludahnya susah payah. Kemudian wanita paruh baya itu berdeham pelan.

"Ya udah, silakan dilanjut keponakanku."

Rycca menghembuskan napasnya berkali-kali. Masih mencoba untuk sabar.

"Rycca bingung. Sebenarnya Rycca nggak bisa tinggal serumah dengan keluarga baru Papa. Tapi Rycca juga gak tega kalau Papa terus bagi waktu gitu. Papa kelihatannya lelah banget," terangnya jujur. Gadis itu memijat pelan pelipisnya, sangat bingung. Arinda tersenyum hangat ke arah gadis itu.

"Bagus kalau kamu punya pemikiran seperti itu. Saran Tante, siapkan dulu diri kamu Rycca. Tante nggak selamanya ada buat kamu, suatu saat Tante juga akan punya keluarga. Hanya Papa kamu yang akan selalu ada buat kamu," terang Arinda memberi tahu. Rycca mengangguk lemas. "Buat Papamu bahagia Rycca, Tante kenal dengan Violla. Dia perempun yang baik," lanjutnya meyakinkan.

"Kenapa Tante nggak cerita dari dulu soal Papa? Kan biar Rycca gak salah paham!" keluh gadis itu sedikit kesal.

"Jangan salahkan Tante. Papamu yang minta Rycca." Arinda berdiri dari kursinya. Lalu wanita itu membelai lembut pipi Rycca. "Kamu kan sudah dewasa, harusnya mengerti. Jangan salah ambil keputusan ya," pesannya, lalu mengecup singkat puncak kepala Rycca dengan sayang. Rycca sangat bersyukur mempunyai tante yang begitu sayang padanya. Tante yang benar-benar mirip mamanya. Bahkan wajah Arinda pun hampir sama dengan kakaknya, Gwen.

Setelah itu, Arinda beranjak meninggalkan Rycca. Gadis itu hanya diam di tempat. Menghela napas berat berkali-kali. Pikirannya masih bingung, tak tahu apa yang seharusnya untuk dipilih.

Haruskah tetap seperti ini? Hidup terpisah dan membuat papanya lelah? Atau hidup bersama namun hatinya belum siap menerima?

Gadis itu mengacak-acak rambutnya frustasi. Ia tak mau memikirkannya lebih lagi. Bisa-bisa dia gila diusia belianya! Rycca memilih untuk mengabari Kafin. Sepertinya berjalan-jalan dengannya akan sedikit mengurangi stress yang ia rasa.

****

Kafin mengetuk pintu, sesosok gadis berbalutan baju santai bergaris-garis dengan motif bunga lengan pendek itu keluar. Sedikit memberi kesan feminin pada Rycca. Gadis itu juga mengenakan topi warna putih. Sedangkan Kafin mengenakan baju hitam polos dengan topi berwarna senada.

"Hai Adindaku," sapa Kafin lebai. Rycca bergidik ngeri mendengarnya.

"Lo katanya gak akan panggil gue gitu lagi! " protes Rycca. Kafin terkekeh.

"Iya maaf, lupa," cicit Kafin pelan. Kemudian pria itu menatap ke arah gadis itu. "Kamu ngikutin aku ya, pakai topi juga, " ujarnya. Refleks Rycca memegang kepalanya, lalu mendengus.

"Di luar panas!" selanya tak terima. Kafin hanya mengiakan saja.

"Kok tumben?" tanya Kafin tiba-tiba. Rycca mengernyit, menatapnya was-was. Kafin biasanya kalau bilang tumben, pasti mau ngegombal. Rycca harus menyiapkan diri agar tak bersemu.

"Tumben apa?" tanyanya galak.

"Tumben ngajakin jalan duluan. Biasanya gue terus yang ngajakin." perkiraan gadis itu salah. Rycca menghela napas panjang.

"Lagi suntuk di rumah, mood gue lagi buruk," jawabnya jujur. Kafin tersenyum manis ke arah gadisnya. Ia memajukan langkahnya, lebih dekat dengan Rycca. Pria itu mencubit gemas pipi chubby milik Rycca.

"Tenang. Di sini ada Kakanda Kafin Nata Danadyaksa yang siap bikin mood lo membaik," ujar Kafin percaya diri. Rycca mendengus kesal.

"Dengan lo cubit pipi gue malah memperburuk mood gue!" protesnya kesal. Kafin terkekeh.

"Ya udah, sini biar Kakanda tebus kesalahan," balas Kafin sembari mengulurkan tangannya ke depan Rycca. Gadis itu menatapnya tak mengerti. Kafin menggoyangkan jemarinya, memberi kode Rycca untuk menerima uluran tangannya.

Gadis itu menatapnya ragu. Namun, sedetik kemudian Rycca langsung menautkan jemarinya pada jemari Kafin. Pria itu menggegamnya erat.

"Mari bikin mood Pyralis kembali membaik." Kafin menarik tangan Rycca. Gadis itu terpaksa mengikuti langkah panjang milik Kafin.

Sebelum mereka sampai di mobil hitam milik Kafin yang terparkir di halaman rumah Rycca. Kafin menghentikan langkahnya, membuat Rycca mau tak mau ikut berhenti.

"Kenapa lagi sih Fin?!" tanya Rycca sensi. Kafin menatap lekat gadis itu. Tatapannya begitu serius.

"Kok tumben?" Kafin bertanya dengan raut muka serius. Rycca menghela napas berat.

"Ap--"

"Gemas sekali hari ini," potongnya cepat sembari mencubit gemas pipi Rycca. Gadis itu berdecak kesal. "Ah, enggak. Kamu gemesin tiap hari," ralat Kafin. Rycca memutar bola matanya malas. Memalingkan wajah agar rona di pipinya tak terlihat.

"Udah deh buruan! Katanya mau bikin gue bahagia hari ini!" tukasnya. Gadis itu lebih dulu masuk ke dalam mobil Kafin. Kemudian pria itu menyusul. Mobil hitam itu berjalan, menembus jalanan.

Lihat selengkapnya