The Bad Couple

Relia Rahmadhanti
Chapter #68

67. Kejadian Tak Terduga

Bohong yang paling mengecewakan adalah bohongnya orang terdekat.

*****

"Rycca mau tinggal sama keluarga baru Rycca. Tante Violla dan saudara tiri Rycca."

Terdengar suara hembusan napas bahagia. Ekspresi yang tadinya lelah kini berubah jadi bahagia. Lelahnya hilang seketika. Mr Pyr tampak speechless, dan menatap hangat putrinya itu.

"Benarkah?" tanyanya mencari kepastian. Rycca tersenyum, lalu mengangguk mantap. Mr Pyr tak bisa berhenti mengulum senyumnya. Bahagia rasanya. "Ah, makasih sayang. Makasih banyak," ucapnya tulus.

"Iya Pa, gak usah lebai gitu," jawab Rycca sambil terkekeh.

"Ini adalah informasi paling membahagiakan yang pernah Papa dengar di dunia," ucapnya lebai. Rycca terkekeh pelan mendengarnya. "Papa pulang lusa. Dan saat itu juga, Papa akan bawa kamu ketemu sama Violla dan calon saudara-saudara kamu."

"Iya Pa."

"Ya sudah, Papa kerja lagi dulu. Bye sayang."

"Dah Pa."

Tampilan layar itu berubah, tak ada lagi pria paruh baya di dalamnya. Rycca menghembuskan napas panjang. Semoga ini pilihan yang tepat. Gadis itu tersenyum, mengingat betapa bahagianya Mr Pyr di sebrang sana.

****

"Ryc, ini mau di bawa juga?" tanya seorang pria yang sibuk mengotak-atik barang-barang di kamar Rycca.

"Ah, nggak usah ribet."

"Gitar lo dibawa?" tanya Kafin lagi.

"Iyalah! Teman sejati gue tuh," balas Rycca. "Kalau amplinya gak usah deh berat." Kafin mengangguk, menuruti.

Rycca tampak menatap sekitar. Kemudian ia mengulas senyumnya, ia akan sangat rindu dengan kamar ini.

Gadis itu menghembuskan napas panjang.

"Gue bakalan kangen sama lo, kamar."

Kafin menghampiri Rycca. Memberikan senyumnya. Kafin membelai lembut helaian rambut Rycca.

"Kadang kita harus meninggalkan kenyamanan ruang yang lama untuk mendapatkan kehangatan di ruang yang baru," ungkap Kafin bijak. Pria itu memang selalu bijak. Rycca suka dengan sikapnya yang satu ini.

Rycca tersenyum hangat ke arah Kafin.

"Semoga saja ruang yang baru lebih menyenangkan," katanya kemudian. Kafin mengacak-acak puncak rambut Rycca gemas.

"Mau tau ruang yang paling menyenangkan buat dihuni?" tanya Kafin serius.

"Apa?"

"Kita seruang bersama. Bernaung di atap yang sama," jawab Kafin tanpa menghilangkan senyumnya. Rycca menggeleng pelan. Dasar tukang gombal!

"Menurut gue ada sih yang lebih dari itu," sangkal Rycca serius. Kafin mengernyitkan dahinya.

"Apa coba?" tanyanya ingin tahu.

"Kita seruangan ujian. Biar gue bisa nyontek lo," jawab Rycca sambil tersenyum bahagia. Kafin mencubit gemas pipi Rycca. Gadis itu meledakkan tawanya saat melihat ekspresi Kafin yang absrud.

"Ekhmm," deham seorang pria yang sedari tadi berdiri di ambang pintu. Rycca dan Kafin menatap pria berjas hitam itu. Tampak rapi dan tampan.

"Eh, Papa. Dari kapan ada di situ?" tanya Rycca gugup.

"Sejak kalian bahas se-ru-a-ngan," jawabnya sarkas. Rycca tersenyum canggung, begitu pula dengan Kafin.

Rycca langsung beranjak dari tempatnya. Lalu berhambur di pelukan pria paruh baya itu. Mr Pyr membalas pelukan hangat putrinya itu. Setelah beberapa saat, mereka melepaskan pelukannya. Kafin berjalan mendekat, menyalami Mr Pyr sopan.

"Ngapain kamu di sini?" tanyanya sinis. Kafin tersenyum ramah.

"Rycca nyuruh saya buat bantu beresin barang-barangnya."

Mr Pyr menatap sekitar.

"Harus dibawa semua? Kenapa nggak ditinggal saja? Nanti Papa belikan buat kamu yang baru," ungkap pria itu. Rycca menggeleng pelan.

"Nggak Pa, ini barangnya masih bagus kok. Rycca gak perlu yang baru," jawabnya. Mr Pyr hanya mengangguk pelan. Terserahlah.

"Ya sudah kita berangkat sekarang saja. Biar nanti barang-barangnya diangkut mobil lain sama Botak dan Kumis."

Rycca mengangguk. Kemudian mereka keluar dari kamar Rycca. Berjalan menuju teras rumah. Di sana sudah terparkir mobil Mr Pyr. Saat ingin masuk, pria paruh baya itu menghentikan langkahnya.

"Kamu ngapain masih di sini?" tanya Mr Pyr pada Kafin. Pria itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Gugup.

"Pa, Kafin boleh ikut, 'kan?" Kini Rycca yang bersuara. Kafin dapat menghembuskan napas lega. Tatapan Mr Pyr seolah ingin membunuhnya. "Boleh kan Pa?" Rycca bertanya sekali lagi. Tentunya dengan tatapan memohonnya agar Mr Pyr luluh.

Pria paruh baya itu menghela napas panjang. Kemudian mengangguk singkat. Memperbolehkan. Kafin hanya bisa tersenyum penuh kemenangan.

Setelah memasuki mobil. Sopir sesegera mungkin menancap pedal gasnya. Melajukan mobil itu, menuju ke sesuatu yang baru.

****

Lihat selengkapnya