Aku takut ketika gelap sudah menjemput. Aku takut tak bisa lagi bertemu pada sang ufuk. Diamana semuanya? Aku dimana? Semua hilang dan yang kutelan hanyalah kesenyapan. Haruskah aku ucapkan selamat...?
*****
Pria paruh baya itu tampak tergesa-gesa dalam langkahnya. Tak lupa diikuti beberapa pria berstelan baju serba hitam dengan wajah yang arogan. Ia melangkah menuju sebuah ruangan yang didominasi dengan warna putih. Di sana sudah ada beberapa remaja yang tengah duduk di sofa.
"Annisa," panggil Mr Pyr dengan melangkahkan kaki panjangnya. Gadis cantik itu langsung menghambur ke dalam pelukan hangat Mr Pyr. Pria itu membalasnya dengan penuh kasih sayang.
"Pa, Nisa minta maaf kal--"
"Ssttt..."
Lirihan Nisa terpotong ketika Mr Pyr menempelkan jarinya di bibir mungil milik gadis itu. Mr Pyr melepaskan pelukannya, menatap gadis itu lembut.
"Sudah sarapan?" tanyanya. Nisa tertegun beberapa saat, kemudian mengangguk sebagai jawaban. Mr Pyr tersenyum hangat. "Bagus, soalnya kamu butuh tenaga untuk cari saudara kamu, sayang. Papa nggak mau kamu sakit," pesannya membuat Nisa dapat tersenyum tipis. Pandangan Mr Pyr beralih pada sofa yang sudah penuh di duduki. Mr Pyr sangat hafal, itu semua adalah teman terdekat Rycca dan Kafin.
Mr Pyr melangkah pelan, tidak mengambil duduk. Menatap satu per satu manik mata teman-teman Rycca yang tampak menunduk dalam-dalam. Tatapannya berhenti pada gadis yang rambutnya dikuncir kuda. Arini.
"Ceritakan saya semuanya," pintanya tetap tenang, meskipun gejolak hatinya sedari tadi tak tenang. Memikirkan bagaimana keadaan putrinya sekarang. Dan saat itulah Arini mulai bercerita. Kejadian di mana Rycca diculik oleh pria asing bertubuh atletis, lebih detail, tidak ditambah-tambahkan, jugat tidak dikurangi. Mr Pyr mendengarnya dengan seksama, tak ada kebohongan di matanya. Jelas raut wajah khawatir, panik, serta takut itu tergambar. Gadis itu pasti menyayangi Rycca sebagai mestinya rasa sayang terhadap sahabat.
Arini selesai bercerita. Mr Pyr menghembuskan napas berat, kemudian memijit pelipisnya pelan. Kenapa bisa buntu begini?!
"Apa kalian punya seseorang yang patut untuk dicurigai?" tanya Mr Pyr, keadaan masih hening, dan semua tampak berpikir.
"Semua orang yang dicuragi sudah didatangi Om, tapi mereka nggak ada kaitannya sama hilangnya Rycca," jawab Kafin mantap. Mr Pyr menatapnya, dingin dan datar.
"Bagaimana dengan sahabat kamu dulu? Yang pernah culik anak saya?"
Kafin menatap pria itu geram. Kalau dia bukan Papanya Rycca, sudah pasti Kafin akan meninjunya karena sikap yang suka menyalahkan itu.
"Bukan Azka Om," sangkal Kafin sopan. Mr Pyr masih ragu. "Saya yakin Azka nggak ada kaitannya lagi."
"Kamu dulu juga bilang begitu, tapi nyatanya?"
"Pa, udahlah. Nggak perlu menyalahkan apa yang memang semestinya nggak salah! Lebih baik kita cari Rycca sekarang!" protes Nisa dengan nada kesal. Mr Pyr memutar bola matanya, sedangkan Kafin tersenyum penuh kemenangan.
"Sayang, Papa hanya memastikan. Apa salahnya?"
"Pa, kalau itu beneran Azka yang nyulik nggak mungkin kan dia sewa orang? Apalagi berseragam formal, dia bukan orang yang punya banyak kuasa Papa!"
Oke, presepsi itu bisa Mr Pyr terima. Ah, kenapa ia tak kepikiran dan sibuk menyalahkan? Tapi bisa jadi juga bukan. Dendam masa lalu yang mencoba merusak masa sekarang. Ia ragu, hanya itu.
Kafin mengambil ponselnya di saku celana jeans hitam yang ia kenakan. Mengotak-atik sebentar, kemudian menjulurkannya pada Mr Pyr.
"Ini Om, semalam saya dapat pesan. Saya nggak tahu siapa pengirimnya, yang saya tahu, dia pasti penculik Rycca," terang Kafin. Mr Pyr mengernyit, kemudian mengambil ponsel itu. Membacanya dengan seksama. Seketika rahangnya mengetat, meremas kuat benda pipih persegi itu. Sial! Berani-beraninya dia memberi pesan berupa ancaman itu. Ia ingin main-main heh dengan Mr Pyr? Belum tahu saja!
Ponsel Kafin kembali bergetar, muncul notifikasi pesan di sana dengan nomor yang tak dikenal.
0838xxxxxxx
Halo lagi yang katanya Kakandanya Rycca. Tak usah mencari apa yang tak perlu dicari. Serahkan saja padaku, Adindamu aman bersamaku. Kau ingin tahu apa yang aku lakukan? Setiap malamnya sangat luar biasa menyenangkan. Aku bisa mendengar tangis dan isakan perih dari gadis angkuh itu. Aku bahagia, sungguh.
Tak perlu khawatir, nanti kamu akan bertemu dia. Entah dalam keadaan apa, tapi aku akan meyakinkanmu. Kau akan bertemu dengannya dengan keadaan mata tertutup. Well, see you soon!
-Iblis yang Lahir dari Malaikat
Mr Pyr membelalak, raut wajahnya tak setenang tadi. Ia langsung menelpon nomor itu, tapi tak diangkat. Berkali-kali ia telpon kembali, sampai akhirnya nomor itu sudah tak aktif lagi.
Sial! Sial! Sial! Dia mengumpat dalam hatinya kesal. Sedangkan yang lain tampak kebingungan. Ada apa?
"Kumis, Botak!" erang Mr Pyr menggema, tak lama datanglah kedua pria berbadan atletis dengan busana serba hitam. "Panggil Mr Ergan ke sini secepatnya!" perintahnya dengan nada tinggi. Keduanya langsung berlari, setelah berkata siap.
Mr Pyr menghembuskan napas kasar. Wajahnya memerah padam. Emosinya mencuat begitu saja saat membaca pesan itu. Ia bersumpah akan melenyapkan siapapun dalang dibalik ini semua.
Kafin mengambil ponselnya, kemudian membaca pesan dari seorang yang menyebutnya Iblis yang lahir dari seorang malaikat. Kafin mengacak-acak rambutnya frustasi. Pikirannya terus saja menjurus pada hal buruk yang akan terjadi pada gadisnya.
Tak lama datanglah seorang pria dengan pakaian rapi ala orang kantor. Itu Mr Ergan, rekan kerja Mr Pyr yang dipercaya dalam perihal melacak keberadaan seseorang. Mr Pyr buru-buru merampas ponsel Kafin, kemudian menyerahkan kepada Mr Ergan.
"Cepat lacak nomor ini!" suruh Mr Pyr dengan emosi yang menggebu. Mr Ergan dengan tenang melihat nomor itu, kemudian mulai membuka laptopnya. "Cepatlah!" lanjut Mr Pyr tergesa-gesa.
"Tenanglah. Saya nggak bisa konsen," peringat Mr Ergan tetap tenang.
"Bagaimana saya bisa tenang kalau putri saya sekarang mau diambil paksa nyawanya sama orang gila?!" pekik Mr Pyr meluap. Matanya memerah padam. Tapi respons Mr Ergan hanya begitu saja, tampak tak peduli dan masih fokus dengan pekerjaannya.
Mr Pyr tampak uring-uringan. Mondar-mandir tak jelas dengan tangan yang terus merapalkan doa. Semoga putrinya baik-baik saja dan bisa kembali padanya.
"Tuan, nomornya sudah tidak diaktifkan. Susah untuk melacaknya." Mr Pyr langsung menghampiri pria itu. Menatap tajam dengan mata memerah marah. "Tapi sesuai dengan NIK dan No. KK yang terdaftar, saya tahu identitasnya. Tapi dua nomor ini menggunakan NIK dan No. KK yang berbeda."
Mr Pyr sedikit dapat menghembuskan napas lega. Berterima kasih juga pada pemerintah yang mengadakan fitur regristasi dalam penggunaan kartu perdana.
"Beritahu saya identitas keduanya." Mr Ergan mengotak-atik sebentar laptopnya sebentar.
"Beri saya nomor putri Anda," pinta Mr Ergan tak menggubris permintaan Mr Pyr. Pria itu menatap tajam Mr Ergan. "Mau putri anda cepat ketemu tidak?"
Mr Pyr menghembuskan napas jengah. Kalau saja pria berwajah datar itu tak berguna baginya, sudah ia tendang wajah datarnya yang menjengkelkan itu!
Mr Pyr menunjukkan nomor ponsel Rycca. Kemudian melacak keberadaan gadis itu. Mudah bagi seorang Mr Ergan untuk melakukannya.
"Terakhir kali keberadaan Rycca ada di daerah jalanan Puncak. Mungkin sampai sekarang ada di sana, atau sudah pindah saya tidak tahu. Terakhir kali ponselnya aktif pukul lima kemarin, mungkin sekarang lowbat," terang Mr Ergan pada atasannya. Mr Pyr berpikir keras, Puncak? Apa kaitannya dengan semua? Siapa dalang dibalik semua ini? Nggak mungkin juga kalau itu musuh bisnisnya. Kalau iya, pasti putrinya sekarang tengah disandra di luar negri.
"Lalu apa lagi?"
"Kabar baik Tuan. Dua orang pemilik nomor itu berdomisili di daerah Puncak juga. Saya yakin, kalau mereka berdua hanya suruhan dari sang penculik," ungkap Mr Ergan. Oke, ini kabar baik. Setidaknya ada peluang untuk menemukan putrinya. Setidaknya ia sedikit tahu tentang keberadaan Rycca. Semoga ia tak terlambat dan perkiraannya juga benar.
Mr Pyr menepuk bahu Mr Ergan, tersenyum kepadanya. Penuh terima kasih.
"Saya berhutang budi pada Anda, Mr Ergan. Terima kasih banyak," ucapnya tulus. Mr Ergan mengangguk.
"Kapanpun Tuan butuh saya, saya siap membantu."
Mr Pyr memanggil beberapa bawahannya, menyuruh pria itu menyiapkan mobil.
"Kita berangkat sekarang."
Mr Pyr berjalan mendahului mereka yang masih duduk di sofa. Kafin dan semuanya menatap takjub pada pria paruh baya itu. Ia tak kenal letih untuk mencari anak perempuannya. Sekarang mereka tahu, begitu besarnya rasa sayang Mr Pyr terhadap Rycca. Meskipun gadis itu belum menyadari sepenuhnya.
****
Pria berambut cokelat itu duduk sambil menatap gadis di hadapannya. Gadis itu tertidur dengan posisi duduk dan tubuh yang terikat. Pria itu memajukan kursinya, lebih dekat dengan Rycca yang masih tertidur di kursi. Rambutnya berantakan, menutup sebagian wajahnya yang pucat pasi. Bibirnya kering ditumbun dinginnya udara AC yang menusuk.
Pria itu sedikit tak tega, ada rasa iba yang bersarang di hatinya. Namun kepalanya terus mengusir keras rasa itu. Rycca tak pantas dikasihani. Dan dia memang pantas untuk mendapatkan semua ini. Perlahan tangan pria itu membelai pipi putih pasi itu. Kemudian ia singkirkan rambut Rycca yang menutupi sebagian wajahnya. Gadis itu menggeliat, lalu perlahan membuka matanya. Gadis itu kaget, menatap pria dengan baju santai yang tengah menatapnya intens.
"Selamat pagi, Nona angkuh," sapanya dengan senyum sinis. Rycca memalingkan wajahnya. Tak menggubris sapaan pria itu. "Hei, sungguh tak sopan mendiamkan seseorang seperti itu!" tegurnya, tapi Rycca tetap tak peduli. Pria itu menghela napas jengah. Memejamkan matanya erat, memijit pangkal hidungnya, mencoba mengusir emosi yang hendak meledak saat ini juga.