Razaghar memacu Griffinnya sekencang mungkin menuju gerbang pembatas Southern Nile dengan Daerah Kutukan. Semakin dekat dirinya dengan Southern Nile, semakin ia merasakan kejanggalan di udara. Langit terlihat biru tak berawan, tidak ada seekor burung pun yang melayang, dan Razaghar tidak mendengar suara Griffin di kejauhan. Griffin Pemburu biasanya melintas di atas awan supaya tidak terlihat oleh manusia dan Peri. Mereka adalah makhluk jahat yang harus menahan diri untuk tidak menyerang manusia karena perang adalah konsekuensinya. Tapi langit hari itu justru menunjukkan suatu keanehan yang membuat Razaghar tidak tenang. Ini bukan sekadar soal lelaki gila pembunuh wanita. Ada rencana yang lebih besar lagi, pasti!
Hougo Drakkum mendarat di tembok besar pembatas. Para prajurit Southern Nile cukup terkejut melihat kedatangan Razaghar dan buru-buru mendatanginya. Tapi Razaghar tidak turun dari punggung Griffinnya dan hanya memerintahkan, “Ada seorang pembunuh berbahaya yang menuju ke sini!” Razaghar mengacungkan tangannya ke udara dan membaca mantra, “Lucceshan!” Gumpalan asap tiba-tiba muncul, membuat para prajurit terkejut. Gumpalan asap yang mula-mula hanya asap tidak jelas, perlahan-lahan membentuk wajah seorang pria. Razaghar menampilkan bagaimana wajah si pembunuh supaya para prajurit mengenalinya. “Jangan biarkan dia melewati gerbang menuju ke Daerah Kutukan. Kalaupun dia berhasil melewatinya, kejar! Kejar dia sampai ke Daerah Kutukan! Hiyah!” Dan Razaghar kembali terbang. Sang ketua Dewan bergegas mendatangi istana kerajaan Southern Nile.
Griffin sang ketua Dewan mendarat di balkon istana Southern Nile yang menyatu dengan ruang takhta. Begitu Hougo Drakkum mendarat, pengawal Raja yang mendengar suara debuman dari balkon langsung dengan sigap membukakan pintu. Mereka sudah hapal ciri-ciri kedatangan Razaghar dan tidak ingin membuat orang sepenting dirinya harus mengetuk pintu, walau secara teknis pangkatnya tetap di bawah Raja manapun di Center Isles.
“Razaghar, apa yang membuatmu tiba-tiba datang kemari?” tanya Raja Daememon DeLumieer seraya bangkit dari singgasananya untuk menemui Razaghar. “Ada seorang pembunuh yang menuju ke Southern Nile. Dia kabur setelah aku mengetahui keberadaannya. Kurasa dia akan kabur ke Daerah Kutukan.”
“Lalu apa yang kau inginkan?”
“Pasukan, Yang Mulia. Kirimkan pasukan tambahan untuk menjaga tembok pembatas.”
“Begitu berbahayanyakah orang ini sampai-sampai prajurit penjaga gerbang pembatas tidak cukup untuk menangkapnya?”
“Hanya berjaga-jaga. Aku curiga orang ini punya kemampuan sihir yang luar biasa. Yang jelas, dia sangat berbahaya.”
Raja Daememon kembali ke singgasana dan duduk sejenak, tampak menimbang-nimbang permintaan Razaghar. Akhirnya, ia memutuskan, “Baiklah. Akan kukirimkan pasukan tambahan. Tuan Lenen!” panggil sang Raja. Penasihatnya kemudian mendatangi Raja Daememon. “Yang Mulia?”
“Kirimkan prajurit penjaga gerbang dari semua giliran jaga!”
“Baik, Tuanku,” jawab Lenen sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruang takhta.
“Terima kasih, Yang Mulia.”
“Hanya menjalankan tugasku, Tuan Ketua Dewan.”
“Baiklah. Aku mohon undur diri.” Setelah menerima anggukan dari Raja Daememon, Razaghar buru-buru meninggalkan ruang takhta, kembali ke balkon, dan menaiki Hougo Drakkum. Sang Griffin pun dengan lincah terbang meninggi meninggalkan Sothern Nile.
***
“Di mana Raja Willem?” tanya Alexander pada pengawal Raja yang menjaga pintu masuk ruang takhta Roarfang. Sebelum si pengawal menjawab, sebuah suara merdu membuat Alexander menoleh ke belakang.
“Alexander?” sapa Vhasmeeda.
“Oh, Yang Mulia, aku punya berita penting yang harus kusampaikan pada Raja Muda.”
“Dia…masih istirahat. Haruskah kubangunkan dia?”
“Tidak, tidak,” Alexander menjawab dengan gugup, “biarkan dia istirahat dulu, akan kusampaikan nanti. Lagipula Razaghar sedang menangani masalah ini.”
“Bagaimana, Alexander?” tanya Willem sambil terus berjalan pelan mendatangi Alexander. Kemunculan Willem cukup membuat Alexander dan Vhasmeeda terkejut.
“Ya. Masalah. Kita bicarakan di ruang takhta.” Alexander mengangguk pada penjaga pintu yang langsung membukakan pintu ruang takhta. Sang Peri, Raja Muda, dan Ratu masuk ke dalam ruang takhta.
Tidak banyak yang berubah dari ruang takhta. Gambar Peta Center Isles buatan Alexander masih terpasang mentereng di dinding. Ada beberapa tambahan seperti meja pertemuan yang baru, dua patung singa yang mengapit singgasana, karpet baru, lukisan-lukisan baru, dan replika Center Isles yang dibuat oleh pematung dan ahli ukiran kayu terbaik di Center Isles, yang dibuat di sebuah kolam kecil dengan air sungguhan untuk menunjukkan lautnya dan pahatan pulau-pulau yang diberi warna, seolah-olah melihat seluruh Center Isles dari angkasa. Tapi selain itu semua masih sama dan terutama, aura yang dipancarkan oleh ruangan itu masih sama dengan sebelumnya.
Ketiga orang penting berdiri di pinggir kolam kecil. Mereka semua memandang lekat-lekat replika Center Isles hingga akhirnya Alexander bicara, “Razaghar, aku dan Ratu Lysandra mendatangi tempat gadis itu dibunuh siang tadi. Razaghar menggunakan sihirnya untuk melihat ke masa lalu.”
“Apa dia sudah tahu siapa pelakunya?”
“Kurasa begitu, Willem.”
“Apa yang kaumaksud dengan ‘kurasa’?” tanya Willem.
Alexander mengambil napas panjang dan menjelaskan, “Razaghar sudah melihat masa lalu ke waktu pembunuhan terjadi tapi dia tidak memberitahuku maupun Lysandra siapa pelakunya. Dia pergi begitu saja ke Southern Nile.”