Nun jauh di sana, ada bumi yang lain. Walau bumi ini pada dasarnya sama dengan bumi yang kita tinggali, bumi ini memiliki perbedaan sebagaimana Dia sebutkan bahwa walau kesemuanya sama, ada beberapa perbedaan dalam detilnya. Bumi yang akan kita bicarakan belum melewati masa-masa revolusi industri sehingga belum ada teknologi mutakhir. Semua terlihat seperti abad pertengahan dan alih-alih mobil sport, ada kuda-kuda yang luar biasa cepat, bukannya pesawat melainkan Griffin yang ditumpangi para Penjinak Griffin. Tidak ada permainan komputer bertema petualangan, tapi petualangan itu sendiri ada dan menanti untuk dijalani oleh para ksatria. Sihir-sihir penasehat kerajaan dan tempat-tempat ajaib yang ditinggali makhluk aneh dan indah masih bisa ditemukan di sini, walau Unicorn Putih, Pegasus Emperor, dan Nona-Nona Duyung sudah mulai sulit ditemui akibat datangnya perang.
Ya, perang. Perang besar pernah terjadi dua puluh satu tahun yang lalu. Perang antara Kerajaan Utama Roarfang dan Kerajaan Valley of Tigers membuat bumi seisinya berguncang. Konon, Master Tiggaro dari Valley of Tigers yang menentang kekuasaan absolut Raja Dothroar dari Roarfang, berhasil menemukan LeCreatesse, sesosok kuda besar yang sebelumnya hanya didengar dalam dongeng-dongeng untuk menakut-nakuti para Pengelana dan anak muda supaya tidak memasuki Daerah Kutukan atau hutan-hutan terlarang. LeCreatesse, seindah apapun namanya, adalah raja Unicorn Hitam. Tanduknya yang memiliki kekuatan jahat luar biasa dibuat dari serpihan bintang Kundun yang jatuh ke bumi setelah bertabrakan dengan bintang Damemon. Serpihan itu lalu ditempa tanpa henti selama 1995 tahun oleh lima Unicorn Hitam Pertama di gua terdalam Daerah Kutukan. Pukulan tanduk-tanduk mereka menyalurkan sihir dan kekuatan luar biasa pada serpihan bintang Kundun itu dan tepat di hentakan ke 1995 di bulan terakhir setelah 1995 tahun, serpihan itu berkobar dan dari nyala apinya lahir LeCreatesse. Tanduk LeCreatesse dipercaya merupakan senjata terkuat di muka bumi dan, menurut legenda, hanya bisa digunakan untuk menghancurkan. Inilah yang diinginkan Master Tiggaro.
Setelah berhasil menghabisi LeCreatesse dan memotong tanduknya, Master Tiggaro meminta kaum Centaur Tengah yang, tidak seperti Centaur di Utara maupun Selatan yang liar, sangat terpelajar dan ahli dalam membuat senjata. Dari tanduk raja Unicorn Hitam, Exolothor yang merupakan pedang panjang brekuatan dahsyat, dibuat untuk digunakan oleh Master Tiggaro memporak-porandakan Center Isles. Dia tak terkalahkan dan benar saja, kekuatan bintang Kundun yang sudah ditempa dan terpapar kekuatan jahat Unicorn Hitam hanya memiliki satu fungsi: menghancurkan. Sang Kuasa yang mengetahui betapa berbahayanya Exolothor di tangan manusia yang penuh nafsu, akhirnya memutuskan untuk turun tangan dan melebur cahaya seratus ribu malaikatnya menjadi Merrakuleon, Pedang Cahaya Abadi yang merupakan kebalikan dari Exolothor yakni ia hanya bisa menjalankan fungsinya yang satu: memulihkan. Pedang inilah yang digunakan Raja Dothroar untuk mengalahkan Master Tiggaro dan dengan hempasan pedangnya, melempar Exolothor jauh-jauh ke dasar Sea of Doom, menguncinya di inti bumi. Konon, sebuah raungan yang teramat keras terdengar di seluruh Center Isles ketika Exolothor mendarat di inti bumi yang panas dan tak terjamah.