The Battle of Serenity: Pertempuran Perdamaian

Nabil Bakri
Chapter #5

KRISIS EMPAT

Karena memusatkan pikirannya untuk mengendalikan Willem, Skandar tak menyadari bahwa pengawal pribadi Pangeran melihat kejanggalan langkah Willem. Si pengawal yang curiga mengendap-endap, perlahan-lahan mengikuti Skandar dan Willem. Sebelum Skandar sempat membuka pintu kamar Pangeran, si pengawal menyadari ada yang tidak beres dan Pangeran dalam bahaya. Jadi, cepat-cepat ia mendorong Skandar hingga mendobrak pintu kamar Willem, menghimpitnya ke tembok, dan menempelkan pedangnya ke leher Skandar. Barulah setelah lehernya merasakan dinginnya baja tajam milik si pengawal, sihirnya terhadap Willem buyar.

Sang Pangeran merasa pusing dan buru-buru mencari kursi untuk duduk. “Apa yang kau lakukan padanya, Penyihir!?” bentak si pengwal. Skandar tidak memberikan jawaban. “Jawab!” perintah si pengawal, membuat Skandar akhirnya mengatakan, “Immitum nihil.” Pedang yang sewaktu-waktu bisa menebas putus lehernya kini berangsur-angsur menjauh. Si pengawal menarik dirinya, membebaskan Skandar, dan hanya berdiri diam. Saat si pengawal mematung itulah Skandar menggoyangkan tangannya seolah-olah menghajar si pengawal dan pria berbaju besi itu terlempar hingga ke sudut ruangan. “Jangan main kekerasan sebelum aku menjelaskan!” gumamnya.

“Apa yang kau lakukan, penghianat!” bentak Willem dengan lemas sehingga tidak terdengar seperti ancaman bagi siapapun yang mendengarnya.

“Kau akan pergi ke puri. Biar kuurus barang-barangmu. Sekarang, maafkan aku.” Skandar kembali mengendalikan pikiran Willem, menuntunnya keluar istana menuju kandang kuda. Willem memerintahkan pengurus kuda, “Bawa Silver Maine keluar! Aku harus ke puri sesegera mungkin.”

“Baik, Tuanku,” jawab pengurus kuda yang bergegas masuk ke dalam kandang untuk membawa Silver Maine keluar. Kuda yang diminta oleh Willem bukan kuda sembarangan, melainkan kuda kesayangan Dothroar. Silver Maine adalah keturunan murni Kuda Pertama, ras kuda paling awal sebelum Pegasus dan Unicorn berkeliaran bebas di muka bumi. Ras Kuda Pertama dikenal sebagai kuda yang besar, bersurai panjang nan indah, tapi bisa berlari sangat kencang, bahkan lebih kencang ketimbang Unicorn Hitam yang dikenal lincah dan pandai melarikan diri di dalam hutan lebat maupun jalanan terjal. Walau Silver Maine tidak bersayap layaknya Pegasus, kencang larinya bisa membuat penunggangnya serasa dibawa terbang dan walau ia tak bertanduk seperti Unicorn, ia memiliki kekuatan luar biasa yang membuat penunggangnya merasa aman jika menungganginya.

Derap langkah mantap yang kini bisa didengar jelas dari luar membuat para pengawal dan pelayan yang kebetulan berada di sekitar istal menoleh ke arah seekor kuda besar yang mendekati Willem. “Terima kasih, Smith,” ujar Willem pada si pengurus kuda sebelum ia menaiki Silver Maine dan memacunya meninggalkan area istana.

***

“Sekali lagi maafkan aku,” pinta Skandar sambil membantu Willem duduk di kursi. “Tapi kalau kau sampai melawan Razaghar, keadaannya akan lebih buruk lagi.”

Seorang lelaki yang usianya hanya sedikit di atas 20 tahun masuk ke dalam puri sambil menenteng dua tas besar. “Taruh saja di dekat pintu,” perintah Skandar. Lelaki itu mengangguk dan menaruh kedua bebannya di pinggir pintu masuk. “Dia ini putra termudaku, Pangeran Willem.” Setelah Skandar menerangkan siapa pemuda itu, si lelaki muda lalu beranjak ke hadapan Willem dan membungkuk seraya berkata, “Demetri Skalowen siap melayani Anda.” Tapi Willem tidak berbuat apa-apa karena kepalanya masih pening dan badannya masih mati rasa. Efek samping mantra pengendali memang bisa membuat seluruh badan yang dikendalikan mati rasa. Tidak ada yang bisa dilakukan selain menunggu keadaannya berangsur-angsur membaik. “Aku akan membuat teh,” ujar Skandar. “Kau nyalakan api unggun dan temani Pangeran. Kalau-kalau dia pulih lebih cepat dari dugaanku, jaga dia jangan sampai kabur!” Setelah mendapat anggukan dari putranya, Skandar pergi ke dapur. Pria tua itu terlihat hapal betul denah puri pribadi Pangeran, seolah ia pernah tinggal lama di dalamnya atau, paling tidak, sering mengunjunginya. Ia bahkan tahu betul letak teko, gelas-gelas kristal, gula dan madu berkualitas tinggi dari Southern Nile, susu sapi Pegunungan Nile yang sudah disiapkan oleh pelayan, teh terbaik dari kebun-kebun teh di Roarfang, dan hal-hal kecil lainnya.

Skandar keluar dari dapur sambil membawa nampan besar berisi tiga gelas teh yang ia buat secara khusus, dengan tambahan bisikan lazuriis, mantra dari bahasa Peri yang secara harfiah berarti ‘pas’ atau ‘sempurna’. Mantra ini biasanya digunakan untuk membuat makanan yang paling tidak enak sekalipun menjadi selezat masakan Peri Padi yang dikenal sangat ahli dalam mengolah makanan. Walau begitu, mantra ini pada dasarnya bisa membuat apa pun menjadi lebih ‘pas’ atau lebih ‘sempurna’, misalnya sepatu yang kekecilan atau baju yang terlalu besar. Maka bisa dipastikan, teh yang disajikan Skandar akan terasa sangat nikmat.

“Bantu Pangeran minum tehnya barang seteguk saja, itu akan membantu memulihkan badannya.” Skandar menyodorkan satu gelas teh pada Demetri dan memintanya membantu Willem minum. Sang Pangeran yang sedari tadi hanya mampu menggerakkan bola mata dan beberapa kali berkedip tidak benar-benar yakin pada teh yang akan diberikan padanya. Ia punya segudang alasan untuk tidak percaya pada setiap gerakan dan ucapan Skandar. Tapi karena tak berdaya, Demetri dengan mudahnya memberikan seteguk teh pada Willem. Tegukan pertamanya saja sudah mampu membuat Willem memejamkan mata merasakan nikmatnya teh yang dicampur susu dan madu istimewa (dan juga sebuah mantra), dan tegukan kedua membuat mati rasanya hilang.

“Aku yakin kau punya banyak pertanyaan dan tuduhan, tapi sebelum kau mengutarakannya, biar kujelaskan alasanku melakukan semua ini.” Willem menyipitkan matanya, memberikan tatapan curiga pada Skandar. Tapi ia mengikuti kemauan Skandar karena lebih baik ia mengalah dulu kalau tidak mau disihir lagi. “Aku tidak bisa membiarkanmu pergi mencari Merrakuleon. Terlalu berbahaya dan tidak ada gunanya!”

“Bukankah mencari Exolothor lebih berbahaya lagi?” gumam Willem tanpa memedulikan omongan Skandar sebelumnya.

“Merrakuleon kini bertuan. Risikonya terlalu banyak untuk merebut sesuatu yang sudah bertuan. Pemilik Merrakuleon yang baru akan berjuang sekuat tenaga untuk mempertahankan pedang pusakanya. Dan orang yang berhasil mencuri Merrakuleon dengan menghabisi dua Griffin penjaga sekaligus Raja Dothroar dan Ratu, bukanlah orang sembarangan. Dia pasti sangat cerdas dan sangat kuat.” Skandar berhenti sejenak dan pandangannya beralih ke arah gelas-gelas berisi teh. “Minumlah lagi tehnya, Pangeran, itu bisa membantu menjernihkan pikiranmu.” Walau sedikit enggan, Willem tak bisa menahan nikmatnya teh itu dan akhirnya mengambil gelasnya dan menyesap airnya pelan-pelan. Melihat tingkah sang Pangeran, Demetri tersenyum.

“Kau akan pergi mencari Exolothor dan kau harus setuju karena kalau tidak, akan kugunakan sihir untuk mengendalikanmu pergi mencarinya!”

“Kenapa tidak kau sendiri saja yang mencarinya?”

Lihat selengkapnya