Sejak kecil, Lyrids sudah tahu kalau dia berbeda dari manusia kebanyakan. Saat anak kecil seusianya merasa senang dengan mainan mobil-mobilan atau boneka, dia terobsesi untuk melengkapi koleksi bokutō miliknya. Camilan dan makanan manis tidak mampu memuaskannya– tidak sebanyak ketika dia berhasil menebak siapa serial killer dalam komik gore yang dibacanya.
Beranjak remaja, ia terbiasa dengan julukan nerd mengikutinya kemanapun ia pergi. Lyrids tidak pernah menyukai sebutan itu, tapi ia juga tidak pernah memprotesnya. Baginya, bagaimana orang lain menyebutnya dan berpikir tentangnya, itu sama sekali bukan urusannya.
Namun, bagaimana jadinya jika seorang nerd sepertinya terjebak di situasi harus mengulurkan tangan kepada seseorang yang dijuluki loser? Lyrids yang membenci atensi terpaksa membantu Jamal, seorang siswa di sekolahnya yang mengalami perundungan. Aksi heroiknya itu justru menyebabkan dirinya juga ikut dirundung.
Beruntungnya, ternyata Lyrids lumayan menikmati rasanya dibully. Semua kesenangan itu berakhir ketika salah seorang pelaku yang merundungnya itu ditemukan tewas di sekolah di suatu pagi. Di saat yang sama, Lyrids menemukan kemungkinan bahwa orang tua kandungnya masih hidup dan mengawasinya diam-diam. Satu per satu pembullynya itu mati terbunuh secara misterius. Lyrids menjadi satu-satunya orang yang dicurigai sebagai pelakunya. Apakah benar ini semua hanya kebetulan?