Bagi sebagian orang, bangun dari ranjang bukan masalah. Bagi yang lain, itu tampak sulit dilakukan. Kalau Anda termasuk orang yang berlama-lama berbaring di balik selimut setelah beker berbunyi, berharap saat itu hari libur; baru sanggup menyeret tubuh Anda turun dari ranjang setelah dering beker kedua atau ketiga berbunyi, maka bab ini diperuntukkan bagi Anda.
Ikigai terkadang diekspresikan sebagai “alasan untuk bangun di pagi hari”. Ikigai-lah yang memberikan Anda motivasi berkelanjutan untuk menjalani hidup Anda, atau bisa juga dibilang bahwa ikigai-lah yang memberikan gairah hidup yang membuat Anda bersemangat menyambut kedatangan setiap hari baru. Sebagaimana yang akan kita saksikan dalam bab ini, bangsa Jepang tidak memerlukan dasar motivasi yang besar-besaran untuk terus bergerak, tetapi lebih mengandalkan pada ritual-ritual kecil dalam rutinitas harian mereka. Dari kelima pilar ikigai yang dijelaskan di awal buku ini, bangun pada awal harilah yang paling berkaitan dengan awali dengan hal yang kecil.
Hiroki Fujita, yang berdagang tuna di pasar ikan Tsukiji yang terkenal di Tokyo, bukanlah seorang yang asing terhadap etos bangun di awal hari. Dia bangun pada pukul 02.00 dini hari, dan bersiap-siap berangkat kerja, mengikuti protokol biasanya. Hari masih gelap ketika dia tiba di lapak pasarnya, bahkan di tengah musim panas. Fujita segera mengawali kerja dengan cara gesit seperti yang biasa dilakukannya selama bertahun-tahun.
Ada alasan khusus mengapa Fujita bangun begitu dini setiap harinya. Sebagai pedagang ikan tuna, dia harus mengambil tuna terbaik, dan karenanya tak sanggup melewatkan hal penting apa pun yang terjadi di pasar. Para pelanggan Fujita bergantung pada dirinya. Selagi dunia menemukan rasa tuna toro yang luar biasa lezat, semakin banyak perhatian diberikan bagi proses memilih dan membumbui spesimen-spesimen terbaiknya. Fujita memeriksa lusinan tuna yang digelar di lantai sebuah area khusus pasar ikan Tsukiji, berusaha memilih tuna terbaik bagi para pelanggannya yang bukan orang sembarangan. Sebagian besar dari mereka adalah restoran-restoran sushi terkemuka di sekitar Tokyo, termasuk, tentu saja, Sukibayashi Jiro.
Memilih tuna yang baik saja sudah merupakan seni yang rumit, ucap Fujita. Di Tsukiji, daging tuna dijual secara utuh, dan pedagang tuna tidak dapat melihat bagian dalam ikan itu saat melakukan pembelian. Satu-satunya cara bagi pedagang tuna untuk memilih ikan di pasar hanyalah dengan melihat bagian permukaan daging di dekat sirip ekor yang telah dipotong dari sisa tubuh ikan itu. Fujita sering menyentuh dan merasakan irisan sirip ekornya, menggunakan jemarinya untuk mengetahui jika daging di dalamnya bagus.
“Publik bisa memiliki kesalahpahaman tentang jenis tuna mana yang lezat,” ujar Fujita.
Orang cenderung berpikir bahwa tuna yang merah dan tampak segarlah yang terbaik, tetapi itu salah besar. Tuna terbaik sebenarnya memiliki penampilan yang lebih kurang mencolok. Hal itu hanya tampak pada badan ikan jenis tertentu, yang ditangkap oleh cakupan prosedur penangkapan yang terbatas. Tuna terbaik hanya dapat ditemukan dalam, katakan saja, satu dari seratus. Kita berusaha menemukan tampilan dan tekstur tertentu, tetapi sulit untuk merasa yakin, karena tuna-tuna terbaik sering kali sangat menyerupai, bahkan tak bisa dibedakan dari, tuna-tuna yang rusak melalui oksidasi. Saya bangun di awal pagi, karena saya selalu mengejar jenis ikan yang istimewa itu. Saya berpikir dalam hati, akankah saya menemukannya, kalau saya berangkat ke pasar ikan hari ini? Pikiran itu membuat saya terus bergerak.
Barangkali, kita semua harus merangkul pagi hari seperti yang dilakukan Fujita. Kita sudah cukup tahu tentang kondisi-kondisi fisiologis otak untuk mengetahui bahwa awal pagi itu merupakan waktu terbaik bagi kerja kreatif dan produktif. Data menunjukkan bahwa selama waktu tidur, otak sibuk mencatat memori-memori di dalam sirkuit saraf selagi aktivitas-aktivitas sehari itu dipilah dan dikonsolidasi. Riset mengenai dinamika konsolidasi memori masih terus dilakukan. Tampaknya memori-memori baru secara sementara disimpan di otak dengan bantuan area yang dikenal sebagai hipokampus (kita yakin akan peran penting dari hipokampus ini, mengingat orang-orang yang mengalami kerusakan besar terhadap area itu tidak lagi mampu membentuk memori-memori baru). Kemudian, memori-memori itu tampak “berpindah” secara bertahap ke korteks di dekatnya untuk dikonsolidasi menjadi memori-memori jangka-panjang. Otak mampu menyimpan, menghubungkan dan mengelompokkan memori-memori ini secara efisien dalam kekosongan informasi indriawi yang masuk.
Pada pagi hari, jika Anda menikmati waktu tidur yang cukup, otak telah menuntaskan tugas malamnya yang penting. Ia berada dalam kondisi yang segar, siap untuk mencerna informasi baru selagi Anda mengawali aktivitas harian Anda.
Pada pagi hari, jika Anda menikmati waktu tidur yang cukup, otak telah menuntaskan tugas malamnya yang penting. Ia berada dalam kondisi yang segar, siap untuk mencerna informasi baru selagi Anda mengawali aktivitas harian Anda. Mengucapkan selamat pagi—ohayo dalam bahasa Jepang—dan melakukan kontak mata mengaktifkan sistem-sistem imbalan otak dan mengarah pada fungsi pengaturan hormon yang lebih baik, menghasilkan sistem imunitas yang lebih baik. Semua efek ini secara statistik tampak signifikan, meskipun hubungan kausalnya belum dipahami secara menyeluruh. Seperti yang akan kita lihat berikutnya, etos bangun di awal pagi telah tertanam dalam budaya masyarakat Jepang, sehingga barangkali tidak mengherankan, jika ada aturan tentang bagaimana dan kapan mengucapkan ohayo. Hal-hal semacam ini dianggap serius! Karena berbagai pengaturan hormon di otak diketahui selaras dengan prosesi matahari, maka menjadi masuk akal untuk hidup selaras dengan matahari, mengingat ritme hari itu sejalan dengan siklus alamiah siang dan malam.
Itulah penjelasan neurologis mengapa bangun di awal pagi menjadi bagian dari tradisi bangsa Jepang. Akan tetapi, sebagaimana yang kami sebutkan, ada pula alasan kulturalnya: Jepang merupakan bangsa yang selalu memberi penghargaan tinggi terhadap terbitnya matahari.