The Book of You and I

Natalia Pratiwi
Chapter #2

Wahai Tuan

Hari ini otakku terasa penat sekali, seperti ingin mengumpat di dalam kolong lalu hilang. Aku melihat Leo bersama kekasihnya yang baru. Tapi dia teriak ke arahku dengan lantang “bilang sorry ke Kinara, gua gak bisa bales smsnya, pulsa gua habis”. Aku hanya terdiam dengan overthinking dikepala mengapa harus beritahu hal tersebut kepadaku, padahal Leo bisa memberitahunya sendiri kepada Kinara. Tapi memang hari ini Kinara tidak terlihat disekolah, aku yang ingin menyampaikan pesan Leo pada Kinara segera mencari tahu dimana keberadaan Kinara.

“Kinara gak masuk Ra, sakit katanya, nanti mau jenguk gak kerumahnya?” jawab Randy yang merupakan sumber informasi disekolahan ini.

“Lo kesana? Yaudah hayuuu, tapi bareng ya?” pintaku.

“Iya gua kesana Ra, idih, jemput pake apa sih Ra, ada-ada aja.” ocehnya seraya mencatat. Bell sekolah berbunyi memberitahukan bahwa waktunya untuk pulang, aku dan Randy kerumah Kinara menggunakan angkutan umum karena buang-buang waktu kalau pulang terlebih dahulu, sedangkan teman yang lain katanya menyusul setelah ambil kendaraan. Setelah sampai dirumah Kinara, aku menyampaikan pesan Leo kepadanya dan dia terlihat tidak peduli.

“Ra, gua balikan sama Tito” sahut Kinara, meleburkan lamunanku.

“HAH?! Ape lagi ini Kinara?! Anda mau kemana kan laki-laki yang sedang pedekate dengan anda ya?!” ucapku, terkejut. Tiba-tiba teman yang lainnya telah sampai sehingga Kinara tidak dapat melanjutkan cerita tersebut. Kinara memang perempuan yang lucu dan amat sangat baik disekolah, wajar jika banyak yang mendekatinya, hal itu juga tidak bisa membuatku untuk menyudutkan bahwa dia jahat kepada orang yang sedang berusaha berjuang untuk mendapatkan Kinara. Lagipula itu hak Kinara, semua hal yang menurutku bisa membuat bahagia itu adalah hal yang mutlak, tidak bisa diganggu gugat bagaimanapun caranya. Bahagia ya bahagia.

 

“Woy ngelamun mulu lo, pulang gak?” sahut Randy kepadaku.

“Pulanglah, barengkan?” jawabku.

“Gua jalan kaki Ra, rumah gua udah deket tuh beda berapa gang doang” ucapnya.

“Yah gua gimana Ran? Kalo gua ilang lo tega? Kalo gua….” jawabku yang dipotong seketika.

“Pulangnya di anter Rama aja nih, nganggur tuh jok belakangnya, ya kan Ram?” sahut Kinara, menoleh ke arah Rama.

“Iya bebas aja, asal dikasih tau rutenya” jawab Rama.

“Rama tapi gua berat, gak apa apa?” sahutku dengan ragu sambil memandangi motor Rama.

“Ini rumah aja bisa gua bonceng Ra, santai” jawab Rama menyombongkan diri. Selama diperjalanan Rama hanya diam, lalu aku yang hanya mengeluarkan suara untuk menunjukkan rute rumah kepada Rama. Entah kenapa jadi awkward, padahal bisa saja aku mengoceh agar dia tidak mengebut atau membahas apapun yang bisa diucapkan. Yaampun dia keberatan kali ya membawaku, ayolah cepat sampai agar tidak diam seperti ini. Sesampainya dirumah, aku mengucapkan terima kasih kepada Rama lalu masuk dengan berlari.

 

Bunyi notifikasi~

1 pesan dari Rama

"Jangan lari, nanti jatuh gelinding deh kaya bola :9"

 

Pesan yang kubaca sangat mencengangkan, bisa-bisanya hal seperti itu saja harus melalui sms, apa tidak bisa bicara langsung, apa dia tidak punya pita suara, aneh.

 

Bunyi notifikasi~

1 pesan dari Kinara

"Besok sepedaan yuk, abis pulang sekolah :D"

Perasaan Kinara tadi sakit, tapi yasudah tidak ada penolakan dari ku sama sekali, langsung ku jawab iya, yang sudah pasti aku sepaket dengan Randy.

 

                                                   ***

Lihat selengkapnya