Apa yang sebenarnya semesta rencanakan saat memisahkan dua orang yang saling mencintai. Sementara semesta pulalah yang dulu mempertemukan mereka. Merangkaikan cerita untuk menyatukan mereka. Menyemai benih-benih agar cinta tumbuh subur di dalam hati mereka.
Mencarijawabannya adalah hal yang percuma. Meski dipikirkan 1000x pun, sulit. Jalan keluar satu satunya hanya berpisah, hal yang paling dibenci dari setiap pertemuan.
Tapi, pada hakikatnya, bukan perpisahan yang sulit dilakukan, melainkan melupakan. Segala kenangan yang telah dilalui bagaikan sebuah buku yang telah terangkai halaman demi halamannya. Sebuah kisah yang tak akan terasa lengkap tanpa halaman yang hilang. Dari luar buku akan nampak baik-baik saja, namun terasa kosong di dalamnya. Tanpa ia yang pernah mengisi cerita.
Seperti aku.
Di sudut itu aku biasa memandangnya dalam diam. Memperhatikan setiap geraknya dan menyimpannya dalam memori otakku. Senyumnya, tawanya, ia rupawan. Bahkan dengan alis yang menyatu dan dahi yang berkerut bingung pun, ia tampak begitu tampan. Garis wajahnya tegas, kulitnya tidak terlalu gelap, tidak juga terlalu terang. Setiap senti lekuk tubuhnya terlihat pas, tidak kurang dan tidak lebih.
Tingginya semampai. Mungkin jika berjajar di sampingnya, tinggiku hanya sebatas pundak. Tipikal lelaki yang sangat diidam-idamkan banyak perempuan.