Alam semesta ini pada dasarnya mengembang dan tidak memiliki ujung maupun tepi. Kita sama sekali tidak tahu seperti apa kehidupan nan jauh di luar sana. Apakah memang ada kehidupan selain di bumi?
Apa pun bisa menjadi mungkin bila Yang Maha Kuasa berkehendak. Hanya saja perlu untuk diingat bahwa ini hanyalah sebuah kisah fiksi belaka.
Sebuah kisah fiksi yang bisa membawamu untuk menjelajah alam semesta yang luas tanpa ujung. Jadi, mari kita mulai saja dari kisah Rumi, seorang pangeran dari Kerajaan Matahari.
Matahari adalah tempat yang sangat panas dan penuh dengan api. Itu adalah pemikiran kita selama ini. Namun, tidak di tempat kelahiran Rumi.
Kerajaan Matahari yang menjadi tempat Rumi tinggal adalah sebuah kerajaan yang memiliki hamparan keindahan yang tidak terkira. Ada banyak bunga dan pepohonan. Tentu saja, ciri khas dari Kerajaan Matahari ini memiliki banyak sekali pohon sakura berwarna kuning hampir di setiap tempat.
Bagaimana dengan para penduduknya? Tentu saja mereka hidup sesuai dengan pekerjaannya masing-masing. Kebanyakan penduduk berkerja di tambang solar.
Kau pikir ini gila? Tentu saja tidak. Kerajaan Matahari adalah kerajaan penghasil solar terbesar yang hasil sumber energinya ini akan didistribusikan ke seluruh negeri yang ada di tata surya.
Ya, sedikitnya itulah cerita tentang Kerajaan Matahari. Sekarang kita kembali pada Rumi.
Laki-laki muda berambut merah dengan manik mata berwarna hijau emerald ini tengah menghela napas sambil mengacak-acak rambutnya sendiri. Jengah.
“Aku memang seorang pangeran, tapi bukan berarti aku tidak memiliki kehidupanku sendiri,” ujar Rumi sambil mengkerutkan keningnya. Dirinya teramat kesal setelah sebelumnya berbicara dengan ayahnya.
Berada dalam pengawasan setiap waktu memang menyebalkan. Itulah yang dirasakan oleh Rumi saat ini. Statusnya sebagai seorang pangeran dari kerajaan Matahari membuatnya dituntut untuk menguasai berbagai kemampuan. Dari mulai ilmu pengetahuan, ilmu sihir, table manner, dan tentunya bela diri.
“Sepertinya akan seru kalau bisa keluar dari tempat ini,” kata Rumi setengah menghela napas. Sorot matanya menangkap burung kecil yang sedang hinggap di sebuah pohon berdaun kuning yang berada tepat di depan jendela kamarnya.
“KWAAK.” Tiba-tiba saja terdengar suara gagak yang cukup nyaring. Membuat Rumi bertanya-tanya. Dari mana arah suara itu? Tentunya suara itu bukan berasal dari burung kecil yang sedang hinggap di pohon.
Tidak butuh waktu lama bagi Rumi untuk menerka, seekor burung gagak sudah bertengger di bingkai jendela kamarnya yang terbuka. Cincin putih yang ada di kaki kiri gagak terlihat berkedip karena terkena sinar matahari. Bukan hanya itu, ada sebuah gulungan kertas yang diikat di kaki kanan sang gagak.
Hanya dengan sekali lihat, Rumi tahu betul siapa pemilik burung gagak berbulu hitam yang ada di hadapannya saat ini. Dia adalah Leonardo, seorang pangeran dari kerajaan Saturnus. Teman masa kecil Rumi saat dirinya sedang belajar seni bela diri di tempat latihan yang sama.
“Mau apa dia?” tanya Rumi heran. Dia pun mengambil gulungan kertas yang ada di kaki sang gagak dan membacanya.
**
Dari : Leonardo
Untuk : Rumi
Aku saat ini sedang ada di kota Charon yang ada di kerajaan Pluto. Makanan di kota ini cukup lezat, kamu harus mencobanya. Di kota ini juga ada banyak sungai beraliran deras yang cukup menantang, konon katanya di dasar sungainya ada banyak batu ruby. Kemarilah, jangan terus duduk di kasurmu.
Ini alamatku,
Jalan Erebos no.21 Kota Charon
Kerajaan Pluto Pusat
**
Rumi tertegun saat membaca pesan yang dikirimkan oleh Leonardo. Bagaimana mungkin Leonardo bisa ada di kerajaan Pluto? Apakah dia kabur dari istana Saturnus? Batin Rumi bergemuruh. Sedari dulu Leonardo memang selalu melakukan segala hal yang dia mau. Itu juga yang membuatnya sering mendapatkan hukuman dari ayahnya. Raja Saturnus.
“Sebaiknya aku juga pergi atau tidak ya?” tanya Rumi pada dirinya sendiri. Dirinya mencoba untuk menimbang baik-buruknya ajakan Leonardo.
“Kwak,” suara sang gagak seolah memaksa Rumi untuk segera memberikan jawaban.