The Broken Pieces of Our Love

Via Qinuri
Chapter #3

3. Teman Lama

Perjalanan pulang kulalui dengan galau di dalam taksi. Tanganku meremas tas kerja yang menumpang duduk di pangkuan. Kupandangi kepala ritsletingnya seolah benda itu bisa bergeser sendiri.

"Aku tidak bisa menjelaskan secara langsung tanpa memohon di kakimu ...

... Beri aku kesempatan."

Kata-kata itu mampir lagi di telingaku.

Surat itu memang hanya dua lembar. Orang lain bisa saja membacanya sekali duduk, sambil lalu, tapi aku tidak. Bagaimana kalau nanti isi surat itu semakin melukaiku, melebarkan luka yang selama ini susah payah kututup? Bagaimana jika isi surat itu mempengaruhi hatiku, menghancurkan setiap kepingnya yang selama ini sudah kususun dengan berdarah-darah?

Terserah jika aku dikatakan berlebihan, atau pengecut, atau apalah. Aku tidak sekuat dan seberani itu.

"Kumohon, Azni ...."

Bayangan wajah Tirta yang mengiba malam itu, bermain di pelupuk mataku. Kenapa matanya masih saja membuatku luluh?

Aku memejam sembari mengatur napas. Tangan dan kakiku mulai berkeringat lagi. Aku membuka tas dan menemukan amplop itu tertindih flashdisk. Cukup lama kutatap dua benda itu sementara otakku menimbang-nimbang.

Aku memang tercekik penasaran oleh isi surat itu. Apa yang ingin Tirta sampaikan, dan kenapa baru sekarang? Bagaimana pun aku tidak bisa menghindarinya, tapi ... duh, susah sekali menjelaskannya.

Terlebih lagi, lusa aku ada pekerjaan besar. Hati dan pikiranku harus tetap waras untuk bisa bekerja dengan baik. Aku tidak mau menanggung risiko pekerjaanku kocar-kacir, jadi kututup lagi tas itu.

Maaf, Tirta. Sepertinya kamu harus menunggu lebih lama. Setelah acara anniversary gala dinner itu selesai, aku akan baca surat darimu. Aku janji.

💔💔💔

Anniversary gala dinner yang membuat seisi restoran kalang kabut itu akan digelar malam ini. Aura kesibukan menguar di mana-mana. Orang-orang vendor berlalu lalang mengerjakan tugasnya, menata dan mendekorasi restoran ini sesuai konsep yang diminta klien kami. Panggung kecil untuk memainkan musik sudah tertata rapi dengan beberapa instrumen. Meja-meja sudah diposisikan sedemikian rupa, diberi taplak baru dan juga vas yang berisi beberapa tangkai mawar ungu muda tiruan.

Di dekat pintu masuk, dua buah standing flowers mengapit meja kecil resepsionis, tempat para tamu mengonfirmasi undangan mereka. Acara ini dibuat terbatas hanya untuk yang menerima dan membawa undangan saja.

Gala dimulai tepat pukul tujuh malam. Para tamu undangan ramai berdatangan. Beberapa dari mereka kukenali sebagai pelanggan tetap restoran ini. Ibu Bupati juga tampak hadir. Dalam sekejap saja restoran ini sudah penuh.

Kulihat pasangan yang sedang merayakan ulang tahun pernikahannya tampak sangat bahagia. Aku sempat berkenalan dengan mereka tadi, bersama Pak Samuel. Bapak Ismoyono Maheswara dan istrinya, pemilik homestay berbasis alam di Kota Batu, tapi berdomisili di Jember. Mereka berdua tak pernah kehilangan senyum. Tangan keduanya terjalin rapat, seolah mengisyaratkan keengganan berpisah.

Mendadak ingatanku mendekap Ibu. Aku tidak pernah melihatnya tersenyum bahagia di samping Ayah. Aku bahkan hanya tahu wajah Ayah dari beberapa lembar foto usang di rumah, yang sudah bernoda kecokelatan di tepi-tepinya. Ayah meninggal saat usia kandungan Ibu masih enam bulan. Meski begitu, aku tahu Ibu sangat mencintai Ayah. Buktinya, Ibu tidak pernah menikah lagi. Sesering apa pun aku merengek untuk mendapatkan ayah sambung, Ibu tetap tidak mau mengabulkan permintaanku. Sampai sebesar ini aku masih saja penasaran, seperti apa rasanya punya ayah.

Seandainya Ayah dan Ibu masih ada, kurasa mereka pasti memiliki senyum yang sama dengan pasangan yang tengah memotong kue tar tiga susun itu. Senyum setulus hati pengabar cinta.

Aku bertepuk tangan bersama semua orang yang hadir. Pasangan itu berpelukan hangat merayakan dua puluh delapan tahun mereka bersama. Rasa hangat yang juga menyelusup ke hatiku.

💔💔💔

Aku baru saja keluar dari restroom setelah acara anniversary gala dinner berakhir. Mataku terasa panas, jadi aku cuci muka dulu sebelum bersiap pulang.

Lihat selengkapnya