The Candles and Their Owners

Aning Lacya
Chapter #4

Louisa

Kyla melangkah keluar ketika aku memasuki ruang. Ku lihat Gavin sudah sibuk membaca beberapa lembaran kertas. Hari ini ia memakai kacamata. Sepertinya ia sangat memperhatikan profesinya sebagai guru. Di mejanya bahkan bertumpuk buku-buku dan lembaran-lembaran putih mirip proposal. Di bawah mejanya ada tas khusus yang biasa dipakai untuk olahragawan sedikit terbuka dan memperihatkan tali sepatu menyembul keluar.

Tanpa sadar, dari arah depan seseorang menubruk tubuhku. "Anna!"

Ia melirikku sinis. Aku bahkan ingin tertawa. Ada-ada saja. Sepertinya ia memang terlalu cemas dengan ucapanku kemarin.

"Anna...," suara itu muncul di hadapanku. Gavin

"Aku sudah selesai, kita jadi pergi?" tanya Gavin.

"Siap Gav!"

Anna buru-buru berlari ke mejanya dan merapikan tasnya. Lalu berlari lagi ke arah Gavin. Sangat sigap. Sampai-sampai aku terdiam di tempatku berdiri seperti sebelumnya. Mereka berlalu bergitu saja seperti tak menghiraukan hadirku di sini.

Aku baru akan melangkah ketika Gavin mundur dan menyapaku sebentar.

Mereka pulang bersama?

Aku mengambil napas panjang sebelum kembali melangkah. Kulirik meja Gavin. Ada surat kabar hari ini. Membahas tentang dugaan-dugaan sementara terkait penyerangan beruang yang mengerucut pada kesimpulan mengejutkan. Semua korban adalah laki-laki. Memiliki identitas sebagai kurir logistik.

Tetap saja, menurutku pelakunya jelas ini bukan beruang. Manusia. Pelaku sangat cerdik. Sidik jari tidak terlacak. Jejak langkah tidak ada.

Aku tidak jadi duduk. Kembali keluar dan bergegas. Tugas sekolah sudah selesai. Aku akan pulang lebih cepat dari sebelumnya.

"Kau pulang ke arah mana?"

Aku menoleh sebelah kiriku begitu aku sampai di luar gerbang sekolah. Gavin!

"Bukankah kau sudah pulang dengan Anna?"

"Aku hanya keluar membeli buku di tempat yang dekat dengan rumah Anna. Kau bisa lihat? Aku kembali ke sini untuk meletakkan ini."

Aku mengangguk mengerti.

"Jadi kau akan pulang ke arah mana?"

"Kau tidak perlu repot Gav, aku akan jalan. Tempat tinggalku dekat dari sini."

"Ayolah Maidy, jangan menolak tawaranku. Anggap saja sebagai perkenalan kita."

Aku menyungging senyum. Anna, Kyla dan Gavin sama saja. Sama-sama badut di hadapanku. Sangat menghibur.

Mobil Gavin dipenuhi aroma lavender. Sebuah pomade dan beberapa buku kecil tersusun rapi di dashboard mobil. Sepertinya Gavin memang mencintai buku sekaligus berusaha menjaga penampilannya.

"Jadi kau juga mengikuti kabar tentang serangan beruang itu?"

"Semua orang di kota ini sedang membicarakan itu Maidy, tentu saja aku juga penasaran."

"Apa menurutmu itu memang beruang?"

"Tentu saja bukan. Itu hanya asumsi yang sangat tidak masuk akal."

"Asumsi dari?"

"Tentu saja media. Siapa lagi?"

"Oh."

Gavin memelankan mobil dan berhenti di kedai kopi dekat pertigaan menuju gang tempat tinggalku. Ia memilih tempat duduk setelah memesan matcha latte, karena tidak ada, ia memesan cokelat hangat.

"Aku dengar kau memesan matcha? Darimana kau tahu aku suka?"

"Aku dengar kau bicara dengan Anna."

Lagi? Gavin ini sangat perhatian atau penguping?

Aku tertawa kecil. Sangat menyenangkan kalau Anna dan Kyla tahu aku dan Gavin di sini.

***

Lihat selengkapnya