The Candles and Their Owners

Aning Lacya
Chapter #7

Cotton Candy

Hari ini aku bangun pagi sekali, karena Shane berteriak-teriak terus di jendela kamarnya yang menghubungkannya dengan jendela kamarku. Sepertinya ia sangat senang karena menemukan celah untuk terus menggangguku. 

Kulirik tas di sebelah kasurku. Aku sudah berkemas semalam. Hanya beberapa baju yang kubawa, jadi tidak akan ada yang sadar jika aku pamit. Kuputuskan untuk kembali ke panti asuhan pagi ini. Meninggalkan kehidupan konyol yang mulai mencengkram hari-hariku. Aku juga berjanji pada diriku sendiri untuk tidak bicara apapun soal THE CANDLES. Mencari aman adalah yang terbaik sekarang. Pagi ini aku berencana berpamitan dengan kepala sekolah dan Gavin.

"Loui butuh bantuanmu. Keluarlah!" Teriak shane memaksaku membuka tirai jendela.

Aku menggeleng ke arahnya.

"Kemarilah sebentar, Loui memanggilmu!"

Setelah mandi aku menuju rumah Shane dan Louisa. Rupanya mereka akan pergi keluar kota. Suami Louisa memanggil mereka untuk menganalisa beberapa orang dan mengeksekusi beberapa tersangka. Aku memegang pelipisku yang berdenyut. Aneh rasanya membayangkan mereka akan melakukan tugasnya. Apalagi Shane, mengingatnya saja sudah membuatku merinding.

Shane mengangkut beberapa barang ke mobil, ia memakai jaket hitam dengan kaus dalam berwarna putih dipadukan celana jeans yg sedikit kusam warnanya.

"Kalau hanya melihatku, maka lebih baik kau kembali tidur!" Teriak Shane melihatku menatapnya. Aku selalu tertangkap basah.

"Maaf-maaf aku masih sedikit mengantuk."

Louisa sudah siap di ruang tamu dengan secarik kertas berisikan list barang-barang yang mereka perlukan. Aku membantu membawakan beberapa koper ke mobil lalu mendorong kursi roda Louisa. Jam menunjukan pukul 4.30 dan Shane mulai mengendarai mobil menuju keluar gerbang.

Setelah Louisa masuk ke dalam mobil dan berpamitan, Shane menyempatkan berbicara denganku. Ia menjelaskan keseluruhan hal yang akan aku lakukan setelah mereka pergi tugas. Hal sederhana seperti menyiram bunga dan mengumpulkan koran yang datang tiap dua hari sekali.

Lalu Shane memberikan kunci rumah dan nomor kontak kepadaku. Saat aku menerimanya, ia menempelkan telapak tangannya di pipiku. Mengacuhkan uluran tanganku.

"Jaga dirimu, pesannya," suaranya terdengar begitu lembut.

Aku menjawabnya dengan anggukan. Wajahku terasa panas dan perasaan aneh. Seakan-akan aku dijejali permen kapas dan matcha latte secara beruntun. Aku merasa bahagia dan bingung dalam waktu bersamaan.

Shane kembali ke dalam mobil meninggalkanku yang mematung. Louisa membuka jendela dan tersenyum sambil menutup mulutnya. Tak banyak yang ia katakan, aku membalas lambaian tangannya ketika mobilnya beranjak pergi.

Aku kembali ke rumahku. Kusiapkan beberapa barang dan file yang hari ini akan kutaruh di sekolah. Aku meraih ponsel dan menghubungi Mama sambil berjalan menuju teras.

"Halo sayang ada apa pagi-pagi sekali menelepon?"

"Aku akan berkunjung hari ini."

"Baiklah mama senang kau akan kemari, bawa pacarmu sekalian!"

"Jangan menggodaku Ma!"

Aku mendengar mama tertawa, "sudah sewajarnya di umurmu yang sekarang kau punya pacar."

"Mama! Berhentilah, akan kubawakan pie kesukaanmu."

"Baiklah bye sayang!"

"Bye Ma!"

Lihat selengkapnya