Aku baru selesai mandi setelah terakhir membereskan barang-barang milik Louisa. Tak banyak yang akan dibawanya. Louisa orang yang amat teliti. Ia selalu membuat list tentang hal-hal yang akan dikerjakannya. Berbeda denganku yang sering kali teledor.
Aroma sedap tercium dari arah dapur. Tampaknya Shane sedang memasak ayam panggang dan mashed potato. Dapat kucium aroma rosemary dan thyme terpanggang serta aroma cream.
Aku melangkah menuju dapur. Shane sedang menyiapkan piring dan gelas di meja makan. Benar dugaanku, ayam panggang dan mashed potato sudah tersedia di tengah meja. Aku meraih kursi dan duduk sementara Shane memorsikan ayam panggangnya.
"Aku sangat lapar setelah seharian ini. Aku akan mengambil porsi lebih. Kau juga mau?"
"Tidak. Aku tak ingin menjadi gemuk. Kau akan susah untuk menggendongku nanti."
Shane mengambil piring milikku dan memberikanku ayam panggang bagian paha serta setangkup penuh mashed potato. Aroma ayam panggang menggugah seleraku. Aku mengambil sedikit daging dan memakannya. Rasanya sangat lezat. Tak kusangka Shane mampu memasak seenak ini.
Shane mengambil bagian dada ayam utuh dan tiga tangkup penuh mashed potato. Mangkuk tempat mashed potato tampak terlihat akan segera kosong setelah Shane mengambil porsinya. Aku memandangi Shane yang mulai menyantap hidangannya. Aku jadi tergugah juga untuk makan. Kuambil sesendok dan ini sangat lembut. Aku terus menerus melahap mashed potato itu.
Kusisakan ayam panggang untuk kusantap terakhir. Mashed potato di piring Shane sudah habis, ia mengambil mangkuk mashed potato untuk menambahkan isi piringnya. Ia melirikku sesaat lalu menawarkan mashed potato itu padaku. Aku menolaknya. Kulanjutkan makanku ke hidangan terakhir. Paha ayam panggang buatan Shane. Aku melahapnya selagi hangat. Enak sekali. Herb and spices-nya mengalir lembut di tenggorokanku.
"Shane kau chef yang hebat."
"Kau mengatakan itu karena lapar saja."
"Tidak Shane. Ini sungguh enak."
"Lalu kenapa kau tak mau saat kutawari mashed potato lagi?"
"Kau terlihat lahap. Kau lebih lapar dariku."
"Kalau begitu kau bisa menghabiskan ayamnya."
"Kau ingin membuatku gemuk ya?"
"Kau mau atau tidak?"
Aku terdiam berpikir. "Aku tak ingin menjadi gemuk. Tapi makanan ini sangat lezat."
"Itu kuanggap jawaban iya."
Shane membagi sisa ayam di tray panggangan denganku. Ia memberiku bagian yang lebih krispi. Nampaknya ia memperhatikanku mengambil beberapa bagian ayam dari tadi.
"Tadi Picasso. Lalu kali ini Gordon Ramsay. Nanti bagaimana lagi caramu mengejutkanku?"
"Jack the ripper!" sahutnya.
"Konyol! Aku jadi merindukanmu yang hidup tiga jam yang lalu!"