The Candles and Their Owners

Aning Lacya
Chapter #25

Really Never Over

Gavin terhuyung-huyung terkena tinju itu. Anggota THE CANDLES yang lain berlari menyelamatkan Alice dan Alyn di dalam peti. Shane meneruskan pukulannya pada Gavin. Bisa kulihat beberapa gigi Gavin terlepas karena pukulan Shane. Gavin jatuh tersungkur. Shane mengunci tubuh Gavin dengan mendudukinya. Ia terus memukuli wajah Gavin.

Tiba-tiba saja Shane mengejang. Ia seperti tersengat listrik. Shane tumbang ke samping tubuh Gavin. Shane tampaknya pingsan. Gavin berdiri lagi sempoyongan. Anggota THE CANDLE dengan cepat menyerang Gavin, mereka mengeroyok Gavin tiga lawan satu. Gavin menghindarinya dengan berlari masuk ke dalam rumah. Mereka bertiga mengejar Gavin.

Langkah mereka terhenti mendengar gonggongan dari dalam rumah. Tiga ekor pitbull dengan tubuh kekar dan wajah yang menyeramkan menyergap anggota THE CANDLES. Mereka mengoyak menggigit dan menyeretnya seperti hewan buruan. Anjing-anjing ini tak memberi kesempatan orang-orang ini untuk bergerak. Mereka menyerang membabi buta, seperti sudah dilatih untuk menyerang manusia.

"AAAAAAAAAAAKKKKKHHHHHHH!" teriak salah satu anggota.

Aku melihat sebuah pemandangan mengerikan. Anjing Pitbull mengoyak kepala salah satu anggota. Anjing ini dilatih untuk membunuh manusia. Setelah tahu korbannya tak lagi bergerak. Anjing itu melihat ke arahku. Aku panik dan berlari menuju mobil. Louisa memberikan tangannya untuk menangkapku. Belum sempat kugapai tangan Louisa, anjing itu sudah menerkam kakiku. Ia membantingku ke sana kemari. Aku menggapai apa saja di depanku. Bahkan rumput-rumput yang bisa kuandalkan akarnya.

Tapi pitbul ini terlalu kuat. Mereka bahkan bertiga. Apalagi ketika tercium aroma darah yang tercecer di kakiku, mereka menjadi begitu agresif. Dalam hitungan detik kakiku terkoyak. Lalu---

DORR!!!

Sebuah tembakan mengarah ke kepala anjing yang menyerangku.

Anjing itu jatuh tersungkur dengan tubuh yang mengejang. Kepalanya hilang separuhnya. Louisa yang menembaknya dari mobil. Ia masih mengacungkan shotgun. Dua anjing lain menatap ke arah Louisa lalu berlari beringas. Louisa menembakkan tembakan lain ke arah anjing-anjing itu. Satu ekor anjing terkena tembakan itu di kakinya. Sedangkan satu ekor yang lain melompat dan menyerang Louisa dengan liar.

"LOUISA!!!" Teriakku. Dengan terhuyung aku bangkit dan berlari ke arah Louisa. Anjing itu menggigit tangan Louisa dan menariknya keluar mobil. Anjing itu membabi buta menyerang Louisa. Louisa menggunakan shotgun-nya untuk menghambat serangan anjing itu.

Anjing itu tetap tak memberi kesempatan Louisa untuk mengambil ancang-ancang. Dengan segala sisa kekuatan aku datang dan berusaha menarik tubuh Louisa menjauhi anjing itu. Tapi tangan Louisa tergigit. Anjing itu lalu beralih pada wajah Louisa yang terbuka celahnya. Ia menggigit pipi Louisa dan mengoyaknya.

"TIDAK! LOUISA!" teriakku panik.

Hampir tidak ada teriakan Louisa karena pitbul itu melukai mulut Louisa.

Shane melompat tepat di depan Louisa. Ia mengangkat anjing itu lalu membantingnya ke badan mobil. BRUGH! pintu mobil tengah sampai menekuk ke dalam. Anjing itu jatuh ke tanah lalu bangkit lagi. Ia mencoba menyerang Shane. Anjing itu melompat dengan taringnya mengarah ke tubuh Shane. Shane mengepalkan tinjunya dan mengarahkan tinju itu ke mulut anjing. Seketika gigi anjing itu rontok. Shane membiarkan anjing itu masih mengigit tangannya. Ia menarik kaki kanan bagian belakang anjing dengan tangannya yang lain lalu membantingnya membabi buta. Shane melemparkan tubuh anjing yang sekarat ke arah Gavin dan tepat terjatuh di hadapannya. Gavin menatapi anjing yang mengejang sekarat.

Aku merangkak menggapai tubuh Louisa. Kondisinya saat ini sangat menyedihkan. Separuh wajahnya hancur. Luka di pipi karena gigitan anjing itu membuat lubang terbuka. Dapat kulihat deretan gigi gerahamnya berlumuran darah dari situ. Aku menangis melihat keadaan Louisa saat ini. Wajah cantiknya tak lagi kudapati.

"Louisa...maafkan aku..."

Lihat selengkapnya