The Carrot Can Fly

Yesno S
Chapter #13

Bab 13. I LOVE YOU 3000

7 Juli 2019

Saat paling aneh dalam hidup Karen adalah :

1.    Menerima tamu di kala subuh.

2.    Tamu yang datang tergolong tamu tak diundang.

3.    Apalagi tamu yang datang itu baru semalam datang ke rumahnya.

Karen masih merasakan tuing-tuing di kepalanya saat membukakan pintu rumah. Saijah datang sepagi ini, bahkan Mbok Yat pun belum menyiapkan air minum hangat untuk Mama.

Karen menarik napas panjang ketika meminta Saijah segera masuk dan duduk di ruang tamu.

Karen seperti ingin melanjutkan tidurnya di sofa. “Lo ada apa sih pagi-pagi buta begini datang?”

Saijah mendekati Karen yang setengah melingkar di sofa. “Gue musti gercep, enggak bisa lama.”

Apaan?”

“Lo harus, kudu, musti, must be dateng ke kantornya si tukang cat itu.”

Karen langsung bangun. “Kantor tukang cat? Apaan lagi sih ini?”

Saijah menyenggol bahu Karen dengan bahunya. “Itu tempat si Ron dan temennya ngelukis hari ini!”

“Kemarin katanya kafe, terus ganti kantor milik ibu meneketehe, sekarang kantonya tukang cat. Ganti melulu sih, Sai.”

Saijah memberikan secarik kertas. “Udah baca aja ini.”

Karen memegang kertas itu dengan tampang ogah-ogahan. “Ini kan tulisan lo! Hafal banget gue pas kalo lo bikin contekan, ya kayak gini. Ngapain sih sampe lo tulis begini?”

Anggep aja ini SMS atau WA. Gue pikir kalo lo masih belom bangun mau gue selipin di bawah pintu.”

“Kayaknya cerita-cerita mama gue tempo dulu gini ya, Sai.”

“Intinya,” kata Saijah lagi, “tadi malem Bang Jabar dateng ke rumah gue. Dia cerita A sampe Z. Kesimpulannya, lo HARUS dateng ke sana pagi ini.”

“Harus?” tanya Karen mendelik.

Yes, my dear. HA-RUS.”

Saijah memperbaiki ikatan rambutnya. “Gue kudu pulang, coz driver gue nunggu di depan.”

“Ronaldo?”

“Ho oh!”

“Astaga!!”

“Ren, gue serius nih. Kita enggak boleh jadi tuhan maha kecil dengan alasan insting kita kuat.”

“Kadang insting gue itu baru gue sebut pas kejadiannya udah terjadi, kok.”

Saijah mengibas-ngibaskan rambutnya yang terhimpun dalam satu ikatan. “Kita kan sama-sama pelihara kucing, bukan berarti kita bisa nuduh orang dengan alasan insting kita kuat.”

Iye.”

“Lo harus terima pendapat orang juga, Ren. Si tukang cat itu niatnya baik, ternyata....”

“Bukannya lo yang cerita ini itu ke gue soal si tukang cat itu.”

“Perasaan gue meleset. Gue salah. Mangkanya gue sepagi ini datang. Maaf banget.”

Yowes gue dateng nanti.”

Saijah menyentuh kertas yang ada di genggaman Karen. “Lo baca aja, gue pamit.”

“Gue enggak ngerti ini poin nomor 3 musti gimana, sih?”

“Intinya nanti di lokasi lo ketemu My Bro dulu.”

“Ya gue tau. Lo kan nulis begitu.”

“Lo temuin My Bro di sana. Terus lo minta dianter ke paviliunnya si tukang cat itu.”

“Terus kalo gue gemeteran di sana gegara ketemu My Bro?”

“Itu urusan lo.”

***

Lihat selengkapnya