Rasanya aku tak melepaskan pandanganku dari atlas sampai kami tiba di lembah di bawah sana. Dan aku jadi tahu banyak nama tempat, dan aku membacakannya untuk Niels Petter. Aku harus menyibukkan diri. Aku takut, jangan-jangan aku jadi tak tahan lagi dan terpaksa menceritakan semua kepadanya.
Lalu, kami sampai di sejumlah terowongan yang baru. Aku bersikeras agar kami lewat situ saja ketimbang melewati gereja kuno, dan terus turun ke jalanan tua di sepanjang sungai. Aku berdalih kalau kami sudah terlambat dan kami tak punya banyak waktu.
Ah, Danau Eldrevatnet.
Wanita Whortleberry itu sudah “tua”. Setidaknya itu dugaan kita. Seorang wanita tua, kata kita. Wanita tua bersyal merah muda yang terlilit di bahunya. Kita harus memastikan, setidaknya, kita melihat hal yang sama. Saat itu kita masih saling bicara.
Sebenarnya, usia wanita tersebut, waktu itu sama dengan usiaku sekarang, tak lebih dan tak kurang. Seorang wanita paruh baya.
Ketika kau muncul di balkon itu, rasanya seperti berhadapan dengan diriku sendiri. Sudah tiga puluh tahun sejak kita terakhir bertemu. Namun, bukan hanya itu. Rasanya sungguh-sungguh seperti bisa melihat diriku sendiri dari sisi luar. Maksudku dari sudut pandangmu dan lewat matamu. Tiba-tiba, seolah-olah aku si Wanita Whortleberry itu. Perasaan gelisah mendatangiku.
Mereka memanggilku lagi. Ini kali ketiga, jadi sekarang aku hanya akan mengirim dan langsung menghapus. Salam hangat dari Solrun.
Aku hampir tak bisa menahan diri menuliskan “dari Solrunmu”, karena memang tak pernah ada kata putus di antara kita. Aku mengambil beberapa barangku pada hari itu dan pergi begitu saja. Tapi, aku tak pernah kembali. Hampir satu tahun berlalu sebelum aku menulis surat dari Bergen untuk memintamu mengemasi dan mengirim barang-barangku yang tersisa. Meskipun begitu, aku tak menganggapnya perpisahan formal, itu sekadar menyangkut kepraktisan, karena toh aku sudah tinggal lama di sisi seberang negeri ini. Ini beberapa tahun sebelum aku bertemu dengan Niels Petter. Dan butuh lebih satu dekade bagimu untuk menemukan Berit.
Kau orang yang sabar. Kau tak pernah benar-benar menyerah dengan hubungan kita. Terkadang, aku menderita karena perasaan seperti bersuami dua.