Ingatkah bagaimana rasa takut kita mereda ketika kapal feri yang terakhir tiba? Setelah itu, desa ini akan terisolasi dari dunia luar sepanjang sore, malam, dan keesokan paginya sampai saat kapal feri Nesøy menampakkan hidungnya di fjord dan kembali membawa para penumpang sebelum makan siang. Kita menyebutnya “hours of grace” (jam-jam ibadah tengah hari dalam tradisi Katolik). Sekarang, barangkali kita harus duduk di beranda sepanjang sore memperhatikan setiap mobil yang muncul dari terowongan. Akankah mereka semua menuju Barat, atau akankah salah satu dari mereka berbelok ke Museum Gletser dan datang ke hotel untuk menjemput kita?
Ngomong-ngomong, aku lupa kalau saat itu kita menjaga anak perempuan sang pemilik hotel. Nah, benar kan, tak semuanya aku ingat.
Aku setuju dengan idemu menghapus e-mail segera setelah kita membacanya, lalu menghapus balasan e-mail-nya segera setelah mengirimkannya. Aku juga tak suka menyimpan terlalu banyak file dalam disk. Terkadang, melemparkan begitu saja ide-ide beserta kumpulannya bisa membuat kita merasa lega. Saat ini, begitu banyak kata yang disimpan dan diarsipkan di Internet, serta pada kartu memori dan hard disk.
Jadi, aku sudah dari tadi menghapus e-mail yang kau kirimkan kepadaku dan aku mau menulis balasannya. Dan harus kuakui kalau urusan hapus-menghapus e-mail ini ada kekurangannya juga, karena sambil menulis ini saja, aku sudah menyayangkan kemustahilan membaca kembali salah satu paragraf yang kau tulis tadi. Sekarang aku cuma bisa mengingat-ingatnya, dan cuma dengan cara itulah, pertukaran e-mail ini dilanjutkan.
Kau berandai-andai tentang kekuatan supernatural yang mengatur pertemuan kita yang luar biasa di beranda hotel, dan aku terpaksa memohon kesabaranmu sejak awal masalah ini muncul, karena aku akan menanggapinya dengan terus terang seperti yang biasa kulakukan dulu. Menurutku, pertemuan-pertemuan kebetulan semacam itu hanyalah kejadian acak yang tak direncanakan atau dikendalikan dengan cara apa pun. Memang benar yang satu ini merupakan sebuah kebetulan dahsyat dan bukanlah kejadian remeh. Namun, kau juga harus memperhitungkan seluruh hari lain saat kita tak mengalami hal seperti ini.
Walau ini mungkin malah makin mengobarkan kegemaranmu akan hal-hal gaib, aku mau mengakui ini kepadamu. Ketika aku naik bus dan keluar dari terowongan panjang di Bergshovden, fjordnya diselimuti kabut dan aku tak bisa melihat apa pun di bawah sana. Puncak-puncak gunungnya terlihat samar, tapi fjord dan lembah-lembah itu seolah terhapus dari pemandangan tadi. Lalu sampai ke terowongan berikutnya, dan ketika kami keluar dari situ, aku berada di bawah selimut awan tadi. Aku melihat fjord dan tiga dasar lembah, tetapi sekarang aku tak bisa melihat lereng-lereng gunung itu lagi.
Terbetik dalam benakku, “Apakah Solrun di sini? Apakah dia datang juga?”