Castle in the Sky – Chapter 02
Die Another Day
“Hari ini terlalu indah untuk bunuh diri, kan?”
What? Siapa itu? Siapa yang dengan kurang ajarnya menganggu persiapan bunuh diriku?
Aku berbalik dan melihatnya.
Rambut hitam. Mata cokelat. Tinggi. Tampan. Senyum yang menggoda. TIDAK. Ini bencana.
“Hi.” sapanya.
Aku tidak akan menjawab sapaan itu. Memandang matanya dengan waspada. Aku tidak bisa jatuh kalau ada orang yang melihatnya. Aku ingin bunuh diri dengan tenang.
“Siapa namamu?”
Really?
“Aku Sean.”
Yeah, nice to meet you, dumbass.
“And you are...”
“About to die.”
Shit. Kenapa aku menjawabnya?
Bibirnya berkedut membentuk senyum “Well… never heard that name before.”
“Please go away.” and let me die in peace.
Dia melangkah mendekat perlahan.
“I mean, away. Away. Shoo!” ujarku sambil melambaikan tangan menyuruhnya mundur “Pintunya sebelah sana.”
“Oh. Ya, aku tahu.” jawabnya sambil mengendikkan bahu “Tapi aku mau disini.”
What? Apa laki-laki ini gila?
“Sorry, man. But it’s not the right time. I’m already booked this spot.”
Pergi dan jangan ganggu aku. Aku perlu momentum. Hari ini indah jadi aku harus mati.
“Hm-hm. I can see that.” ujarnya acuh tak acuh dan malah berjalan mendekat.
“STOP!” seruku menahan langkahnya “What the hell are you doing?”
Dia balas memandangku dengan jenaka dan mengangkat kedua tangannya “Aku cuma ingin lihat pemandangan. Atap ini milik rumah sakit dan siapapun boleh melihat pemandangan.”
Argumen yang bagus. Tapi saat ini aku hanya ingin jatuh dan merasakan angin di wajahku untuk terakhir kalinya. Bukannya mengobrol dengan laki-laki kurang ajar yang merusak momenku.
Aku tidak bisa berkata-kata saat dia mendekat ke railing balkon. Hanya beberapa senti dari tungkai kakiku. Dia mendongak menatapku sesaat dan tersenyum “You have the great spot. Dari sini kita bisa melihat semuanya.”
Yeah, right. Aku memutar bola mataku. Setidaknya sebelum aku menemui malaikat maut, aku ingin melihat yang indah-indah. Dan untuk kesekalian kalinya, hari ini cukup indah untuk bunuh diri sampai bajingan ini datang merusak segalanya.
“Sudah kubilang, hari ini terlalu indah untuk bunuh diri, kan?” ujarnya tanpa memandangku. Matanya jauh melihat ke arah taman bermain diseberang jalan. Senyuman samar terlihat diwajahnya.
Itulah alasan kenapa aku memilih bunuh diri hari ini.
Because IT. IS. A. FUCKING. GREAT. DAY.
“Anginnya sejuk dan udaranya segar. Matahari tidak terlalu panas bersinar. Sepertinya tidak akan hujan, iya kan?”
Jadi sekarang kita akan berbicara mengenai cuaca?
“Can you leave me alone?”
“And let you die?”
Exactly.
“Yes, please, be a dear and let me die.”
Dia memandang tepat di mataku dan berkata “Why?”