The Castle In The Sky

Serafina
Chapter #3

Tall, Handsome, Browned eyed guy

Castle in the Sky – Chapter 03

Tall, Handsome, Browned Eyed Guy

Aku melangkah menyusuri lorong rumah sakit yang sepi. Beberapa suster berkumpul di ruangan mereka yang terbuka. Sibuk dengan apapun yang mereka kerjakan. Aku tidak peduli mereka mau apa. Aku hanya ingin mati.

“Hi, Shailey, apa kabarmu?”

Suster Natasha. Bagus. Aku tidak ingin bertemu dengannya.

“Hi,” jawabku pendek. Dan berlalu meninggalkannya. Dia sudah cukup beruntung mendapatkan ‘hi’ dariku.

Mereka bilang suster Natasha yang terbaik disini. Dia ramah, cekatan dan pintar. Kalau pintar kenapa dia tidak jadi dokter saja? Orang-orang disini semuanya tolol. Mereka memeriksamu, membongkar rahasiamu dan menakut-nakutimu soal berapa lama lagi hidupmu. Entah itu tahun, bulan atau hari. Seolah mereka benar-benar tahu. Seolah mereka itu tuhan.

Bukan, mereka bukan tuhan, mereka hanya manusia yang sok berlagak tuhan. 

Aku berhenti di depan pintu kamarku. Perlukah aku kesini lagi? Buat apa aku disini?

“Shailey, dari mana saja kau?”

Oh, bagus. Ternyata dia mengikutiku.

Aku berbalik menghadap suster Natasha. Suster cantik, tinggi dan sexy. Kenapa dia jadi suster sih? Jadi model saja sana!

Sepertinya senyumnya permanen menempel di wajahnya. Bibirnya dipulas dengan lipstick pink dan lipgloss. Aku bisa mencium aroma strawberry.

“Nowhere.”

Dia menatapku sesaat. Memeriksa keadaanku. Aku tahu, aku kelihatan jelek. Rambut basah. Bedakku luntur. Baju lusuh dan kaki kotor. Aku tidak pakai sandal. Siapa yang mau bunuh diri ingat untuk memakai sepatu?

Dia menarik nafas dan tersenyum lagi “Kau sudah makan?”

Oh, please. Cukup basa-basinya.

“What do you want?” tanyaku ketus

Senyum iklan pasta giginya pudar, digantikan dengan kerut khawatir “Kau harus makan, ini sudah jam 3 sore. Waktunya minum teh.”

Memangnya kita di Inggris? Semua masalah selesai dengan minum teh?

“Shailey,” dia membuka pintu untukku “Bagaimana kalau kita minum teh? Teh apa yang kau suka? Aku akan bawakan untukmu.”

Aku menatapnya curiga. Ada apa ini? Apakah dia akan meracuniku?

“Well?” tanyanya masih sopan dan bersahabat.

Aku tidak pernah bisa berpura-pura bersahabat dengan orang yang tidak kukenal. Kami baru kenal selama beberapa bulan, dia hanya susterku. Dan aku tidak suka padanya.

Tapi melihat wajahnya yang penuh harap membuatku sebal pada diriku sendiri saat aku menjawab pertanyaannya “English Breakfast.”

Dia hampir meloncat bahagia saat berseru “Okay, I’ll get it for you. Kau mau biskuit atau kue?”

Bawakan aku red velvet cake bertabur racun. I’m going to die today.

“Whatever that suits you.” aku masuk kamar dan membanting pintunya.

Stupid nurses!

*

Lima belas menit kemudian, Suster Natasha kembali dengan trolinya. Perlengkapan minum teh ala Ratu Inggris dimulai. Dia menata meja dan kursi dekat jendela yang berembun, hujan deras diluar sana.

Sepiring biskuit di letakkan di tengah-tengah meja, cangkir teh dengan teko yang indah, peralatan makan dari perak berukir. Tempat gula dan krim. Sebotol susu. Dan sepotong red velvet cake yang sodorkan ke hadapanku.

“Aku tidak tahu kau suka kue apa, tapi red velvet cake di bakery kami adalah yang terbaik.”

Lihat selengkapnya