The Chain Of Youth

Haidee
Chapter #3

Drama Nasi Goreng

Matahari semakin tinggi, langit terbakar. Sebentar lagi pelajaran jam terakhir akan berakhir.

“Nad, entar kamu jadi mau ke rumah?” tanya Gisel.

“Sorry Sel, aku ada rapat OSIS sepulang sekolah.”

“Oh ya udah, nggak apa-apa kok”.

“Tumben kamu nggak maksa?”

“Aku tahu rapat OSIS lebih penting buat kamu.”

“Ya ampun Sel... kamu pengertian banget sih.” Nadia mencubik pipi kanan Gisel. “Rapat ini penting, untuk membahas pemilihan ketua OSIS baru. Masa periode kami sudah hampir habis.”

“Iya-iya, aku paham. Tapi kamu nggak apa-apa nih ketemu sama Ketua Osis, padahal tadi pagi kamu sudah ingkar janji.”

“Aarghh Gisel, kenapa kamu ngomong begitu. Memperlemah semangatku saja.” Nadia jadi cemberut. “Semoga dia lupa yah.”

“Ya semoga.”

Keduanya tertawa picik.

Gisel berkata nada lemah. “Nad, Kamu tidak apa-apa?”

“Maksud kamu?”

“Kita sudah kelas tiga, sebentar lagi kita semua akan lulus sekolah. Setelah lulus sekolah, kalian mungkin tidak akan bertemu satu sama lain. Kamu sudah terobsesi dengan Ketua Osis sejak kelas dua.”

Mencerna maksud teman sebangkunya. Nadia mengerti. “Kurasa aku hanya mengidolakannya,” balasnya. “Aku memang ada mengejarnya tapi tidak seobsesi seperti yang kamu katakan. Maksudku, siapa yang tidak tertarik dengannya. Dia smartboy, ganteng, baik hati, populer, hampir tidak ada catatan buruk di mata sekolah. Itu kriteria cewek pada umumnya, termasuk dirimu mungkin.” Ia melanjutnya. “Aku lebih ke sadar diri, masih banyak siswi yang lebih hebat dariku yang dapat menjadi pilihannya. Dan apapun yang sudah aku lakukan untuknya, aku tidak menyesalinya. Toh itu karna kemauanku, cukup seperti ini saja. Yah kecuali sampai peluang kesempatan itu ada.” Nadia tertawa, lebih tepatnya menertawakan dirinya sendiri.

“Bagaimana kalau kesempatan itu tidak ada?”

“Yah, itu artinya tidak ada.” :D

“Kyaaaa....”

**-**

Sesuai agenda selepas jam terakhir, Nadia pergi ke ruang OSIS untuk mengikuti rapat. Dia berharap Ketua Osis tidak mengingat janji bekal nasi gorengnya.

Benar saja, sepanjang rapat hingga bubar Ketua Osis tidak menyinggung perihal nasi goreng janji Nadia padanya. 

Hasil rapat adalah jadwal pemilihan Ketua Osis baru, mengingat mereka sudah penghujung semester kelulusan. Ada keterlambatan dalam pemilihan Osis kali ini, disebabkan hampir satu tahun harus daring karena kota lockdown.

Usai rapat, sekitar jam dua lewat. Lorong-lorong gedung sekolah sudah tampak lengah, Nadia berjalan sendiri mencari toilet perempuan terdekat dari ruang rapat. Kurang dari lima menit, dia keluar dari toilet. Berjalan kembali untuk pulang.

Di pertengahan, dia menghentikan kedua kakinya. Ada sesuatu yang membuatnya terhenyak, ketika dia melihat punggung siswa yang nampak seperti sosok Ketua Osis sedang... Itu terlihat seperti seorang yang berciuman dengan siswi yang tak dikenal, sosok siswi tersebut jelas tak terlihat karena tertutup oleh lengan dari Ketua Osis yang menghalangi tembok. Tapi asumsi Nadia bahwa siswa itu adalah Ketua Osisnya sangat yakin. Sebagai idola, dia jelas tahu tinggi badan, potongan rambut dari idolanya.

Nadia menahan keterkejutannya, dia menutup mulutnya dengan satu telapak tangan, perlahan-lahan berjalan mundur lalu berbalik dan mencari jalan lain menuju gerbang sekolah.

Belum cukup tujuh jam lalu, dia memuji-memuja bahwa Ketua Osis mempunya images yang baik tanpa cacat. Kini bagi Nadia, Ketua Osisnya telah menoreskan minus di matanya. Dia bersyukur, tak ada nasi goreng untuknya hari ini.

Ternyata Nadia belum keluar dari gerbang sekolah. Dia duduk sejenak pada bangku horisontal dekat halaman parkir. Dia Nadia seolah-olah meratapi apa yang dilihatnya, masih tak percaya. Dia ngedumel sendiri. Hari ini ada dua spesies jantan yang membuatnya jengkel, Jefry dan Ketua Osis.

Dia mengeluarkan tumblr berwarna cream dari dalam tasnya, meneguk sekali lalu meletakkan di sampingnya.

Dia berteriak dengan frekuensi suara medium. “Ini sangat menjengkelkan, spesies jantan harus menghilang dari muka planet ini!”

Siswa dengan gaya rapi serta topi di kepalanya yang kebetulan lewat, mendadak terhenti saat mendengar perkataan siswi tak dikenalnya itu. Sebagai spesies jantan tentu dia tersinggung.

“Semua cowok sama saja, semuanya brengsek. Aaarghhhh.”

Perempuan berkuncir itu tak hentinya ngedumel sendiri, dia bahkan tidak peduli dengan sekitarnya. Dia seperti merasakan patah hati yang mendalam pada siswa incarannya tersebut. Ternyata semua kode dari Nadia tidak dapat diartikan oleh Ketua Osis.

Siswa yang berhenti itu menoleh sekali ke arah siswi tersebut, tepat saat Nadia juga menangkap matanya. Ia hanya berpura-pura memperbaiki topinya, ketika tak sengaja kedua mata mereka bertemu.

Nadia yang menyadari hal itu baru tersadar, jika dia baru saja membuat malu dirinya sendiri. Dia tidak melihat dari arah mana siswa itu tiba-tiba sudah muncul di tempat parkir.

Siswi rambut kuncir satu itu hanya menunduk malu. Siswa itu pasti tersinggung, pikirnya. Sembari mengingat-mengingat tampang siswa tersebut.

Sebaliknya Siswa rapi itu tampak bingung. Ia pun bertanya dari posisinya berdiri. Itu sekitar lima langkah dari bangku Nadia.

“Are you oke?”

“Heh?” Nadia mengangkat wajahnya. “Ya I’m okey.”

“Keliatannya kamu lagi kesal.”

“Oh itu, nggak ada apa-apa,” jawab Nadia gagap. “Aku hanya sedikit kepanasan.”

Hawa panas memang menyekat siang ini.

“Oh. Kamu mau minum?”

Nadia menggeleng, ia mengangkat tumblrnya bahwa dia punya air. “Kamu mendengarnya?”

“Mendengar?”

“Kata-kataku….”

“Ya, sekilas.” Siswa itu menjawab sambil memandang ke arah lain.

“A-aku minta maaf atas ucapanku tadi.”

“Its okey... Aku ngerti.” Ia mencoba menegur dengan sopan. “Kamu harus belajar tahan dirimu”

Nadia tertegun telah dinasihati. “Terima kasih.”

“Aku tidak kepo dengan masalahmu. Tadi kamu singgung soal cowok brengsek. Aku harus katakan tidak semua cowok seperti itu,” katanya membela sebagai lelaki tulen.

“Iya, aku katakan semua cowok sama saja, lalu aku sadar tidak semua. Hanya cowok-cowok yang masuk kategori brengsek.”

Siswa itu tertawa geli mendengar setiap perkataan Nadia yang greget sendiri.

“Siapa si brengsek itu?”

Lihat selengkapnya