Pagi itu seperti biasa, Jefry dan Yudha duduk di bangku masing-masing sembari menunggu guru mengisi jam pertama di kelasnya.
“Ada seseorang yang aku suka,” kata Jefry.
“Siapa?”
“Cewek galak tetangga kelas kita.”
Yudha menganga sangat lama. “Seriuss kamu? Kamu nggak salah orang kan? Bagaimana kamu bisa suka sama dia? Dari sisi mananya yang buat kamu suka?”
“Meskipun dia galak dan cerewet seperti burung beo. Tapi beo adalah hewan yang baik hati dan aku suka burung beo.”
“Sejak kapan? Kok kamu baru kasi tau aku.”
“Itu tidak baru tapi belum lama juga,” jawabnya. “Akhir-akhir ini jantungku selalu berdebar tiap melihatnya.”
Yudha menepis. “Dia pintar plus cakep. Harusnya dia sudah punya pacar, kan? Tapi sampai sekarang dia masih jomblo. Itu harus dipertanyakan.”
“Hah?”
“Kamu coba deh tanya sama dia. Sudah berapa banyak cowok yang menyatakan cinta padanya.”
“Pikiranmu kelewat batas, Yud.”
“Tapi aku nggak heran sama kamu, kamu memang suka aneh.”
“Apa dia merasakan hal yang sama?”
“Mana aku tahu,” timpal Yudha. “Tapi nggak ada salahnya kamu mengungkapkan perasaanmu, agar kamu tahu bagaimana hatinya,” saran Yudha.
“Apa ini nggak terlalu cepat? Dia pasti akan membullyku.”
“Hati tidak ada yang tahu, man.”
“Jadi bagaimana caraku memulai?”
“Ingat kata karyawan SPBU, di mulai dari nol.”
“Tolong, Yud... serius kali ini.”
“Oke ku-ulang... Kamu serius suka sama dia?”
“Serius sampai sagitariuss.”
“Baiklah. Pertama kamu harus buat visi misi dulu.”
Jefry mendengar dengar cermat.
“Kita mulai misi pertama. Kamu harus cari tahu apa-apa yang disukai dan tidak disukai Nadia. Seperti yang kamu lakukan pada cewek-cewek sebelumnya.”
“Ini sedikit sulit, ini rasanya beda.”
“Apanya yang beda? Mereka sama-sama cewek.”
Kedua sudut bibir Jefry melengkung. “Oke lanjut!”
“Coba hubungi dia, beri perhatian penuh. Pokoknya kamu lakukan seperti mengejar seorang ratu,” ujar Yudha. “Harusnya aku tidak perlu menjelaskannya lagi.”
“Ini kan karna idemu juga,” protes Jefry.
“Tapi kamu juga mau.”
“Masih ada?”
“Cukup itu saja dulu.”
**-**
Sin di Perpustakaan sekolah. Nadia dan Gisel sedang mencari artikel tugas tapi kurang seru rasanya tanpa bergosip ria. Kali ini tema gosip adalah tentang Ketua Osis.
“Apaa?? Kamu yakin kamu nggak salah lihat?” Kata Gisel terperangah tak percaya.
“Aku yakin banget walaupun nggak seratus persen. Bahkan aroma parfumnya sudah kuhapal.”
“Astaganaga... Ternyata....”
“You know, aku langsung ilfeel.”
“Hm. Tapi wajar sih secara kan dia populer, pasti banyak yang jungkir balik incar bibirnya.”
Tampang menggelikan terpancar di raut tak sedap Nadia. “Dih... aku nggak nyangka saja, dia... arghh....”
“Mungkin dia melakukannya dengan pacarnya.”
“Setahuku dia tidak punya pacar. Tapi entahlah.”
“Hum, daripada bahas dia....” Gisel mengalihkan pandangannya ke arah lain seraya berkata. “Aku masih penasaran sama cowok yang namanya Samuel.”
“Awas loh, entar kamu mati karna penasaran.”
HAHAHA
Gisel masih membayangkan paras Samuel dengan wajah masem-masem kecut, kedua tangannya di kepal. Dia mengabaikan Nadia yang berceloteh disampingnya.
Nadia menepuk pundaknya. “Kamu kenapa?”
“Eh maaf. Saking penasarannya aku malah bayangin dia terus.”