The Chain Of Youth

Haidee
Chapter #13

Gossip

Setelah pertemuan kedua antara Samuel dan Nadia, Jefry mulai memasang siaga dua. Kebingungan menggelutinya, dia tidak tahu Bagaimana dia harus bicara. Ini sudah terlambat, dia harus memilih antara berterus terang atau harus melupakan perasaanya. Lagipula ini salahnya dari awal.

Dalam perasaan siaga dua, Jefry berbicara pada Yudha yang sedari tadi membujuknya untuk mencurahkan isi hatinya dikarenakan wajah Jefry seperti pengelana tengah dehidrasi. Jika sudah sahabat, hal tidak terlihat saja dapat dirasakan.

“Aku tidak mengerti kenapa aku begitu bodoh, idiot dan pecundang,” ucap Jefry memaki dirinya sendiri.

“Jangan terlalu menyalahkan dirimu sendiri.”

Jefry seperti tertahan dalam kegelapan, kegelapan antara perasaan dan pertemanan.

Orang lain tidak bisa mengerti kecuali kamu memberi tahu mereka. Itulah sebabnya kita semua memiliki percakapan untuk menyampaikan perasaan situasi dan pendapat seseorang.

“Yud.” Jefry menatap kosong ke depan sambil berbicara. “Aku bingung tapi aku sendiri juga nggak tahu bingungnya di mana. Apa aku mengalah saja?”

“Kamu ngomong apa sih?”

“Kemarin Samuel jalan dengan Nadia sepulang sekolah. Dia mengajak Nadia nonton karna dia punya satu tiket gratis.”

“Ha? Kamu percaya? Itu hanya alibi Samuel,” kata Yudha menenangkan kawannya. “Menurutku, dia mencoba mencuri Nadia dari kamu? Dilihat-dilihat dia akan semakin agresif.”

“Aku bingung dengan perasaanku,” kata Jefry menghembuskan napas lelah.

“Jadi gimana, mau lanjut dekatin Nadia atau mundur?”

“Entahlah, tapi aku sudah terlanjur ada rasa sama dia.”

“Rasa manis bisa berubah jadi rasa pahit. Hahaha.”

Jefry mencibir sambil muka datar. “Hehehe, nggak lucu.”

Yudha menepuk pundaknya. “Kamu maju saja, kita liat sampai di mana batasnya. Lagian kan mereka juga masih baru, kalau soal hasil urusan belakangan. Aku nggak ngajarin kamu jadi antagonis disini, cuman kita lihat sejauh mana perjuanganmu. Itu kalau kamu benar-benar suka sama Nadia. Kamu harus tunjukkin!” Yudha mengepalkan tangannya untuk menyemangati Jefry. “Masa baru begitu saja sudah nyerah, pahlawan kita saja berjuang sampai titik darah penghabisan.”

‘Perkataan Yudha ada benarnya juga, mungkin aku harus lebih berusaha.’ – Jefry.

“Cuman rada aneh saja.” Jefry menghentikan ucapannya sejenak. “Masa iya aku bersaing dengan teman sendiri. Apalagi Sam lebih dulu terbuka sama aku. Bagaimana kalau dia berpikir aku penghianat?”

“Aku tidak tahu siapa yang duluan menyukai disini, tapi Samuel lah yang lebih show up. Dia akan terus mengejar Nadia sampai dia mendapatkannya. Kamu lebih baik menempel ke Nadia seperti lem, dan pastikan Samuel tidak melangkah jauh di depanmu. Biarkan Nadia yang menentukan akhirnya.”

“Sam jealous sama aku waktu aku ngobrol sama Nadia berdua di pantai. Dia terang-terangan mengatakan itu di depanku.”

“Butuh extra lebih kalau gitu.”

“Untuk kali ini aku benar-benar merasa lain.”

“Kali ini this is real kamu beneran jatuh cinta.”

Perasaan memang suka datang tiba-tiba, tapi jangan lupakan logika.^^

Raut wajah lemah terpancar di wajah Jefry. “Jadi aku harus bagaimana?”

“Kamu juga harus bisa mengajak Nadia berkencan.”

“Masalahnya, apa dia mau menerima ajakanku?”

“Coba nggak mengapa, gagal jadi pengalaman.”

Jefry memotong. “Aku pernah dekat dengan cewek tapi nggak pernah sehati-hati ini, bahkan untuk berbicara saja aku mikirin kalimatku. Aku nggak mau buat dia tersinggung. Awalnya saja aku suka isengin dia.”

“Jef, cewek itu misterius. Contohnya mereka mau dipekain, mereka suka ngasi kode. Kamu harus tahu semua kode-kode cewek. Mungkin itu yang nggak Nadia lihat dari kamu. Kamu harus lebih agresif dari Sam, jangan kikuk begitu,” tutur Yudha.

Pikiran dan hati Jefry kacau. Ia meremas-remas rambutnya.

Yudha menyodok kepala Jefry dengan satu jari. “Misimu selanjutnya ajak dia keluar! Lalu pegang tangannya, genggam terus tangannya sepanjang kalian bersama. Mengerti?!”

“Apaa?”

“Jef, aku tahu kamu naif. Kamu persis seperti seseorang yang akan membiarkan teman mencuri pasanganmu.”

“Apa maksudmu?”

“Dengar! Kalau kamu mau melindungi seseorang yang kamu sukai, kamu harus berhati-hati dengan teman terdekatmu lebih dulu. Terutama temanmu yang tampan itu.” Yudha tersenyum picik. “Mereka sering berduaan sekarang.”

Pupil mata Jefry terlihat pucat.

“Dan berhentilah menelpon tengah malam. Oke!!”

“Maaf maaf... aku masih belajar waktu aku menelponmu.”

“Jangan sekhawatir itu. Kamu pasti lulus bersamaku.”

“Ada beberapa hal yang nggak kamu ketahui. Kalau kali ini aku ngga lulus, aku akan mati.”

“Kalau begitu kasi tahu aku.”

“Ah sudahlah.”

Yudha memainkan bibirnya dengan gelisah. “Jef, sepertinya ada panggilan lain.”

“Heh, panggilan?” tanya Jefry keheranan.

“Panggilan makan,” kata Yudha sambil memegang perutnya. “Aku lapar. Ayo ke kantin! Kamu juga butuh makan, karna galau juga butuh tenaga.”

Jefry cengar cengir mendengarnya.

**-**

Dua siswi berada di kantin melanjutkan obrolan Nadia.

“Aku menjailinya aku menyuruh dia menyanyi di tempat umum.”

“Dia melakukannya?”

“Tentu saja.”

“Terus-terus apa lagi? Makan, nonton... hanya itu?”

“Dia juga katakan, kalau mau kenal aku lebih dalam lagi.”

“Nad, kamu harus dekatin dia. Kamu harus punya pacar sebelum kita lulus.”

Nadia mencibir. “Sel... kita sudah membicarakan ini dari pagi. Kamu benar-benar tidak berbicara apapun selain Sam.”

Lihat selengkapnya