The Chain Of Youth

Haidee
Chapter #23

Confused

Samuel menjemput Nadia di rumahnya, hari ini Nadia akan diajak untuk pertama kalinya makan bersama keluarga kecil Samuel.

Ia sudah siap dengan berpakaian rapi dan casual, tidak terlalu makeup hanya lip gloss.

“Bocah, ingat baik-baik! Jangan sampai kamu membuat Nadia lecet sedikitpun, jangan biarkan dia sedih dan menangis. Meskipun aku berada di ujung dunia. Aku akan datang untuk mematahkan kakimu,” kata pesanan Mami Nadia pada Samuel.

Nadia ke Samuel. “Jangan terlalu dibaperin yah perkataan Mamiku. Biar kamu nggak stress.” >,<

**-**

Nadia memenuhi undangan orang tua Samuel. Ibu Samuel sedang memasak sewaktu mereka tiba. Keduanya pun langsung menuju meja makan. Samuel mengatakan ke Ibunya untuk memasak yang enak. Tidak biasanya anak pendiamnya itu meminta hal seperti itu.

Terlihat Nadia canggung namun itu tidak berlangsung lama. Ketika dia membantu Ibu Samuel membawa makanan dari dapur ke atas meja makan, jarak yang tidak jauh dari meja makan ke dapur.

Ada empat orang di meja makan.

“Ayo makan! Jangan sungkan,” kata Ibu Samuel.

Anak lelaki itu mengambil beberapa makanan yang tersaji lalu mengisi piring Nadia, dia juga mengambil banyak untuk piringnya. Kedua orang tuanya memperhatikannya.

Ibu Samuel turut menambahkan beberapa menu ke piring Nadia, itu membuat Nadia berpikir, bagaimana menghabiskan makanan di piringnya. Dia akan kekenyangan lalu mengantuk dan tidur. zzz.

“Masakan Tante enak sekali,” kata Nadia memuji.

Dia mengunyah pelan. Yummy.

“Kalau begitu sering-seringlah datang kemari,” balas Ibu Samuel tersanjung.

“Tentu. Tapi aku tidak ingin merepotkan, Tante.”

“Tidak merepotkan sama sekali. Kamu teman Samuel, kami akan menganggapmu seperti anak sendiri.”

“Oh aku sangat tersanjung.”

Nadia dapat mencairkan suasana di meja makan itu.

“Nadia, kamu juga pandai memasak?” tanya si Ibu.

“Sedikit. Tidak sepandai, Tante,” jawabnya “Tapi Tante bisa mengajariku kalau tidak keberatan. Aku suka memasak.”

Samuel tidak menyangka, Nadia bisa merayu seperti itu.

“Tentu saja, Tante tidak keberatan. Tante malah senang kamu meminta itu.” Si Ibu tersanjung. “Kamu lihat, di rumah ini hanya Tante seorang diri yang menyiapkan makanan.”

Nadia tertawa kecil. “Tante harus mengajari Sam. Tidak ada yang salah dengan cowok di dapur.”

“Heii, kamu mau menghasut Ibuku?” celutuk Samuel sambil melotot ke Nadia.

Nadia menepuk lengan Samuel.

Semua tertawa kecil.

“Nadia, kamu sudah putuskan setelah tamat sekolah? Lanjut kuliah atau kerja?” tanya Ayah Samuel.

“Saya akan mendaftar kuliah, saya berencana mengambil jurusan pendidikan.”

“Pilihan yang bagus. Kuharap Samuel juga sudah memilih.”

Pak Okto melirik anak lelakinya.

“Nad, Tante sangat berterima kasih sama kamu,” kata Bu Okto.

Nadia tersenyum lembut.

“Ngomong-ngomong gimana kalian bisa berteman? Samuel bertahun-tahun sekolah, tapi dia hampir tidak pernah memperkenalkan teman perempuannya.”

Nadia menjawab. “Awalnya kami bertemu di parkiran sekolah. Lalu bertemu di supermarket, lalu di perpustakaan. Dan kebetulan juga, Samuel berteman dengan teman sejurusanku. Jadi kami menjadi akrab setelahnya.”

“Oh begitu banyak pertemuan yang kebetulan.” Bu Okto tertawa kecil.

Nadia menutup mulut pertanda malu. “Awalnya saya merasa canggung untuk datang....”

“Nak Nadia sangat ramah.”

Sesudah makan siang. Samuel berniat mengajari Nadia sedikit bermain piano.

Berada di suatu ruangan dengan hanya grand piano tanpa dekorasi sama sekali. Nadia duduk tenang dan Samuel membungkuk di belakangnya.

Ia meletakkan telapak tangannya di atas jari-jari Nadia seraya mengajari. “Oke, tekuk jarikamu seperti sedang memegang telur....”

Nadia melakukan sesuai arahan Samuel.

“Seperti ini?”

“Bagus. Sekarang pada kunci. Tekan tombol begitu saja. C-D-E-F-.”

Kemudian mulai menekan tuts piano dengan lembut dan ringan. Ding Ding.

“Hmm?”

“Tidak... jangan merentangkan jarimu.”

Nadia merasakan pendahuluan jari-jarinya ditarik oleh beban ekstra.

Bukan hanya jari-jari mereka yang bersentuhan, Nadia merasakan sedikit tekanan dari Samuel di punggungnya. Dia terdiam kaku, hanya jari-jari bergerak berirama. Samuel memainkan intrumen slow terdengar Sal Bell Of Moscow.

Lambat laun musik klasik itu semakin mengalir, itu juga membuat menyadari keindahan musik. Terlepas dari betapa membosankannya dan sulitnya. Namun benda hitam besar itu adalah salah satu teman terdekat dari Samuel.

Sebelum berpisah. Samuel menyerahkan lampu bola kristal yang yang terbungkus kardus kotak tembus pandang pada Nadia.

Lihat selengkapnya