Lapangan terbuka di The Classeirs penuh dengan para siswa yang berkumpul untuk menyaksikan inisiasi murid baru. Ini adalah momen yang ditunggu-tunggu setiap tahun, di mana para Esper baru secara resmi diperkenalkan dan diterima ke dalam komunitas. Setiap jenis Esper memiliki ciri khas yang membedakan mereka, baik melalui pakaian maupun penampilan fisik, mencerminkan kemampuan unik yang mereka miliki.
Di antara kerumunan, para Esper Juggernaut mencuri perhatian dengan penampilan fisik mereka yang luar biasa. Mereka mengenakan kaus elastis ketat berwarna hitam, menonjolkan otot-otot mereka yang terdefinisi dengan baik. Celana kargo longgar melengkapi penampilan mereka, memberikan kesan siap bertarung kapan saja. Bahu lebar, dada besar dan pinggang kecil menegaskan bahwa mereka adalah sosok yang tangguh dan mengintimidasi.
Sejauh lima meter di samping Esper Juggernaut, tampaklah Esper Transformasi dengan pakaian yang hampir serupa. Namun, ada perbedaan mencolok yang membuat mereka lebih menarik perhatian. Esper Transformasi senang bereksperimen dengan tubuh mereka, menambahkan telinga hewan di kepala mereka, menumbuhkan ekor, atau bahkan berubah menjadi hewan sepenuhnya. Perubahan-perubahan ini membuat mereka tampak unik dan mencolok di antara yang lain. Dengan telinga serigala yang tajam, ekor naga yang berkilauan, atau bahkan wujud harimau yang penuh kekuatan, mereka membawa nuansa magis dan fantastis ke dalam setiap penampilan mereka. Pakaian mereka mungkin mirip dengan Esper Juggernaut, tetapi transformasi tubuh mereka yang kreatif membuat mereka benar-benar berbeda dan menarik perhatian semua orang di sekitarnya.
Tidak jauh dari mereka, para Esper Cahaya tampak anggun dan elegan. Seragam retro mereka dihiasi garis kerah dan lengan berwarna keemasan, dengan jubah yang menutupi kedua bahu, dihiasi dengan kancing berwarna emas. Para perempuan mengenakan gaun sebatas betis bagian atas yang memancarkan aura kemurnian, sementara para laki-laki tampil dalam pakaian formal berwarna putih. Identitas mereka diperkuat oleh jubah putih glamor yang dikenakan di atas pakaian, jubah yang memendek hingga sebatas pinggang, namun berkilauan di bawah sinar matahari, menandakan kemampuan mereka yang penuh cahaya dan harapan.
Berbeda dengan mereka, para Esper Clairvoyance tampil dengan kesan yang lebih lembut namun misterius. Seragam mereka didominasi warna-warna hangat seperti cokelat madu, yang mencerminkan koneksi mereka dengan waktu—baik masa lalu (Retrokognisi) maupun masa depan (Prekognisi). Ciri khas mereka adalah anting-anting emas panjang yang menggantung di daun telinga, berkilau setiap kali mereka bergerak. Jubah mereka berdesain unik, dengan lonceng-lonceng kecil yang tergantung di bagian bawahnya. Setiap langkah mereka diiringi suara lembut lonceng yang bergemerincing, sebuah pengingat bahwa mereka adalah penjaga rahasia waktu.
Berkumpul di belakang Esper Clairvoyance, para Esper Bilokasi terlihat lebih kasual dengan warna-warna pastel yang lembut. Mereka duduk dengan tenang di atas rumput lapangan, menunggu inisiasi dengan tenang. Esper Bilokasi adalah kelompok yang sangat langka, populasinya bisa dihitung dengan jari tangan ditambah jari kaki. Mereka memiliki gaya yang unik dan menggemaskan, sering kali mengenakan topi baret berwarna hijau lumut yang serasi dengan seragam rajutan tangan mereka. Seragam ini dihiasi dengan bunga-bunga kecil dari benang wol, menambah kesan manis dan feminin. Dengan pakaian yang penuh warna dan detail yang lucu, mereka tampak seperti karakter dari dunia dongeng, membawa aura keceriaan dan ketenangan ke mana pun mereka pergi.
Para Esper Psikokinesis, yang termasuk di dalamnya pengguna Ergokinesis, memilih palet warna monokrom yang menciptakan kesan dingin dan terkontrol. Seragam mereka memadukan warna putih dan abu-abu dalam pola yang tidak konsisten, seperti potongan kain perca yang disatukan secara artistik. Jubah mereka berwarna hitam dengan ujung yang menyerupai lidah ular, membentuk huruf W yang panjangnya mencapai betis. Penampilan mereka mencerminkan kekuatan mental dan kontrol penuh atas benda-benda di sekitar mereka.
Sementara itu, para Esper Imajiner tampil dengan cara yang paling unik dan mencolok. Mereka dikenal karena kreativitas mereka, yang tercermin dalam cara mereka berpakaian. Tidak seperti Esper lainnya, mereka tidak terikat pada seragam formal. Sebaliknya, mereka mengenakan pakaian yang terlihat seperti hasil karya seni, dengan pola dan warna yang berbeda-beda, seolah-olah terbuat dari kain perca yang disatukan dengan cara yang eksentrik. Pakaian mereka sering kali terlihat seperti pakaian para pemburu liar dari abad pertengahan, tetapi dengan sentuhan distopia yang membuat mereka tampak seperti tokoh dari dunia lain. Tato-tato yang menghiasi tubuh mereka, seperti lukisan di atas kanvas, menambah kesan artistik yang kuat, menjadikan mereka sosok yang paling autentik dan memikat di antara para Esper.
Esper Materialisasi tidak kalah menonjol dengan penampilan yang anggun dan elegan, mengadopsi gaya dari era Belle Epoque di Prancis. Seragam mereka mengingatkan pada gaun dan pakaian bangsawan dari masa lalu, dengan modifikasi yang membuatnya tetap praktis dan modern. Mereka mengenakan pakaian yang dihiasi dengan renda, brokat, dan detail-detail rumit yang mencerminkan kemampuan mereka untuk mewujudkan apa pun yang mereka bayangkan menjadi kenyataan. Penampilan mereka selalu memancarkan aura kemewahan dan kesempurnaan artistik.
Di sudut lain lapangan, para Esper Gravitasi (Gravitokinesis), yang merupakan kesatuan dengan pengguna Levitasi, hadir dengan gaya yang lebih praktis dan fungsional. Mereka mengenakan compact jumpsuit berwarna hijau olive, yang memungkinkan gerakan bebas dan lincah. Beberapa dari mereka membiarkan ritsleting jaket mereka terbuka, menampilkan kaus hitam yang dikenakan di dalamnya. Penampilan mereka sederhana, namun efisien, mencerminkan fokus mereka pada pengendalian gravitasi dan kekuatan fisik.
Terakhir, ada Esper Elemen, yang terdiri dari mereka yang mampu mengendalikan api, air, tanah, angin, dan alam. Seragam mereka adalah yang paling sederhana, rapi, dan apa adanya. Mereka tidak membutuhkan hiasan atau pernak-pernik untuk menonjolkan kemampuan mereka, karena kekuatan mereka sudah begitu kuat dan murni. Sikap mereka yang penuh tata krama dan kesederhanaan menjadi ciri khas yang membedakan mereka dari Esper lainnya. Meski penampilan mereka tidak mencolok, kekuatan mereka adalah yang paling dihormati dan diwaspadai.
Di tengah inisiasi ini, para murid baru memperhatikan dengan penuh rasa ingin tahu, mata mereka bersinar dengan harapan dan sedikit kegugupan. Mereka tahu bahwa setiap Esper yang mereka lihat di sini adalah individu yang telah melalui proses keras dan penuh tantangan untuk mencapai posisi mereka sekarang. Bagi para murid baru, ini adalah awal dari perjalanan panjang untuk menemukan jati diri dan mengembangkan kemampuan yang mereka miliki.
Valhalla berdiri di depan jendela besar di ruang kerjanya di lantai empat gedung utama, mengamati suasana ramai di lapangan sekolah dari ketinggian. Dari tempatnya, para siswa yang berkumpul di bawah sana tampak seperti kerumunan semut yang bergerak penuh semangat, menimbulkan euforia di udara. Namun, euforia itu tidak menular kepadanya. Valhalla menghela napas panjang, lalu memalingkan wajah dari jendela, kembali menatap tumpukan dokumen yang menggunung di meja kerjanya. Mata Valhalla tampak sayu—tanda kelelahan yang mendalam setelah semalaman bekerja tanpa henti untuk mempersiapkan inisiasi hari ini, termasuk memastikan tidak ada celah bagi pihak ketiga untuk melakukan sabotase.
Dengan enggan, Valhalla meninggalkan pemandangan lapangan yang mengasyikkan itu di belakangnya dan kembali duduk di kursi yang lebih terasa seperti penjara daripada tempat istirahat. Kacamata berbingkai tipis berwarna perak bertengger di hidungnya, membantu matanya yang penat untuk membaca semua dokumen identitas siswa baru. Beberapa saat kemudian, suara ketukan pintu terdengar, namun sebelum Valhalla sempat memberikan izin masuk, pintu itu terbuka, dan Aston masuk bersama Cello.
“Mau sampai kapan kau duduk di sana?” tanya Cello dengan nada khawatir.
“Sampai pantatnya berakar ke lantai dasar,” jawab Aston dengan nada jahil, mencoba mengangkat suasana.
Valhalla terkekeh singkat, mengalihkan pandangannya dari dokumen yang sedang ia baca hanya untuk sesaat. “Aku sibuk,” jawabnya singkat. Namun di dalam hatinya, ada keinginan kuat untuk meninggalkan meja itu dan bergabung dengan mereka. Aku ingin pergi. Tapi kata-kata itu hanya terhenti di pikirannya.
Cello mendekat dan duduk di tepian meja Valhalla, di mana masih ada sedikit ruang yang tersisa di antara tumpukan kertas. “Ayolah, Val. Inisiasi tahun ini pasti seru. Kau harus melihatnya,” bujuk Cello dengan lembut, berharap bisa membujuknya.