The Classeirs

L. Blue
Chapter #26

CHAPTER 14 (Part 1)

Hujan deras menderu seolah langit tak berniat berhenti menumpahkan airnya. Semilir angin yang kuat membawa aroma amis yang semakin tajam, menciptakan suasana mencekam di area inisiasi. Namun, hujan ini justru menguntungkan kelompok nomor 12 yang sedang melaju dengan cepat di atas Kabriolet mereka. Di tengah kekacauan, Seth membuka atap mobilnya, membiarkan Franz, sang Esper Elemen Air, berdiri tegap di atas kursi belakang dengan tatapan fokus.

Butir-butir air hujan mengikuti gerakan jemari Franz seolah mereka tunduk pada kekuasaannya. Setiap gerakan tangannya bagai memimpin orkestra, mengendalikan ribuan tetes hujan menjadi sesuatu yang lebih mematikan. Dengan satu gerakan tegas, dia menciptakan sebuah tombak besar yang tajam, terbentuk sempurna dari air. Tombak itu pas di genggaman tangannya, terasa alami seolah hujan telah menjadi bagian dari tubuhnya.

“Pegang aku,” pinta Franz, suaranya tenang namun penuh keyakinan. Calvin, tanpa ragu, segera memegangi kedua kaki Franz agar keseimbangannya tetap terjaga di atas mobil yang bergerak cepat.

Franz mengangkat tangannya, membidik seekor Cerberus yang menggeram di kejauhan. Matanya menyipit, fokus, lalu tombak itu melesat dengan kecepatan luar biasa, menembus ketiga kepala Cerberus sekaligus hingga makhluk itu terhempas ke tanah. Tubuh Cerberus yang besar tersentak mati di tempat, tombak yang menancap itu perlahan kembali meleleh menjadi air, meresap ke tanah dengan tenang.

Namun, itu hanyalah permulaan.

Franz meregangkan bahunya, seolah bersiap untuk sesuatu yang lebih besar. Dia memejamkan mata, sejenak menenangkan pikirannya. Kedua lengannya terbuka lebar, dan dalam sekejap, seluruh rintik hujan di sekelilingnya membeku di udara, menggantung seolah waktu berhenti. Ribuan tetes air yang melayang itu berkumpul, memadat dan membentuk cukup lama deretan tombak tajam yang mengambang di atas mereka, berkilauan di bawah kilatan petir yang menerangi langit.

Dalam hujan yang mencekam itu, suara Franz terdengar rendah namun mengandung perintah yang mutlak, “Nautilus Spear.” Dengan satu gerakan tangan, tombak-tombak air itu melesat bagai badai kematian, menerjang semua entitas asing yang menghalangi jalan mereka. Cerberus, Wrym, Dondodox, semuanya hancur tak tersisa, tubuh mereka dikoyak oleh tombak-tombak air Franz yang menyerang tanpa ampun. Setiap makhluk yang tersentuh oleh tombak itu langsung binasa, tubuh mereka hancur oleh kekuatan elemen air yang brutal.

Darah bercampur dengan air hujan, mengalir deras di tanah yang basah, namun Franz tak menunjukkan belas kasih sedikit pun. Baginya, ini adalah seni, sebuah tarian maut yang ia kendalikan dengan sempurna.

“Astaga... semua orang di sini... gila,” gumam Seth, mulutnya ternganga melihat kemampuan Franz yang menakjubkan. Meski begitu, kekaguman tak bisa dihindari. Seth tak pernah melihat kemampuan air dieksekusi dengan cara yang begitu elegan sekaligus mematikan.

***

Arion berdiri di tengah kekacauan, tubuhnya gemetar di antara teror yang melanda sekitarnya. Suara geraman entitas-entitas asing hanya samar terdengar di telinganya, seolah dunia luar mulai memudar dari kesadarannya. Napasnya berat, mengeluarkan uap putih yang menyembul dari bibirnya seperti asap dari api yang tersembunyi di dalam dirinya. Matanya kosong, seolah-olah kegelapan telah sepenuhnya merasuk ke dalam jiwanya.

Ada sesuatu yang salah, sesuatu yang lebih dalam dari sekadar kelelahan atau ketakutan. Arion bukan lagi Arion. Seakan tubuhnya telah dirasuki kekuatan yang lebih gelap dan liar. Dia berdiri di sana, tapi jiwanya hilang, tenggelam dalam lautan amarah yang tak terkendali. Setiap napas yang ia ambil tampak membakar organ dalamnya, mengubah kesakitannya menjadi kekuatan mentah.

Perlahan, rambut Arion yang hitam pekat mulai berubah. Dari pangkal hingga ke ujung, warna rambutnya berubah seperti api yang menjalar di sepanjang sumbu, memancarkan warna putih keperakan yang cemerlang. Proses itu terjadi secara bertahap, tapi dengan intensitas yang menakutkan. Rambutnya berkibar tertiup angin yang tak terlihat, memberi kesan bahwa tubuhnya sekarang membara dengan energi yang mengerikan, buas, dan tak terkendali.

Lihat selengkapnya