The Coldest Boyfriend

Coconut Books
Chapter #2

Dia

Dunia sedang enggan menampilkan penghiasnya. Di belahan mana pun, tidak ada bintang. Bulan pun sama, bersembunyi di balik kelabu malam. Langit gelap kemerahan, sesekali kilat menerangkan langit dengan sekelebat cahaya disusul suara guruh. Tinggal menunggu waktu langit menumpahkan bebannya.

  Di saat seperti itu, Kena masih berkutat dengan laptopnya di sebuah kafe dekat rumah. Jemarinya menari di atas keyboard dengan begitu cepat. Sebuah hot cocholate cukup untuk menemaninya mengerjakan tugas yang harus ia selesaikan malam ini. Ini tidak akan terjadi kalau saja di rumahnya ada fasilitas wifi yang menunjang. Jadi, dia harus ke sini untuk mendapatkan internet gratis. Semua anak sekolah pasti pernah melakukan hal tersebut.

Seiring itu, waktu berlalu cepat. Ponselnya menunjukkan pukul sembilan malam, dan menampilkan notifikasi satu pesan masuk. Kena membuka pesan tersebut, lalu menghela napas panjang setelah membacanya.

  “Mau lepas jabatan, masih aja ada kerjaan,” keluhnya sambil menundukkan kepala di atas meja. Ponselnya berdering lagi, kali ini melantunkan lagu Because of You Kelly Clarkson. Dia mengangkat panggilan tersebut dengan malas.

  “Iya, bentar lagi Kena pulang. Hmm. Iya.” Panggilan terputus. Dia mengotak-atik lagi ponselnya, mengecek beberapa notifikasi lain dari jejaring sosial yang berbeda.

  Pesan masuk dari beberapa temannya, ada yang penting, ada yang sama sekali tidak. Sekadar menyapa, menanyakan keberadaannya, dan beberapa lagi ada yang minta kenalan. Kena sudah akrab dengan hal itu. Entah mereka dapat nomor/ ID/ pin dari mana, padahal Kena jarang menyebarkan CP-nya sembarangan.

  Sebagai salah satu murid yang eksis di sekolah, tentu banyak yang mengenal Kena. Nama lengkapnya Kenarya Hechira. Siswi dengan segudang prestasi yang ia miliki, aktif dalam PMR, cantik dan ramah kepada siapa pun, membuatnya menjadi murid yang menonjol di antara yang lain. Banyak yang mendekati Kena. Ada yang tulus, ada yang modus. Dan, Kena tidak pernah pusing akan hal itu. Menurutnya, siapa pun bisa berteman dengannya.

  Mungkin itu yang menjadi daya tarik tersendiri sehingga banyak kaum Adam yang mendekati Kena untuk merebut hatinya. Sayangnya, tidak ada satu pun di antara mereka yang berhasil.

  Akhirnya, tugas Kena telah selesai. Setelah merenggangkan ototnya yang kaku, dia langsung menutup laptop dan bersiap untuk pulang.

***

 Kicauan burung masih terdengar di sekitar wilayah sekolah. Banyak murid yang berjalan santai untuk memasuki gerbang. Bel sekolah masih lima belas menit lagi, jadi tidak masalah kalau berjalan santai menikmati pagi.

  “Laporan pertanggungjawaban?” Tiba-tiba seorang lelaki menghampiri Kena yang sedang berjalan dan menanyakan hal tersebut.

  “Sapa dulu kek, Lil. Nyamperin cuma mau nanyain LPJ!” gerutu Kena.

  Lelaki yang kini tertawa renyah itu bernama Syahril Kamandanu. Panggilannya Alil. Satu angkatan dengan Kena, dan dia adalah Ketua OSIS. Walaupun Kena bukan anak OSIS, dia harus menyerahkan laporan itu kepada Ketua OSIS karena mereka akan melepas jabatan. Siswa kelas tiga sudah mulai difokuskan untuk ujian walau masih semester satu.

  “Pagi, Kenarya Hechira! Saya meminta laporan pertanggungjawaban selama masa bakti Anda sebagai ketua PMR,” kata Alil dengan gaya formal.

  “Iya, nanti. Wahai Ketua OSIS, ini kan di lagi jalan. Nanti aku kasih ke kelasmu ya!”

“Siap, grak!”

  Mereka tertawa, dan melanjutkan perjalan memasuki area sekolah, menunggu bel masuk untuk mengikuti jam pelajaran seperti biasa.

***

“Ken! Mau ke kelasnya Rio nggak? Sekalian lu nyerahin LPJ ke si Alil.” Teman sebangku Kena berkata seraya bangkit untuk pergi. Dia Sinar Arinta, sahabat sekaligus teman sebangkunya. Dia ketua mading di sekolah ini.

  “Iya, ikut!” Kena langsung bangkit dan mereka pergi meninggalkan kelas menuju ke kelas lain.

  Kali ini jam istirahat pertama. Kena dan Arin berjalan santai menuju ke kelas yang ada di seberang lapangan.

  Setelah sampai, kepala Arin melongok ke dalam kelas dan mendapati beberapa siswa sedang asyik dengan kegiatannya masing-masing. Mereka masuk, dan berjalan ke dalam menghampiri orang dituju.

  “Nih, LPJ gue,” kata Kena menyerahkan sebuah flashdisk kepada Alil yang sedang sibuk dengan laptopnya.

  Arin menghampiri siswa lain yang sedang berdiam membaca buku di belakang sana.

  “LPJ gue?” tanya Arin kepada siswa lelaki yang duduk di barisan paling belakang. Dia mendongak dan tanpa jawaban langsung memberikan flashdisk-nya ke Arin. Lalu kembali membaca buku tanpa sepatah kata pun.

“Rio mana, Sen?” tanya Arin masih kepada cowok itu.

Lihat selengkapnya