“Kang Woojin?”, tanya Hye-ah ketika melihat nama itu di daftar nama pembeli.
“Oh iya, dia pelanggan langganan yang saya katakan tadi”, jelas pegawai tersebut.
“Apa kau tau dimana dia tinggal?, tanya Youngsik
“Maaf, tapi saya tidak tahu..”, jawab pegawai itu.
“Oh, begitu rupanya, baiklah tidak apa-apa”, balas Youngsik.
“Uhm.. tapi, biasanya aku lihat dia berbelok ke kanan setelah keluar dari toko kami”, jelas pegawai itu lagi.
“Oh begitu.., apa ada ciri-ciri khusus dari orang itu?”, tanya Youngsik.
“Sepertinya tidak ada ciri-ciri khusus, tampilannya seperti orang biasa saja”, jawab pegawai tersebut.
“Ah baiklah, terima kasih banyak atas bantuannya”, kata Hye-ah sambil membungkukan badannya, kemudian diikuti oleh rekan-rekan kerjanya.
“Terima kasih bantuannya”, kata seluruh rekan Hye-ah sambil ikut membungkukkan badan mereka.
Kemudian mereka keluar dari toko tersebut.
“Nah! Ayo kita makan tteokbeokki!”, kata Youngsik bersemangat.
“Ya! *hey* kalau kau sampai sana duluan, kau yang traktir ya!”, kata Hye-ah.
“Ah jangan begitu! Kalau begitu ayo kita kesana bersama!”, kata Youngsik kemudian terus berlari sambil menarik lengan Hye-ah.
“Jungseok! Ada apa?” tanya Taejun yang tadinya mau ikut berlari, tapi mengurungkan niatnya ketika melihat Jungseok tidak bersemangat.
“Ah tidak apa-apa”, kata Jungseok.
“Kau ada masalah kan? ceritakan padaku!”, kata Taejun.
“Uhm aku pikir aku menyukai seseorang”, kata Jungseok sambil menunduk malu.
“Wah, siapa yang kau sukai?”, tanya Taejun lagi.
Jungseok hanya terdiam sambil memperhatikan Hye-ah dan Youngsik berlari bersama.
“Oohh kau suka Hye-ah seonbae?”, tanya Taejun.
Jungseok hanya tertunduk malu-malu.
“Hahaha kau tidak bisa menyembunyikan perasaanmu ya”, kata Taejun sambil tertawa.
“Uhm.. Taejun-ah, jangan beritahu Hye-ah seonbae kalau aku menyukainya, ya?”, tanya Jungseok.
“Tenang saja, aku tidak akan bilang pada Hye-ah seonbae”, kata Taejun.
“Tapi, kenapa Youngsik seonbae dan Hye-ah seonbae bisa begitu dekat?”, tanya Jungseok.
“Wah apa ini? Kau cemburu?”, tanya Taejun.
“Ah bukan begitu…”, kata Jungseok sambil menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah.
“Aku dengar, Youngsik seonbae dan Hye-ah seonbae sudah berteman sejak kecil, makanya bisa jadi sedekat itu”, jelas Taejun.
“Ah, aku iri pada Youngsik seonbae, apa mereka tidak pernah punya perasaan lebih dari itu?”, tanya Jungseok.
“Hmm, kalau aku dengar dari temanku yang lain, Youngsik seonbae pernah mempunyai perasaan lebih pada Hye-ah seonbae, katanya dia sudah pernah menyatakan perasaannya”, kata Taejun.
“Lalu Hye-ah seonbae menerimanya?”, tanya Jungseok penasaran.
“Tidak, Hye-ah seonbae tidak pernah menerimanya walaupun Youngsik seonbae sudah menyatakan perasaannya berkali-kali”, jelas Taejun.
“Berkali-kali?”, tanya Jungseok .
“Iya, Youngsik seonbae sudah sering mengungkapkan perasaannya, tapi terus menerus ditolah Hye-ah seonbae”, jelas Taejun.
“Ah begitu…”, kata Jungseok.
Tanpa mereka sadari, mereka hampir tertinggal oleh senior-senior mereka.
“Taejun! Jungseok! Jadi makan tteokbeokki tidak?!”, teriak Hye-ah dari kejauhan.
“Kapan lagi kita ditraktir Hye-ah?! Ayo sini, cepat!”, teriak Youngsik.
“Iya! Kami datang!”, teriak balik Taejun.
“Ayo, Jungseok. Aku tidak sabar ingin makan tteokbeokki itu”, ajak Taejun.
“Iya, baiklah. Kau janji ya tidak membicarakan yang tadi dengan Hye-ah seonbae?”, jawab Jungseok.
“Iya aku janji!”, kata Taejun kemudian mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari Jungseok, dan berlari bersama menyusul senior-senior mereka.
Kemudian mereka makan dan minum di kedai tteokbeokki itu selama beberapa jam. Selagi mereka makan-makan, mereka juga membahas mengenai kasus yang sedang ia selidiki itu.
“Menurutmu, gimana cara mencari tahu dimana orang ini tinggal?”, tanya Hye-ah.