Cuaca mendung di hari itu tidak memudarkan semangat Hye-ah untuk memulai harinya.
“Cuacanya mendung, kalau cuaca lagi begini, enaknya makan ramen sama yang lain nanti!”, ucap Hye-ah dalam hatinya.
Segala macam alasan positif yang ia buat-buat sendiri, bisa membangkitkan semangatnya lagi.
Ketika sedang berjalan menuju halte, Ia bertemu seseorang yang tidak asing sedang berlari-lari kecil lewat di depannya
“Wangsoo-ssi?”, tanya Hye-ah.
Orang itu menoleh ketika mendengar namanya dipanggil.
“Ah! Polisi yang kemarin ya! Halo! Selamat pagi!”, salam Wangsoo sambil tersenyum manis.
“Kau mau berangkat ke sekolah?”, tanya Hye-ah.
“Iya! Aku hampir telat hehehe”, jawab Wangsoo malu-malu.
“Oh begitu, Uhm aku mau memberi tahumu sebentar, nanti aku dan rekan-rekanku akan datang lagi ke rumahmu! Apa boleh?”, kata Hye-ah lagi.
“Ah begitu, tentu saja boleh! Datanglah jam tiga! Itu jam pulang sekolahku”, jelas Wangsoo.
“Baiklah, terima kasih! Kalau begitu kau harus cepat sana, nanti kau bisa telat. Hati-hati ya! Belajarlah dengan baik, oke?”, kata Hye-ah.
“Iya! Terima kasih! Kalau begitu aku pergi dulu!”, kata Wangsoo kemudian memberi salam dengan membungkukan badannya, dan segera berlari lagi meninggalkan Hye-ah.
“Manis sekali anak itu”, batin Hye-ah.
Ia melanjutkan perjalanannya ke kantor, bersiap melakukan penyelidikan ulang hari ini.
“Selamat pagi semuanya! Hari yang cerah bukan??”, teriak Hye-ah ketika baru masuk ke ruang rapatnya, dimana sudah terkumpul semua anggota timnya.
“Selamat pagi, Seonbae sudah seperti pembawa acara televisi”, kata Taejun.
“Cerah apanya, mendung gini dibilang cerah”, gerutu Youngsik.
“Ih aku bilang seperti itu supaya kalian semangat, cuaca mendung seperti hari ini adalah saat yang tepat untuk makan ramen!”, kata Hye-ah.
Mereka hanya diam, Hye-ah menyadari kelicikan mereka
“Baiklah aku traktir..”, kata Hye-ah sambil cemberut.
“YES! Kalau seperti ini aku pasti semangat bekerja!”, teriak Taejun semangat.
“Wah kau sangat peka, kau benar-benar yang terbaik”, kata Youngsik.
Mereka tahu, Hye-ah akan melakukan apa saja untuk membuat rekan-rekannya semangat.
“Kalian ini, uang gajiku lama-lama habis untuk traktir kalian terus”, gerutu Hye-ah.
“Ah sekali ini saja deh”, bujuk Youngsik.
“Iya, ini terakhir kali deh, hehehe, maaf ya Seonbae”, kata Taejun malu-malu.
“Hah.. mana si Jungseok? Telat lagi dia?”, tanya Hye-ah
“Aku disini seonbae”, kata Jungseok yang sedari tadi duduk di belakang Hye-ah.
“Oh? Kau sudah datang?”, tanya Hye-ah.
“Dia bahkan datang sebelum aku Seonbae”, kata Taejun.
“Wah benarkah? Bukannya kau biasanya datang paling cepat Taejun?”, tanya Hye-ah lagi.
“Iya, dia mengalahkanku hari ini”, jawab Taejun.
“Wah Jungseok! Kau ada kemajuan sangat banyak! Aku akan mentraktirmu paling banyak!”, kata Hye-ah senang karena kemajuan rekannya yang satu itu.
“Ah, tidak perlu Seonbae, aku tidak terlalu suka makan ramen”, kata Jungseok.
“Oh? Kau tidak suka ramen? Wah orang sepertimu sudah langka sekarang ini. Kalau begitu, aku akan membelikanmu makanan lain, kau mau aku belikan apa nanti?”, kata Hye-ah.
“Tidak perlu Seonbae, nanti merepotkanmu”, kata Jungseok
“Wah benarkah? Kau pengertian sekali”, kata Hye-ah.
“tidak seperti dua orang disana”, bisik Hye-ah pelan-pelan.
Jungseok hanya tertawa kecil.
“Aku mendengarnya”, kata Youngsik.
“Hahaha, tapi hari ini Seonbae datang paling terlambat loh”, kata Taejun.
“Iya ya, kalau begitu, anggap saja mentraktir ramen sebagai hukumannya”, canda Youngsik.
“Hye-ah seonbae, kenapa hari ini bisa terlambat?”, tanya Taejun.
“Ah, tadi aku bertemu Wangsoo saat perjalanan ke halte bus, dia hampir terlambat ke sekolah tadi, kami sempat mengobrol sebentar. Dia benar-benar anak yang manis, sampai-sampai aku tidak bisa melepas pandanganku ketika Ia meninggalkanku sambil berlari dengan imutnya”, kata Hye-ah.
“Wah, jangan-jangan kau suka Wangsoo? Wah parah.. parah..”, ejek Youngsik sambil menggelengkan kepalanya.
“Yak! Kau ini! Umurku dengannya beda jauh! Kau kira aku pedofil?”, kata Hye-ah kesal.
“Ahahaha! Wajahmu lucu sekali kalau marah”, tawa Youngsik terbahak-bahak ketika melihat raut wajah Hye-ah berubah.
“Hyeong, aku rasa tinju akan melayang ke wajahmu”, kata Taejun.
“Tidak perlu mengeluarkan tinju, aku tidak akan membelikannya ramen nanti”, ancam Hye-ah.
“Ah! Kau-! Hah... Yasudah iya! Aku minta maaf!”, kata Youngsik cemberut.
“Seonbae, kau membicarakan apa saja dengan Wangsoo tadi?”, tanya Taejun.
“Ah itu, aku bilang kalau nanti kita akan ke rumahnya lagi, terus dia bilang datang jam tiga, karena pada jam itu, dia baru pulang sekolah”, jelas Hye-ah.
“Kenapa dia pulang cepat sekali? Dulu aku pulang bisa-bisa jam lima”, kata Taejun.
“Itu kan karena kau main dulu sama teman-temanmu, iya kan? Kebanyakan pelajar laki-laki seperti itu”, kata Youngsik.