The Copycat

Claresta Elysia
Chapter #7

First

#flashback#

Malam itu setelah Hye-ah terlelap ketika sedang berpikir, ternyata ia bangun dan membuka kontak Woojin tanpa sadar.

“Woojin-ssi, ayo kita jalan-jalan besok”, kata Hye-ah memulai percakapan itu.

   “Ini siapa?”, balas Woojin.

   “Ini Hye-ah”, balas Hye-ah.

   “Kau… dapat nomorku darimana?”, balas Woojin.

   “Dari adikmu, hehehe”, balas Hye-ah.

  “Ah begitu…, kenapa kau mau jalan-jalan denganku tiba-tiba?”, balas Woojin.

   “Hmm… karena mau lebih tahu tentangmu? Hehehe”, balas Hye-ah.

   “Oh begitu…”, balas Woojin kemudian terdiam beberapa saat.

“Baiklah, kita… mau kemana?”, balas Woojin lagi.

   “Kemana saja boleh, ke taman bermain boleh, atau ke café juga boleh”, balas Hye-ah.

  “Uhm sebaiknya ke café saja, mau jam berapa? Bukannya kau harus bekerja?”, balas Woojin.

“Ah itu mudah, aku bisa mengaturnya, kalau begitu bagaimana kalau jam delapan pagi?”, balas Hye-ah.

   “Baiklah”, balas Woojin.

  “Oh iya, kau juga kerja di supermarket kan? Kau bisa pergi besok?”, balas Hye-ah.

  “Bisa, besok aku dapat shift sore, aku bertukar dengan temanku”, balas Woojin.

   “Baiklah, selamat tidur! Dan sampai jumpa besok! Hehehe”, balas Hye-ah.

   “… Selamat tidur”, balas Woojin menutup pembicaraan itu.

#flashback off#

“AAHH! GIMANA INI?!”, teriak Hye-ah di kamarnya.

 “Bodohnya aku! Aku kira itu hanya mimpi, makanya aku seenaknya mengirim pesan padanya”, kata Hye-ah dalam hatinya.

KRIIEETT

Pintu kamar Hye-ah terbuka dan kakaknya berdiri di depan pintu dengan wajah mengantuk.

   “Apa sih teriak-teriak pagi-pagi begini! Kau ganggu aku tidur tahu!”, oceh kakak Hye-ah.

  “Oppa! Gimana ini! Aku tidak sadar mengirim ini ke saksi yang aku cerita tadi malam! Aku kira cuma mimpi, tahunya beneran!”, jelas Hye-ah panik sambil menunjukkan riwayat percakapannya dengan Woojin malam itu.

“Yasudah mau gimana lagi, sana ketemuan”, kata kakaknya santai setelah membaca percakapan adiknya itu.

 “Oppa! Tidak semudah itu! Aku belum memikirkan harus membicarakan apa dengannya! Dan saat aku bilang padanya kalau aku ingin lebih tahu tentang dirinya, itu membuatku sangat malu”, kata Hye-ah.

  “Ya itu salahmu, berusahalah agar tidak malu di depannya, lalu aku yakin walaupun kau belum mempersiapkan pembicaraan kalian, nanti pas bertemu juga kau bisa dapat kata-kata sendiri, sudah ah aku mau tidur lagi”, kata kakaknya kemudian kembali ke kamarnya untuk melanjutkan tidurnya,

   “Ih oppa!”, oceh Hye-ah sendiri.

  “Ah sudah jam lima! Aku harus memberitahu rekan-rekanku dulu”, kata Hye-ah dalam hatinya, kemudian mengambil ponselnya lagi untuk menghubungi Taejun.

“Teman-teman, hari ini aku ijin tidak masuk kerja ya, aku harus melakukan sesuatu yang intinya berhubungan dengan kasus ini, kalian coba cari apa yang ‘penderitaan’ si pembunuh, nanti pulangnya jangan malam-malam ya”, kata Hye-ah memulai percakapan mereka.

Beberapa lama kemudian, Taejun membalas.

“Okay, seonbae bisa melakukan semuanya sendiri?”, balas Taejun.

   “Bisa kok, ini bukan hal yang berat”, balas Hye-ah.

  “Okay, hati-hati seonbae”, balas Taejun.

  “Semuanya, hari ini aku juga tidak masuk ya, aku tiba-tiba tidak enak badan”, balas Jungseok.

   “Baiklah, cepat sembuh Jungseok”, balas Hye-ah dan Taejun.

  “Sisanya Taejun dan Youngsik ya? Kalian bisa jika berdua saja kan? Jangan bermain-main ya kalian berdua”, balas Hye-ah.

  “Baiklah, kami bisa melakukannya seonbae”, balas Taejun menutup percakapan di grup itu.

Beberapa menit kemudian, ada pesan lagi masuk ke ponsel Hye-ah, tertera sebuah nama yang mengirim pesan itu, “Kang Woojin”

“Aku lupa tanya, rumahmu dimana? Biar aku datang kesana”, kata Woojin mengawali percakapan di hari itu.

“Ah aku saja yang datang ke sana”, balas Hye-ah.

    “Oh baiklah”, balas Woojin mengakhiri percakapan singkat itu.

   “Ah dia orang yang simpel sekali”, gumam Hye-ah.

   “Oh iya aku harus siap-siap”, kata Hye-ah kemudian segera pergi mandi.

Setelah mandi, Hye-ah segera memilh pakaian yang akan dia gunakan saat bertemu dengan Woojin nanti.

Dia memilih pakaian yang sesuai dengan musim panas saat itu.

 “Blouse putih… celana panjang…”, gumam Hye-ah di kamarnya untuk mencocokkan pakaiannya dengan tema yang ia pilih itu.

Ia menambahkan aksesoris ban pinggang dan sepatu skets putih serta memakai tas selempang hitam.

Kemudian ia menguncir rambut kecoklatannya dengan gaya pony tail dan membiarkan poni tipisnya menjuntai menutupi keningnya.

Sebelum pergi, ia mengoleskan lip bam yang berwarna pastel pink ke bibirnya, karena di musim yang panas ini, bibir akan mudah kering.

 “Nah ayo pergi!”, kata Hye-ah kemudian meninggalkan kamarnya.

Namun jarum jam baru menunjuk ke angka tujuh pagi, masih ada waktu bagi Hye-ah untuk menyiapkan sarapan.

  “Hmm… buat apa ya enaknya…”, gumam Hye-ah sambil memperhatikan isi kulkas.

Ia memutuskan untuk membuat roti goreng dengan olesan telur di atasnya.

Setelah beberapa menit, roti goreng yang ia buat sudah siap, namun agak kering kalau tidak ada minuman, jadi ia mengambil susu putih di kulkas dan meminumnya bersama-sama sambil memakan roti yang ia buat.

   “Ah enaknya!”, kata Hye-ah puas setelah menyantap sarapan hasil buatannya.

 “Oppa, bangun! Sudah siang begini masih tidur saja kau?”, oceh Hye-ah dari ruang makan.

    “Iya! Bentar lagi!”, teriak kakaknya dari kamar tidurnya.

Lihat selengkapnya