“Baiklah, apa yang kalian temukan kemarin?”, tanya Hye-ah.
“Hmm, setelah kami periksa semua berkas kasusnya, tertulis kalau korban dibunuh setelah bermain atau berkumpul bersama temannya, semuanya sama, kami tidak tahu ini kebetulan atau bukan”, jelas Youngsik.
“Jadi… semua korban dibunuh setelah bertemu dengan temannya?”, tanya Hye-ah memastikan.
“Iya, kalau ini bukan kebetulan, mungkin pembunuhnya berhubungan dengan teman yang ditemui setiap korban”, kata Taejun.
“Atau bisa saja penderitaan si pembunuh ini berhubungan dengan pertemuan setiap korban dengan teman-temannya”, kata Youngsik.
“Jadi maksudmu, pembunuh tidak suka melihat korban bersenang-senang dengan temannya? Masalah iri hati?”, tanya Hye-ah memperjelas perkataan Youngsik.
“Iya, bisa jadi pembunuhnya ini tidak punya teman, mungkin seperti dikucilkan dari orang-orang sekitar”, jawab Youngsik.
“Hmm… bisa jadi, kalau begitu kita coba selidiki semuanya, teman-teman yang korban temui sebelum ia dibunuh, semuanya sudah kita interogasi kan?”, tanya Hye-ah.
“Sudah, semuanya ada di berkas”, jawab Taejun.
“Baiklah, coba kita periksa, apa ada orang yang sama dari semua teman yang korban temui sebelum dibunuh? Atau mungkin ada jawaban-jawaban aneh dan saling berhubungan yang diberikan oleh mereka”, tanya Hye-ah.
“Baik!”, kata semua rekan Hye-ah.
#flashback#
“Uhm… saat itu, Lee Jungseok memakai sepatu yang sama dengan yang orang itu”, kata Woojin.
#flashback off#
“Ah… tidak tidak, aku belum boleh membicarakan itu, kalau ternyata itu hanya kebetulan, itu akan membuat Jungseok sedih dan kecewa karena kami sempat mencurigainya”, kata Hye-ah dalam hati.
Kemudian ia berdiri di belakang Jungseok yang sedang memeriksa berkas wawancara sesuai dengan perintah Hye-ah.
“Kau sudah baikan?”, tanya Hye-ah.
“Ah, sudah seonbae”, jawab Jungseok.
“Kau sakit apa kemarin?”, tanya Hye-ah lagi.
“Tidak serius kok, aku hanya merasa pusing dan tidak bertenaga, aku sebenarnya ingin masuk kerja, tapi aku takut tidak fokus dan hanya membebankan kalian”, kata Jungseok.
“Oh begitu, tidak apa-apa, kalau kau merasa tidak baik, kau boleh beristirahat di rumah”, kata Hye-ah sambil tersenyum.
“Baiklah seonbae, terima kasih”, kata Jungseok kemudian melanjutkan kegiatannya.
“Ini saatnya aku harus menanyakan soal sepatu itu”, kata Hye-ah dalam hatinya.
“Sepatumu keren juga, kau beli dimana?”, tanya Hye-ah.
“Ah, aku menemukannya di dekat rumahku baru-baru ini, aku sudah tanya tetangga-tetanggaku, tapi mereka tidak mengetahui itu punya siapa, akhirnya aku memilih untuk menggunakannya”, kata Jungseok.
“Kapan kau menemukannya?”, tanya Hye-ah.
“Hmm… kira-kira enam atau tujuh hari yang lalu”, kata Jungseok.
“itu sekitar sehari atau dua hari sebelum Sukyoung hilang!”, kata Hye-ah dalam hatinya.
“Apa kau sering pakai itu untuk keluar-keluar?”, tanya Hye-ah.
“Ah tidak, sepatu ini bagus sekali, aku tidak tega kalau memakainya terlalu sering, takut sepatunya jadi mudah rusak. Tapi aku pakai sepatunya hari ini, aku pikir akan keren kalau aku pakai in saat ke kantor”, kata Jungseok.
“Oh begitu…”, jawab Hye-ah.
“Memangnya ada apa seonbae?”, tanya Jungseok.
“Ah tidak apa-apa, aku pikir kalau kau sering pakai itu akan terlihat keren sekali kan”, kata Hye-ah.
“Baiklah, aku akan mulai pakai ini lebih sering”, kata Jungseok kemudian melanjutkan tugasnya.
Kemudian Hye-ah kembali duduk di tempat duduknya, dan mulai membantu rekan-rekannya memeriksa berkas.
Tapi dia merasa melupakan sesuatu.
“Seonbae, kemarin kau bilang kalau mau mengatakan sesuatu pada kami? Apa itu?”, tanya Taejun.
“Oh, iya!”, kata Hye-ah setelah mengingat apa yang ia lupakan.
#flashback#
“Aku tahu, aku berusaha untuk tidak terlalu percaya ketika seseorang mengatakan sesuatu padaku, atau mengancamku dan menyuruhku melakukan sesuatu untuknya, aku berusaha meyakinkan hatiku kalau yang dia ucapkan itu tidak benar dan tidak perlu aku pikirkan, tapi aku gelisah dan selalu kepikiran”, kata Woojin.
“Kau… pernah diancam seseorang? Atau pernah dipaksa melakukan sesuatu? Kau bisa ceriitakan padaku kalau kau punya masalah”, tanya Hye-ah.
“Ah… itu… tidak kok, tidak pernah, itu hanya perumpamaan saja”, kata Woojin gugup.
#flashback off#
“Semuanya perhatikan, kemarin aku pergi dengan Kang Woojin, dan aku menanyakan beberapa hal kepadanya, dan dia menunjukkan gerak gerik yang bisa dibilang… aneh”, kata Hye-ah.
“Apa yang aneh?”, tanya Taejun.
“Saat aku tanya tentang tanggapannya tentang orang asing yang dia temui, dia bilang dia mudah percaya pada orang walaupun itu orang asing, dan dia memberi perumpamaan kalau misalnya orang itu mengancamnya dan menyuruhnya melakukan sesuatu, dia berusaha untuk tidak percaya akan hal-hal seperti itu, tapi dia pasti akan gelisah dan terus kepikiran”, jelas Hye-ah.
“Lalu seonbae tanya dia lagi?”, tanya Jungseok.
“Iya, aku tanya apa dia pernah diperlakukan seperti itu atau tidak, dia bilang itu hanya perumpamaan saja, tapi dia gugup dan tidak berani menatapku”, jawab Hye-ah.
“Kalau seperti itu, mungkin dia berbohong”, kata Jungseok.
“Tidakkah menurutmu dia meminta bantuanmu?”, tanya Youngsik.
“Kenapa begitu?”, tanya Hye-ah.
“Yah, bisa saja dia memang sengaja memberitahumu kemudian bilang kalau itu hanya perumpamaan. Dia berharap kau mengerti kalau itu bukan perumpamaan, tapi kenyataan”, kata Youngsik.
“Hmm… kalau begitu anggap saja dia memang sengaja memberitahukan itu padaku, kenapa dia berbohong dan bilang kalau itu hanya perumpamaan?”, tanya Hye-ah.
“Mungkin dia sedang diawasi, dan dia memberitahumu karena dia percaya padamu. Lebih baik kau tanyakan dia lagi untuk mengetahui yang sebenarnya”, kata Youngsik.
“Kenapa kau…”
DRRT DRRT
Tiba-tiba ponsel Hye-ah yang ia letakkan di meja berdering saat dia ingin menanyakan sesuatu sesuatu.
“Ya?”, tanya Hye-ah pada orang yang menelfonnya.
“Ah… baiklah, kami akan segera kesana”, jawab Hye-ah kemudian menutup telfonnya kemudian menghela napas panjang.
“Ada apa seonbae?”, tanya Taejun.
“Ada pembunuhan lagi”, kata Hye-ah