“Bagaimana bisa ini- bukannya untuk masuk ke dalam, harus memindai kartu nama dulu?”, tanya Taejun tidak percaya.
“Bagaimana mungkin… tidak mungkin pelakunya polisi kan?”, tanya Youngsik.
“Aku tidak tahu, belum bisa aku pastikan, bisa saja dia mencurinya”, kata Hye-ah.
“Apa kata petugas forensik, seonbae?”, tanya Jungseok.
“Bisa dipastikan kalau tidak ada tanda-tanda perlawanan dari Hyeseok karena lukanya rapi, tapi untuk keterangan lebih lengkapnya masih harus diselidiki lebih lanjut”, jelas Hye-ah.
“Tapi kan di dalam kantor kita tidak diperbolehkan membawa senjata apapun, apalagi bawa dari rumah”, kata Taejun.
“Aku tahu, kalau begitu, pasti senjatanya disembunyikan, atau mungkin disamarkan”, kata Hye-ah.
“Lalu sekarang apa yang harus kita lakukan? Saksinya dibunuh, atasan pasti akan memarahi kita”, kata Jungseok.
“Tidak perlu dipikirkan, aku akan menanggungnya, tapi sekarang aku harus pergi untuk melihat proses otopsi, setidaknya aku harus mengetahui alat apa yang digunakan si pembunuh. Dan Taejun, tolong kau periksa CCTV, dan periksa apa ada orang yang mencurigakan dan masuk ke ruangan ini”, kata Hye-ah.
“Baik, kalau begitu, aku pergi dulu”, kata Taejun.
Hye-ah mengangguk.
“Kau mau pergi sekarang? Apa yang harus kami lakukan?”, tanya Youngsik.
“Iya, aku tidak akan pergi lama, kalian cukup pastikan saja tidak ada satupun orang yang meninggalkan kantor ini, baik orang dalam maupun orang dari luar, aku akan kembali nanti”, kata Hye-ah kemudian segera pergi menuju tempat dilakukannya otopsi.
Sementara itu, rekan-rekannya segera melaksanakan perintah ketua tim mereka itu.
Di ruangan otopsi…
Beberapa lama setelah otopsi berlangsung…
Seorang dokter forensik dengan name tag “Ahn Gyeseob” keluar dari ruang otopsi.
“Kau mau melihat hasilnya?”, tanya dokter tersebut pada Hye-ah yang sudah menunggu di depan ruangan tersebut dari tadi.
“Ah iya, aku harus melihatnya”, jawab Hye-ah.
Kemudian dokter tersebut memperbolehkan Hye-ah masuk ke ruangan tersebut.
“Waktu kematiannya belum lama setelah kami datang, kira-kira setengah jam sebelum kami datang ke lokasi. Hmm… dan ini, coba kau lihat, ini adalah bentuk lukanya, yang berarti memperlihatkan bentuk alat yang digunakan si pembunuh, tipis dan tajam, kau tahu kan kira-kira alat apa ini?”, tanya dokter tersebut sambil memperlihatkan sebuah foto yang memperlihatkan luka Hyeseok.
“… seperti silet?”, jawab Hye-ah.
“Benar, dan lukanya sangat rapi, tidak ada tanda perlawanan”, jelas dokter tersebut.
“Apa penyebab utama kematiannya adalah luka ini?”, tanya Hye-ah.
“Iya, orang itu memotong urat nadinya dengan tepat dan cepat, menyebabkan korban ini kehabisan darah hanya dalam waktu singkat. Tidak ada tanda-tanda pemukulan, dan tidak ada penyakit yang menyebabkan kematiannya, semua organ tubuhnya sehat”, jelas dokter forensik tersebut.
“Baiklah, apa ada keterangan lainnya?”, tanya Hye-ah.
“Dilihat dari lukanya yang lurus dan rapi, diperkirakan tinggi pelakunya sama seperti korban, atau mungkin lebih tinggi, tidak mungkin lebih pendek”, jelas dokter itu.
“Baiklah, terima kasih banyak, kalau begitu aku akan pergi”, kata Hye-ah.
“Ah tunggu, kau polisi yang bertugas menangani kasus ini kan?”, tanya dokter itu.
“Iya, ada apa?”, tanya Hye-ah.
“Kalau begitu, aku rasa aku perlu memberitahumu ini, kemungkinan korban sudah pernah melihat wajah pelaku, karena itulah tidak ada tanda-tanda perlawanan dari bekas lukanya, dia tidak menyangka kalau orang itu adalah pembunuhnya.”, jawab dokter forensik itu.
“Bahkan mungkin pembunuhnya adalah orang yang sudah cukup dipercayai korban, mungkin temannya, atau orang lain yang menurutnya bisa dipercaya. Aku harap ini bisa membantumu menemukan pelakunya”, jelas dokter itu lagi.
“Ah begitu, baiklah. Aku akan menyelidikinya”, jawab Hye-ah.
“Pemikiranmu dalam sekali untuk orang yang bekerja di bagian forensik”, puji Hye-ah.
“Ahaha, aku dulu memang bekerja di kepolisian”, jawab dokter itu.
“Namamu… Ahn Gyeseob?”, tanya Hye-ah sambil memperhatikan name tag dokter tersebut.
“Ah iya benar, dan… kau?”, tanya balik dokter itu.
“Aku Kang Hye-ah, kalau begitu aku bisa memanggilmu seonbae *senior* kan?”, jawab Hye-ah.
“Ahaha, boleh saja”, jawab dokter Ahn.
“Uhm… menurutmu pembunuhnya itu orang yang seperti apa?”, tanya Hye-ah.
“Hmm… orang yang diluarnya terlihat baik, polos dan peduli, serta cukup teliti. Orang yang sudah melihatnya pasti berpikir dia adalah orang yang baik, sehingga tidak akan ada orang yang menaruh kecurigaan padanya. Mungkin dia adalah orang yang mudah bergaul dengan orang asing, sehingga menambah kesan ramah dari dirinya. Biasanya pembunuh itu dilakukan oleh orang yang dingin dan introvert, namun sepertinya pembunuh yang kali ini adalah orang yang terlihat baik dan normal di mata orang lain, yang berarti orang ini sangat ahli menyembunyikan perasaan dan dirinya yang sebenarnya”, jawab dokter Ahn.
“Wah detail sekali, aku bahkan tidak pernah berpikir sampai sedalam itu”
“Ah bukan apa-apa”, jawab dokter Ahn.
“Apa menurutmu pelakunya memiliki kaki tangan?”, tanya Hye-ah.
“Hmm… kalau pelakunya memang lebih dari satu, setidaknya pasti akan ada perbedaan dari bekas luka pada korban, tapi dalam kasus ini, bekas luka pada semua korban sama, aku rasa ini hanya dilakukan oleh satu orang”, jawab dokter Ahn.
“Ah begitu… baiklah, kalau begitu sekarang aku harus kembali ke kantor. Terima kasih banyak informasinya, seonbae!”, kata Hye-ah sambil memberi salam.
“Iya, tidak masalah. Tangkaplah pelakunya secepat mungkin”, kata dokter Ahn.
"Aku akan melakukan yang terbaik! Aku pergi dulu!”, kata Hye-ah lalu pergi meninggalkan ruangan otopsi.
Kemudian Hye-ah segera kembali menuju gedung kantornya.
“Oh! Itu seonbae!”, kata Taejun yang berada di depan pintu masuk kantor bersama rekannya yang lain.
“Tinggi Hyeseok sama denganku, sedangkan Youngsik dan Jungseok lebih tinggi dariku, dan Taejun juga tingginya sama denganku”, kata Hye-ah dalam hatinya.
“Hey, jangan bengong! Kenapa kau lama sekali? Apa kau mendapat informasi penting?”, tanya Youngsik.