The Copycat

Claresta Elysia
Chapter #12

The Truth Untold

Di atap gedung…

“Lihat kan, dia pasti selalu datang ke sini kalau ada masalah, dia bisa menenangkan pikirannya disini”, bisik Taejun sambil perlahan membuka pintu yang mengarah ke atap gedung.

  “Iya-iya, kalau kau menghalangi jalan terus, aku akan mendorongmu ke situ tuh, biar kau terguling-guling sampai bawah sana”, ancam Hye-ah di belakang Taejun sambil menunjuk anak tangga di belakang mereka.

“Kau seonbae yang jahat rupanya…”, kata Taejun sambil menyediakan ruang untuk Hye-ah lewat.

Kemudian Hye-ah berjalan mendekati Jungseok yang sedang menikmati pemandangan dari atap kantor.

  “Jungseok-ah”, panggil Hye-ah.        

Jungseok perlahan membalikkan tubuhnya ke arah Hye-ah.

   “Maaf…”, kata Hye-ah.

   “Aku… tidak bisa berpikir jernih tadi, maaf… telah menuduhmu”, kata Hye-ah lagi.

“Tidak apa…, aku juga terlalu kekanak-kanakan tadi, aku terbawa emosi, maafkan aku seonbae”, jawab Jungseok.

Hye-ah menggangguk.

  “Jungseok-ah, maafkan aku juga, aku percaya padamu kok, kau tidak mungkin membunuh orang”, kata Taejun.

   “Iya, aku tahu, malah aku yang tadi tidak mempercayaimu, maaf”, kata Jungseok.

“Uhm… Jungseok, apa mungkin kau sudah mempunyai orang yang kau curigai atau menurutmu aneh? Mungkin di sekitar kita?”, tanya Hye-ah.

“Hmm… tidak ada orang yang aku curigai di sini, bagiku tidak ada yang aneh”, jawab Jungseok.

    “Ah… baiklah, lebih baik kita turun sekarang”, ajak Hye-ah.

Kemudian Hye-ah Taejun dan Jungseok bersama-sama kembali ke ruang tim mereka.

“Kalian habis dari mana?”, tanya Youngsik yang sudah kembali ke ruangan tersebut beberapa waktu yang lalu.

   “Hanya ke atas sebentar”, jawab Hye-ah.

    “Apa yang akan kita lakukan sekarang?”, tanya Youngsik.

   “Kalian boleh pulang, aku akan mengurus ini”, jawab Hye-ah.

    “Kau bisa sendiri?”, tanya Youngsik lagi.

   “Bisa, ini bukan apa-apa. Kalian pulanglah dan istirahat, kalian sudah bekerja sangat keras hari ini”, kata Hye-ah.

    “Aku harus mengurus sesuatu, kalian hati-hati ya”, kata Hye-ah.

Kemudian Hye-ah segera pergi menuju tempat otopsi yang sudah ia datangi sebelumnya.

Di rumah sakit…

“Uhm, permisi apa dokter forensik Ahn Gyeseob masih di sini? Aku harus bertemu dengannya”, kata Hye-ah pada resepsionis.

“Hmm saya akan periksa dulu”, jawab petugas resepsionis itu sambil memeriksa data di komputernya.

  “Ah, saat ini kau tidak bisa menemuinya, dokter Ahn Gyeseob sedang melakukan otopsi di lantai tiga”, kata petugas itu.

    “Apa otopsinya akan selesai sebentar lagi?”, tanya Hye-ah.

   “Otopsinya masih berlangsung kira-kira dua atau tiga jam lagi”, jawab petugas itu.

  “Aku harus memberikan ini hanya pada dokter Ahn, karena dialah yang selama ini menangani korban-korban pada kasus ini. Sepertinya aku harus menyimpan barang ini bersamaku sampai besok”, kata Hye-ah dalam hatinya.

Akhirnya ia memilih untuk menunggu hingga hari esok untuk memberikan barang itu pada dokter Ahn.

   “Kau bisa menitipkan pesan atau nomor telefonmu, nanti akan saya berikan pada dokter Ahn kalau beliau sudah selesai melakukan otopsi”, kata petugas itu sambil memberikannya kertas kecil

   “Ah, kalau begitu aku akan menitipkan nomor telefonku”, kata Hye-ah.

Lalu Hye-ah mencatat nomor telefon dan namanya pada kerrtas itu dan memberikannya pada petugas resepsionis itu.

  “Mohon bantuannya, terima kasih”, kata Hye-ah sambil membungkukkan badannya.

Kemudian ia kembali ke kantornya untuk membereskan barang-barangnya, lalu bergegas pulang ke rumahnya.

Di rumah Hye-ah…

   “Oppa aku pulang…”, kata Hye-ah sesampainya ia di rumah.

Tidak ada jawaban, namun sudah terdapat makan malam yang sudah disiapkan di meja makan.

“Dia sudah tidur? Ah aku memang pulang lebih lama hari ini”, kata Hye-ah dalam hatinya,

Saat sedang makan, ia terus berpikir, sepertinya ada sesuatu yang harus ia lakukan, namun dia melupakannya.

   “Apa ya? Apa yang kulupakan?”, tanya Hye-ah dalam hatinya.

#flashback#

Di ruang tim…

“Tidakkah menurutmu dia meminta bantuanmu?”, tanya Youngsik.

   “Kenapa begitu?”, tanya Hye-ah.

  “Yah, bisa saja dia memang sengaja memberitahumu kemudian bilang kalau itu hanya perumpamaan. Dia berharap kau mengerti kalau itu bukan perumpamaan, tapi kenyataan”, kata Youngsik.

#flashback off#

    “Ah benar! Aku harus bertemu Woojin”, kata Hye-ah dalam hatinya.

Setelah itu, ia cepat-cepat menghabiskan makanannya, dan bergegas pergi keluar lagi menuju rumah Woojin.

Di rumah Woojin…

DING DONG

“Woojin-ah”, panggil Hye-ah dari luar.

Beberapa menit kemudian, Woojin keluar dan menyambutnya.

  “Hye-ah? Ada apa?”, tanya Woojin.

  “Ah, aku perlu memastikan suatu hal padamu”, jawab Hye-ah.

  “Apa itu”, tanya Woojin lagi.

  “Ah itu, sepertinya kita tidak bisa membahasnya di luar sini”, jawab Hye-ah.

Akhirnya mereka masuk ke dalam dan membahas hal yang ingin dipastikan oleh Hye-ah itu.

   “Apa Wangsoo sudah tidur?”, tanya Hye-ah.

   “Iya, besok dia ada ujian di sekolahnya”, jawab Woojin.

   “Ah begitu, kalau begitu aku akan menjaga volumw suaraku”, kata Hye-ah.

“Ahaha, tidak apa-apa. Apa hal yang ingin kau bicarakan denganku?”, tanya Woojin.

  “Uhm itu, kau ingat pembicaraan kita di café waktu itu kan? Saat kau menjelaskan sebuah perumpamaan tentang dirimu, apa itu benar-benar hanya perumpamaan? Atau kau benar-benar mengalaminya?”, tanya Hye-ah.

   “A-ah itu, uhm… “, jawab Woojin terbata-bata.

    “Woojin-ah, jangan menyembunyikannya dariku, aku…”

Lihat selengkapnya