The Copycat

Claresta Elysia
Chapter #14

The Reason

Youngsik langsung tahu kalau ada senjata yang disembunyikan Hye-ah, namun ia berpura-pura tidak tahu.

“Ini karena ayahku, dia yang membuat kekacauan ini, dia bahkan seperti orang yang tidak waras”, kata Youngsik.

“A-apa maksudmu?”, tanya Hye-ah.

“Ibuku… ibuku dibunuh di tangan ayah anak itu, ayah Jungseok”, kata Youngsik.

“Kau tidak tahu kan? Yah tidak diragukan lagi, kau bahkan tidak pernah bertanya bagaimana keadaanku”, kata Youngsik.

“Hidupku tidak pernah baik sejak terbunuhnya ibuku. Hampir tiap malam, ayahku tidak pulang, ia menghabiskan malamnya dengan para pelacur. Setiap saat dia pulang, kondisinya berantakan, dan tubuhnya bau alkohol. Kegiatannya setiap hari di rumah hanya menghancurkan barang-barang, minum alkohol, memukuliku tanpa alasan yang jelas. Dia bilang ibuku mati karena aku”, kata Youngsik.

“Tapi ayah Jungseok sudah-“

  “Mati”, kata Youngsik memotong perkataan Hye-ah.

“Aku tahu, karena itu aku melampiaskannya pada Jungseok. Aku sempat berpikir dua kali untuk balas dendam, namun aku melihat hidupnya baik-baik saja bahkan setelah ayahnya bunuh diri dan ibunya menikah lagi. Yah… mungkin beberapa orang memang tidak suka padanya, tapi setidaknya ada yang merawatnya kan? Sedangkan aku? aku berusaha hidup sendiri, dan mengurus ayahku yang mabuk-mabukan, belum lagi ayahku terus-terusan ditipu orang, hutang dimana-mana. Aku rasanya ingin mati, tapi aku tidak bisa”, kata Youngsik.

   “Teman-temanku hanya palsu, sepertimu, dan anak ini”, kata Youngsik sambil menunjuk ke arah Taejun.

   “Youngsik-ah, hentikanlah ini, kita bisa memulai lagi dari awal”, kata Hye-ah.

  “Ssst sudahlah, berikan saja anak itu padaku”, kata Youngsik sambil menunjuk Woojin di belakang Hye-ah.

Hye-ah dan Woojin saling bertatapan.

   “Cepatlah, kau tidak mau Taejun mati kan?”, tanya Youngsik.

Setelah saling memberi kode, Woojin mulai berjalan perlahan menuju Youngsik.

Sesuai arahan Hye-ah, Woojin berjalan dari samping, dan memberi ruang kosong di depan Hye-ah untuk menembak Youngsik.

Namun saat Hye-ah bersiap-siap mengambil pistolnya dan Woojin baru saja berjalan setengah jalan, tiba-tiba Youngsik mengeluarkan pisau dan menarik Woojin lalu menempatkan pisau itu didepan leher Woojin, sehingga sekarang Woojin menutupi bagian depan tubuh Youngsik dan menghadap ke arah Hye-ah.

  “Kau kira aku bodoh? Kau memiliki pistol di belakangmu, bukan? Kau kira aku akan membiarkan kalian begitu saja?”, kata Youngsik sambil menyeringai.

Sambil terus menahan Woojin di depannya, dia menggunakan tangan kirinya untuk mengambil pistol yang ternyata juga ia sembunyikan di belakangnya lalu menempelkan ujung pistolnya di kepala Taejun.

Dengan cepat, Hye-ah mengeluarkan pistolnya dan langsung menembak tangan kiri Youngsik yang sedang memegang pistol, tepat sebelum Youngsik menembak Taejun.

DOR!

“AAGH!”, teriak Youngsik kesakitan, lalu menjatuhkan pistolnya secara spontan.

Saat Youngsik sedang kesakitan itulah, Woojin tiba-tiba mengeluarkan pisau yang entah sejak kapa nada di sakunya, lalu menusuk kaki kanan Youngsik.

  “AARGH! SIALAN!”, teriak Youngsik.

Woojin langsung menghempaskan tangan Youngsik dan buru-buru menggeser kursi yang diduduki Taejun menjauhi Youngsik

Tidak lama kemudian, Jungseok bersama dengan semua petugas dari tim bantuan langsung menerobos masuk ke rumah itu dan menemukan Hye-ah, Woojin, Taejun beserta Youngsik di dalam ruangan tersebut yang pintunya sengaja dibiarkan terbuka oleh Hye-ah.

Hye-ah langsung menghampiri Taejun dan melepas semua tali yang mengikat Taejun, lalu membuka plester di mulutnya.

   “Taejun-ah, apa yang terjadi? Kau tidak apa-apa?”, tanya Hye-ah.

Taejun mengangguk perlahan.

  “Jungseok-ah cepat panggil ambulance”, perintah Hye-ah.

   “Ah, baik!”, jawab Jungseok kemudian segera melaksanakan perintah Hye-ah.

Namun tanpa Hye-ah sadari, Youngsik sedang mengambil kembali pistolnya yang terjatuh dengan tangan sebelahnya yang tidak tertembak.

Kemudian Youngsik mengarahkan pistolnya ke arah Hye-ah sedang membelakanginya, seluruh perhatiannya masih tertuju pada Taejun.

Tapi Woojin menyadari hal itu, dan langsung menutupi Hye-ah dengan tubuhnya.

DOR!

   “UGH!”, teriak Woojin.

Peluru itu menancap di punggungnya.

Hye-ah merasakan seseorang jatuh menimpa dirinya.

Ketika ia menoleh, ia terkejut karena orang itu adalah Woojin.

Hye-ah segera berbalik dan menahan tubuh Woojin agar tidak terbentur ke lantai.

    “Woojin-ah! Woojin-ah!”, teriak Hye-ah.

Namun Woojin tidak sadarkan diri.

Hye-ah merasakan bahwa bagian belakang Woojin basah, ketika ia memeriksa tangannya, ia melihat darah.

Hye-ah langsung histeris dan mengalihan pandangannya ke arah Youngsik.

Dilihatnya Youngsik yang masih mengarahkan pistol ke arah mereka berdua.

   “Youngsik-ah hentikan!!!”, teriak Hye-ah sambil menangis.

Salah satu petugas dari tim bantuan langsung menembak satu tangan Youngsik yang lain, hingga ia melepaskan pistol yang sedang digenggam.

Kemudian mereka dengan sigap memborgol kedua tangan Youngsik dan membawanya keluar untuk mengobati lukanya dan dibawa masuk ke dalam mobil polisi.

Tidak lama kemudian, ambulance datang.

Woojin dan Taejun langsung dibawa masuk ke dalam ambulance dan dibawa menuju rumah sakit.

Jungseok dan beberapa petugas dari tim bantuan langsung mengamankan lokasi.

Kemudian Jungseok menghampiri Hye-ah yang sedang termenung dambil bersandar di mobil polisi.

  “Seonbae”, panggil Jungseok.

  “Ya?”, jawab Hye-ah.

  “Kau tidak apa-apa?”, tanya Jungseok khawatir.

  “Aku baik-baik saja, ada yang ingin kau tanyakan?”, tanya Hye-ah.

   “Bagaimana kau bisa tahu kalau Youngsik adalah pelakunya?”, tanya Jungseok.

“Setelah aku tanya Woojin, ia bilang pembunuhnya menyuruh dia untuk bersaksi seolah-olah kau adalah pelakunya, Jungseok”, jawab Hye-ah.

    “Aku?”, tanya Jungseok tidak mengerti.

“Ya, Youngsik membuat pembunuhan-pembunuhan itu seolah-olah kau yang melakukannya, sebelumnya Woojin pernah bilang padaku kalau sepatu yang dipakai pelaku sama persis dengan yang kau pakai waktu pertama kali menemuinya di rumahnya, dan Taejun melihat sepatu itu di rumah Youngsik dan mengirimkan fotonya padaku”, kata Hye-ah sambil menunjukkan foto yang sebelumnya dikirim oleh Taejun.

Jungseok terdiam tidak percaya ketika melihat foto sepasang sepatu itu benar-benar sama persis dengan miliknya.

“Karena kau kidal, ia juga membunuh dengan tangan kirinya, mengantisipasi jika ada saksi yang melihatnya, pasti pelakunya dianggap kidal”, jelas Hye-ah lagi.

   “Aku tidak mengerti… kenapa ia mengincarku?”, tanya Jungseok.

Hye-ah terdiam, ia bingung bagaimana menjelaskannya, karena tindakan Youngsik merupakan balas dendam atas apa yang telah dilakukan ayah Jungseok pada ibunya.

  “Ada apa?”, tanya Jungseok.

Lihat selengkapnya