The Copycat

Claresta Elysia
Chapter #15

Never Leave

“Begini, pasien Kang Woojin telah melewati masa kritis, tapi kami membutuhkan transfusi darah secepatnya, pasien ini kehilangan cukup banyak darah”, jelas dokter itu.

 “Kalau begitu, saya akan memberikan darah saya, saya adiknya”, kata Wangsoo.

“Kalau begitu kau bisa ikut denganku sebentar”, kata dokter itu.

Kemudian dokter itu dan Wangsoo pergi bersama ke ruangan lain.

Sementara Jungseok dan Hye-ah menunggu hasilnya di depan ruang operasi.

Lalu tranfusi darah dilakukan.

Beberapa lama kemudian, Woojin dikeluarkan dari ruang operasi, dia tidak sadarkan diri karena obat bius yang masih berpengaruh pada tubuhnya.

Woojin dibawa ke ruangan dimana Wangsoo juga sedang beristirahat sambil diberi infus.

Mereka bersebelahan.

Wangsoo menoleh dan melihat Woojin berbaring di sampingnya.

“Hyeong… hyeong sadarlah”, panggil Wangsoo.

Kemudian Hye-ah dan Jungseok masuk ke ruangan tersebut.

 “Tidak apa-apa Wangsoo, dia masih terpengaruh obat bius, sebentar lagi akan sadar”, kata Hye-ah sambil duduk di sebelah Wangsoo.

Wangsoo terdiam, ia terus menatap kakaknya yang tidak sadarkan diri.

Tidak lama kemudian, Woojin membuka matanya.

“Hyeong! Kau sudah sadar? Kau tidak apa-apa?”, tanya Wangsoo khawatir.

Woojin menoleh dan melihat adiknya berbaring di sampingnya.

“Wangsoo..? Kenapa kau bisa ada di sini? Di mana ini?”, tanya Woojin sambil melihat ke sekelilingnya.

 “Kau di rumah sakit”, kata Hye-ah sambil menghampirinya.

 “Rumah sakit? Kenapa?”, tanya Woojin sambil berusaha duduk.

Namun luka operasi di punggungnya terasa sakit.

   “A-aa-aagh… astaga kenapa sakit sekali?”, tanya Woojin.

 “Ah, jangan bangun dulu, kau baru dioperasi”, kata Hye-ah sambil membaringkan Woojn kembali.

   “Apa yang terjadi?”, tanya Woojin.

  “Kau tidak ingat?”, tanya Hye-ah.

Woojin terdiam sebentar, ia berusaha mengingat.

#flashback#

Woojin menyadari pistol yang diarahkan pada Hye-ah dan ia langsung menutupi Hye-ah dengan tubuhnya.

DOR!

 “UGH!”, teriak Woojin.

#flashback off#

  “Ah aku ingat, aku ingat sekarang”, kata Woojin.

  “Lalu kenapa kau bisa ada di sini?”, tanya Woojin pada adiknya di sebelahnya.

“Ah itu… kau tadi kehilangan banyak darah, dan Wangsoo datang untuk memberikan darahnya untukmu”, jelas Hye-ah menjawab pertanyaan Woojin.

   “Ah begitu… kau tidak perlu melakukannya Wangsoo”, kata Woojin.

 “Bagaimana tidak aku lakukan? Kau mau mati hah?!”, tanya Wangsoo marah dengan mata berkaca-kaca.

  “Wah kau kasar sekali pada kakakmu sendiri”, kata Woojin.

  “Dia sangat khawatir padamu Woojin, dia menunggumu bangun dari tadi”, kata Hye-ah.

 “Ah… sudahlah Wangsoo, aku cuma bercanda, jangan menangis”, kata Woojin.

Wangsoo membuang muka dan mengusap air matanya.

 “Kau menggemaskan haha”, kata Jungseok yang masih duduk di samping Wangsoo.

  “Hye-ah, kapan aku bisa keluar dari rumah sakit?”, tanya Woojin.

  “Kata dokter, kau perlu dirawat inap kira-kira dua minggu, setelah itu kau bisa pulang dan merawat dirimu di rumah”, jawab Hye-ah.

  “Ah begitu…”, kata Woojin.

  “Jangan khawatir, kau tidak perlu membayar biaya rumah sakitnya, pihak kepolisian yang akan mengurusnya”, jelas Hye-ah.

   “Ah, terima kasih banyak”, jawab Woojin.

 “Ngomong-ngomong, kenapa di sakumu bisa ada pisau? Sejak kapan kau membawanya?”, tanya Hye-ah.

“Ah, itu… saat aku bilang mau ke dapur untuk minum”, jawab Woojin.

#flashback#

  “Baiklah, kita harus pergi sekarang”, kata Hye-ah sambil bersiap-siap.

“Uhm, sebentar, aku minum dulu”, kata Woojin.

Hye-ah mengangguk.

Lalu Woojin bergegas ke dapur.

Sebelum ia minum, ia diam-diam mengambil sebuah pisau kecil yang tergantung di sana, lalu menyembunyikannya di sakunya.

Setelah itu dia pergi minum lalu kembali pada Hye-ah yang sedang menunggunya.

  “Aku sudah selesai, ayo pergi”, ajak Woojin.

Lihat selengkapnya