“Kamu yang menunggunya ya,” ucap Jaka, ia langsung meninggalkanku dan Lena di dekat eskalator.
Astaga orang itu, bisa-bisanya meninggalkan tanggung jawab seenak jidatnya. Aku menghela napas panjang. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Aku melirik ke sampingku, Lena masih berdiri sembari bermain ponsel dan membawa tas ransel.
“Aku tunggu di sini, lebih baik kamu ganti dulu saja,” ucapku.
Lena mengangguk, mulai memasuki toilet terdekat untuk mengganti pakaian. Hari ini benar-benar melelahkan. Belum lagi tugas kuliah yang masih menumpuk. Kenapa begitu menyebalkan sekali? Sekujur tubuku remuk bagaikan dilindas oleh traktor. Kaki pun pegal, wajar saja siapa yang tidak lelah berkeliling area event selama seharian penuh. Mengerjakan komisi dan juga hunting, lebih tepatnya memancing dengan memasang Yudha sebagai umpannya.
Ponselku bergetar, segera aku meraih ponsel yang berada di saku celana. Membuka pesan yang masuk. Baru juga dibicarakan kini ia membalas pesanku.
[Cepat sekali pulangnya?]
“Percayalah hari ini aku kelelahan.” Kututup ponsel dan memasukkannya ke dalam saku celana.
“Maaf menunggu.” Suara itu membuyarkan lamunanku. Seorang gadis dengan rambut hitam pendek sebahu muncul di sampingku. Mengenakan jaket biru gelap dan kaos gelap dengan celana panjang yang sewarna dengan jaket.
“Siapa kamu?” tanyaku mengernyitkan dahi.
“Lena, kakak yang tadi mengambil fotoku bukan?” Tatapannya kini bagaikan singa yang kelaparan. Amarah mulai meledak-ledak tampaknya.
“Oh jadi begini ya tampilanmu saat melepas semua properti,” komentarku.
“Kejam sekali ucapannya.”
“Oh ya, omong-omong apa kamu naik motor ke sini?”
“Aku naik gojek sih.”