The Crown Princess

AZ Zero Studio
Chapter #6

Apel Jatuh

Aku memutuskan pura-pura tidur.

Ya, pilihan terbaik dalam hidupku sejauh ini adalah tidur pura-pura. Setidaknya kalau aku diam, tidak ada yang tahu kalau aku baru saja mengalami trauma terbesar dalam sejarah per-reinkarnasian: menyadari bahwa aku… seekor kuda.

Jerami di bawahku masih dingin, dan hidungku—eh, moncongku—sedikit gatal karena debu, tapi aku menahan diri. Napas kuatur pelan-pelan. Mataku kupejamkan erat-erat. Kalau pangeran datang, aku akan tampak seperti kuda yang tenang dan anggun, bukan makhluk stres yang baru sadar hidupnya berubah spesies.

Pintu kandang berderit pelan.

Langkah itu… aku langsung tahu. Langkah yang sama yang selalu kudengar setiap kali dia datang, dengan sepatu kulit yang ritmenya tenang tapi mantap.

( * * * )

“Angela,” 

Suara itu lembut, dalam, dan jujur saja—terlalu menenangkan buat makhluk sefrustrasi aku.

Aku hampir membuka mata, tapi buru-buru menahannya.

“Angela, kau kenapa?” 

Lanjut pangeran pelan saat masuk ke kandangku. Aku bisa mendengar kain jubahnya bergesek ketika ia mendekat.

“Apa ada seseorang yang masuk atau mengganggumu?”

Oh tidak. Suaranya terdengar khawatir. Hatiku berdebar kencang—kalau kuda punya pipi, mungkin sekarang sudah merah padam.

Tapi aku tetap diam. Tetap berpura-pura tidur. Dalam hati aku menjerit.

"Ya Tuhan, tolong jangan sadar aku cuma berpura-pura!"

Aku bahkan menambah efek napas panjang agar terlihat realistis.Pangeran tampak menghela napas setelah memeriksaku dan memegang beberapa bagian badanku... maksudku badan kudaku. Dia raba dan dia sentuh dan kadang dia angkat buntut atau daguku.

“Baiklah. Istirahatlah. Aku akan pastikan tidak ada yang mengganggumu lagi.”

Langkahnya menjauh, dan suara pintu kandang kembali berderit menutup.

Aku menunggu. Satu detik. Dua detik. Oke, sepertinya dia benar-benar pergi.

Tapi kemudian—dari kejauhan kudengar suaranya berbicara dengan seseorang, Petugas kandang.

“Bagaimana keadaan Angela?” 

Tanya pangeran kepadanya.

Petugas itu menjawab cepat, nada suaranya agak gugup. 

“A-ah, Tuan, tadi… kuda itu tampak sangat kaget. Ia melihat bayangannya di cermin yang dibawa untuk pemeriksaan, dan sejak itu… ia tidak mau bergerak sama sekali.”

Keheningan. Lalu suara pangeran yang terdengar pelan, nyaris tak percaya.

“Melihat bayangannya…?”

Aku hampir ingin menjerit dari dalam kandang.

"YA, ITU AKU, TUAN! AKU NGGAK SIAP LIHAT WAJAH KUDA DI DEPAN CERMIN!"

Tapi tentu saja, yang keluar dari tenggorokanku cuma desahan aneh.

“...Hhhuhhh…”

Pangeran mungkin mendengarnya, karena ia menoleh sebentar ke arahku sebelum akhirnya pergi. Sementara aku hanya bisa menunduk, menatap bayangan samar moncongku di ember air.

“Ya ampun…” 

Lihat selengkapnya