“Hei..., hei.. bangun, Alu. Sudah saatnya kau membantu kakek mu ini..”
“Uhhnn??” Seorang bocah mungil mengusap-usap kedua matanya, dengan setengah sadar dia mulai turun dari tempat tidurnya. “Sudah jam berapa ini, Kek?”
“Tenang saja, ini baru pukul 7 pagi.., tapi lain kali berusahalah untuk bangun sendiri, OKE?!”
“YAAH!” jawab si bocah dengan bersemangat.
Diruang makan,
“Jadi apa kau masih ingat misi kakek hari ini??” tanya sang Kakek sambil meneguk segelas air.
“Yahh! Aku harus bisa membuat kakek terlihat seperti pahlawan sepenuhnyaa!!” jawab si bocah dengan ceria.
“Uhuk..uhukk...”
“Ka-kakek tak apaa??” raut ekspresi si bocah langsung berubah menjadi khawatir.
“Iya..iya..maafkan kakek, Alu. Kakek hanya tersedak.. lagipula apakah menurutmu dengan membantu penduduk desa sudah membuat kakek terlihat seperti seorang pahlawan??” tanya sang Kakek sambil mengelus-elus helai rambut perak milik sang bocah.
“Tentu saja!! Kakek selalu menolong mereka tanpa meminta apapun... suatu hari aku ingin menjadi seperti kakekk!!”
“Ho..hoho.., tapi ingat, Alu. Jangan sampai kau sudah tua seperti kakek baru mau menolong orang.. paham?”
Si bocah merespon dengan tertawa kecil.. membuat sang Kakek gemas dan mencubit pipi tembem miliknya, “Berganti pakaianlah.., kakek akan menunggumu didepan...”
“Baik, Kek!”
Sang Kakek melangkah keluar dari gubuk kecil miliknya, sinar mentari pagi menerangi desa Zamias, terlihat beberapa penduduk yang sudah memulai aktivitas pagi hari mereka, sambil menatap ke langit Sang kakek tersenyum kecil, “Sudah 5 tahun sejak kejadian itu dan tampaknya masih belum ada tanda-tanda bahwa si penyihir akan datang.. Aku harus kuat.. 15 tahun ke depan..., apakah desa ini masih akan seindah ini?”
Di lapangan kota,
“Baik semuanya, hari ini aku akan melatih beberapa pendatang baru yang akan melindungi keluarganya kelak.. harap semuanya dapat bekerja sama dengan baik... tidak ada yang namanya senior ataupun junior, mengerti?!”
“YAAH!!!”
Sang kakek pun mengeluarkan pedang yang diwariskan dari buyut ke buyutnya, SRINGG! Pantulan cahaya mulai terlihat saat perlahan-lahan pedang ditarik keluar dari sarungnya. Pedang milik sang Kakek memiliki bentuk layaknya katana milik samurai.. tipis, panjang, dan tentunya mematikan.