Sudah hampir setengah jam Bian dan Dani bersembunyi dibawah jembatan, Cuaca semakin mendung disusul dengan air sungai yang bertambah dingin membuat Bian sedikit mengigil.
"Bertahanlah sedikit lagi Dek!" pinta Dani, ia masih sibuk menatap kesegala arah yang bisa dijangkau olehnya dan tak sedikitpun ia mengurangi penjagaannya saat ini.
"Kakiku bisa-bisa malah kram kak kalau berdiri didalam air terus, mendingan kita gabung sama papa aja"
"Papamu ada urusan lain, jadi nurut aja samaku!"
"Hmmm..."Gumamnya yang mulai malas berargumen dengan Dani. Kini ia hanya menghabiskan waktu memainkan air sungai itu dengan memercik-mercikkannya saja seakan hal itu memberikan hiburan yang menyenangkan, sampai akhirnya suara bocah kecil yang memanggil nama mereka membuat Bian merasa ketakutan dan menggenggam erat lengan baju Dani.
"Tenanglah, semua akan baik-baik saja dan jangan jauh dariku" Dani berusaha memimpin kali ini, ia bersiap-siap menggenggam pisau ditangannya dan tetap fokus merasakan kehadiran Peter disana.
"Bian!!!"Panggilnya, "Dani!!!"
"Dimana papi dan mamiku?" Tanya Peter yang perlahan-lahan suaranya makin terdengar jelas dengan langkah kaki terseret-seret, begitu ia mendekati jembatan rasanya seluruh bulu kuduk terasa merinding dan aura dingin semakin menusuk kulit saja.
Saat ini yang bisa dilakukan oleh Dani dan Bian adalah bertahan dibawah jembatan dengan rasa takut yang semakin mengikis keberanian mereka, Beruntungnya Kali ini Bian mendengarkan ucapan dani untuk tetap diam ditempat sebab sebelumnya kita bisa mengetahui bagaimana keras kepalanya anak itu.
"Dimana kalian bersembunyi? Aku akan menemukan kalian!" Peter terus menerus memprovokasi keduanya, meninggalkan perasaan takut yang semakin menguras tenaga.
Bian berulangkali menarik lengan baju Dani, ia benar-benar tak tahan lagi kali ini dan ingin menangis ataupun berlari dari sana ditambah lagi kakinya yang sudah terasa pegal dan sedikit kram.
Namun Dani sama sekali tidak menggubris keinginan Bian, ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja sebagai isyarat tidak setuju.
"Apa kalian bersembunyi dibalik pohon? Atau dibawah jembatan?"
"Dia tahu?" Tanya Bian pelan, Dani hanya menggelengkan kepalanya saja, sepertinya ia belum sanggup untuk berbicara pada saat ini.
"Dengar! Saat ku bilang masuk kedalam air, kau harus menurut!" Lirih pelan Dani, ia langsung memposisikan dirinya menghadap kearah Bian dan menggenggam kedua bahu anak itu.
"Aku tidak menemukanmu dibalik pohon, aku akan memeriksa kalian di bawah sungai. Tunggu ya!" Peter berjalan pelan menuju bawah jembatan, disaat yang bersamaan pula lah Dani memberikan perintah kepada Bian untuk masuk kedalam air.
"Sekarang!" Ucapnya pelan, ia langsung menahan Bian didalam air dan memaksa dirinya sendiri untuk bertarung melawan diri sendiri didalam air.
Cukup lama mereka harus menahan diri didalam air,Sampai bian yang memang tidak biasa menahan nafas didalam airpun hanya bisa menggerutu dibalik wajahnya seakan memberikan isyarat kalau ia sudah tak tahan lagi dan ingin keluar dari sana.
Namun Dani berusaha menahan tubuhnya tetap didalam air, ia tak mau kesalahan bodoh ini membunuh keduanya .
Tentunya kelakuan Dani jelas membuat Bian meronta-ronta hingga membuat air sungai menjadi sedikit bergelombang , sama saja hal itu memberikan kecurigaan bagi peter yang sudah berada ditepi sungai dan hanya berdiri menatap sungai tersebut.
Dani yang sudah mulai putus asa, langsung memeluk tubuh anak itu dan memutuskan untuk menyelam lebih jauh kedasar sungai dan berenang menjauhi area itu.
Ia tahu ini lebih beresiko tetapi baginya ini adalah jalan keluar terbaik yang bisa dilakukan oleh Pria tersebut, bahkan sampai Anak itu mulai lemas karena tidak bisa bernafaspun Dani tidak perduli dan terus berenang seakan ia hanya memperdulikan hidupnya saja.
"Kalian sudah pergi dari sini, padahal akan menyenangkan melihat air sungainya bergelombang!" Ucap peter yang kekanak-kanakan, ia langsung berjalan mengikuti arus sungai dan sialnya langkah peter tertahan oleh kehadiran sesosok Perkebun yang baru saja kembali dari ladangnya.
"Hey nak, jangan main disuungai sendirian! Bahaya!" Peringat Bapak tua itu, layaknya orang tua yang menasehati anak kecil .
Peter hanya tersenyum saja menatap bapak tua itu, ia sedikit demi sedikit berjalan mendekati Bapak tua yang tidak tahu apa-apa itu.
"Dimana papi dan mami?" Tanyanya, bapak tua itu terlihat bingung dan merasa ada yang aneh pada anak tersebut dengan pakaian yang kuno dan lusuh serta tatapan yang tajam dengan campuran wajah yang tidak terlihat seperti orang Indonesia.
"Kau bukan orang Indonesia ya? Papi dan mami mu emangnya kemana?" Tanya balik si bapak tua.
"Kenapa kau bertanya balik?" Peter mulai kelihatan marah, " Kau Bohong, kau bilang akan memberitahuku tetapi kau sendiri tidak tahu!!!" Bentaknya, dalam sekejap ia sudah ada dihadapan bapak tua dan menggigit tangan sibapak tua yang langsung menjerit kesakitan.
"Dimana papi dan mami?" Tanyanya lagi, tetiba sibapak tua hanya menggelengkan kepalanya saja, dan hal itu membuat peter semakin mengamuk.
Ia mencakar badan bapak tua tersebut, hingga kulitnya mengoyak dan tetesan darah mengalir deras membanjiri tanah.
"Tolong!!!" Teriak sibapak tua, Peter hanya tertawa saja.
Ia mengeluarkan seluruh isi dari perut Bapak tua itu, dan menekan keras jantung serta empedu bapak itu .
Hingga tak beberapa lama bapak itu menghembuskan nafas terakhirnya disana, ia benar - benar sial hari ini hingga tak menyadari kalau ia tengah berbincang dengan seorang iblis yang jahat.