Diterik matahari yang mulai membakar kulit, Danni masih tetap berlari sembari menggendong bian dipunggungnya dan berharap mereka berdua bisa melarikan diri dari kejaran peter. Hingga akhirnya langkah Danni terhenti oleh suara lirih bian yang mulai sadar.
"Kau udah sadar? Sekarang kau sudah bisa jalan gak?" tanya Danni begitu ia melihat kedua mata bian terbuka, bian tak banyak mengeluh dan hanya mengangguk saja lalu ia segera turun dari punggung danni.
"Aku harusnya gak perlu ikut-ikutan dengan rencana kakak yang gagal itu," keluh Bian .
"Sudahlah jangan mengeluh,lagian saat ini kita cuman berlari sambil bisa berharap agar ayahmu dan yang lainnya bisa menemukan cara memusnahkan makhluk itu dikarenakan kau gak ingat sama sekali apapun tentangnya. " Ia mulai memperlambat langkahnya dan berjalan pelan guna mengikuti langkah kecil bian yang jauh lebih lemah daripada dirinya.
"Harusnya aku masih tetap bersama nathan saat ini, semoga aja dia baik-baik saja, " gumam pelan Danni yang masih jelas didengar oleh bian yang lebih memilih mengacuhkan saja Celotehan danni dan tetap fokus berjalan sampai akhirnya danni merasa letih dan meminta istirahat sejenak disebuah gedung terbengkalai dipinggir jalan.
"Ayo masuk sana!" ajak Danni, bian menolak.
"Baiklah, kita lanjutkan perjalanan lagi, " keluh Danni yang berusaha mengalah dan menuruti kemauan bian, disaat yang bersamaan bian melepaskan kalung liontin yang digenggamnya dan menunjukkannya pada Danni.
"Apa ini?" tanya danni.
"Aku berbohong, " jawabnya, lalu memalingkan wajah dari danni.
"Bohong? Tentang apa?" tanya Danni.
"Alasan dia tidak membunuhku, " ucapnya ragu, yang membuat danni berhenti dan memegang bahu bian disaat itu juga sambil menatapnya tajam.
"Kau jangan bercanda, apa maksudmu?"
"Buku yang kubilang waktu itu cuman kebohongan belaka saja."
"Kau...Apa maksudmu? Kau jangan bercanda, kau tahu karenamu kita jadi terpisah dari mereka!" bentak Danni, "Kau bahkan membuatku terpisah dari keponakanku sendiri."
"Maaf," lirihnya yang langsung menunduk dan menangis.
"Sekarang lebih baik kau jelaskan padaku, Kenapa kau melakukan ini? Dan apa maksudnya kalung ini?"
Bian terlihat ragu dan memperhatikan sekelilingnya sejenak sebelum ia berbicara.
"Dia yang menyuruhku, peter membisikkan hal tersebut padaku, " tukasnya membela diri meskipun ada raut wajah sesal dalam dirinya.
"Dia bilang kalau aku bilang seperti itu, dia akan melepaskanku dan papa, lalu menghabisimu dan orang yang ikut bersamamu, Tapi malahan sekarang kau dan aku.. kakak pasti tahu apa maksudku kan?"
Danni hanya bisa membungkam saja, ia tak habis pikir akan semua ini dan rasanya ia terlalu lelah untuk berlari lagi dengan harapan yang sudah pupus.
Dengan raut wajah putus asa, ia menjatuhkan dirinya diaspal dan terduduk lemas sembari mencengkeram erat kalung yang diberikan oleh bian.
"Oh iya, aku juga mau ngasih tahu ke kakak, kalau sebenarnya Kalung itu satu-satunya alasan kenapa aku belum mati sampai sekarang."