"Dani,mama barusan dapat kabar kalau temanmu si bima telah meninggal dunia" Ucap ibunya Dani dari luar kamar,seketika sontak berita itu menjadi sebuah kabar buruk baginya dan rasa takut membelenggu dirinya sehingga sudah berminggu-minggu yang lalu dirinya memilih bersembunyi di bawah ranjang tempat tidur dengan bayang-bayangan anak kecil itu.
"Mama harap kamu segera keluar nak,kau tak mungkin harus bersembunyi di balik kamar dan mungkin kau bisa ceritakan masalahmu padaku,nak" Setelah itu suara ibunya menghilang.
Kini suasana kamarnya sangat sunyi,hanya jeritan ketakutan dan depresi yang keluar dari mulut Dani hari ini. dia terus-menerus bersembunyi di bawah ranjangnya sembari meringkuk ketakutan sampai waktu berjalan begitu cepat dan rembulan memperlihatkan wajahnya.
Akan tetapi dia masih kukuh untuk kembali mengurung dirinya dikamar seperti biasanya,sebab memang setiap malam Peter akan selalu menghantui lelaki itu dengan cara mengetuk-ngetuk jendela kamarnya yang menghadap langsung kearah ranjangnya sembari menjerit-jerit menagih ucapan Dani beberapa waktu yang lalu.
" Dani.." Sebuah suara yang tidak asing lagi bagi lelaki itu,kini terdengar jelas memanggil namanya.Namun suara itu semakin buas dan penuh percaya diri seusai merenggut nyawa temannya Dani.
"Dani, Beritahu aku!" Jeritnya keras,Dani masih tetap diam meringkuk di bawah ranjang,dia ingin sekali berteriak tetapi hal itu nanti malahan membangunkan ibunya yang tertidur lelap dan malah akan membahayakan keselamatan ibunya.
"Ayolah Dani,jangan bermain-main dengan ku" dia mendekatkan wajahnya yang sangat polos dikaca jendela itu,matanya terlhat lesu dengan kantong mata yang bewarna merah gelap dan wajah kusam yang telah lama tidak dibersihkan, ekspresi wajahnya benar-benar bisa menipu siapapun yang dijumpainya untuk merasa iba terhadap bocah kejam itu.