Danny tersadar dari pingsannya, dia menatap linglung keseluruhan ruangan dan mendapati beberapa orang berseragam putih tengah memeriksa tubuhnya.
"Keponakan saya mana dok?" Tanya Danny setengah sadar, dokter wanita itu hanya tersenyum saja melihat pasiennya telah sadar.
"Syukurlah kamu sudah sadar, keponakan kamu ada diruangan ICU" jawabnya.
"Bagaimana kondisinya,dok?" wajah dokter itu seketika berubah, rautnya terlihat jelas mengatakan kalau luka Nathan cukup laah dibandingkan diriku.
"Boleh aku melihatnya?" Tanyaku berusaha bangkit, tetapi langsung ditahan dokter itu dan akhirnya membuat ku mengalah dan memutuskan untuk tetap berbaring.
"Apa yang terjadi,Danny?" Teriak keras bibi yang langsung mendobrak masuk keruangan ku, aku langsung bangkit dari ranjang dengan tubuh yang amat lemas dan berusaha memeluk bibi yang tengah mengamuk hebat.
"maaf buk, tetapi pasien butuh istirahat" Bela dokter wanita itu, dia berusaha untuk menenangkan bibi,tetapi tetap saja bibi sama sekali tidak bisa mengontrol emosinya dan menarikku keluar ruangan, entah ke mana bibi membawaku yang hanya bisa ikut saja tanpa ditengah kondisi yang masih lemas dan nyeri di perutku bekas tusukan pisau oleh Peter.
Hingga langkah kami terhenti didalam sebuah ruangan yang memperlihatkan tubuh seorang anak kecil yang dibaluti perban putih disekujur tubuhnya, anak itu menatap
kami penuh hampa .
"Kamu harus pergi membawa Nathan sekarang juga, Danny" Tukas bibi memelas sembari memegang tangan Danny.
"Aku tak ingin anakku mati lagi ditangannya, dia telah membunuh Nara" Keluhnya, dia masih terus berlarut-larut didalam tangisannya.
"Arghh..." jerit paman yang langsung terjatuh kelantai setelah membuka pintu, lantas bibi langsung memeluk suaminya itu dan menutup perdarahan yang berada dileher suaminya itu.