The Cursed Fragment; The Fragment of Life

Unpopularword
Chapter #3

Perantara Dua Dunia

Mrs. Skittles jelas-jelas bisa dipenjara sebab mengganggu rapat rahasia petugas federal. Seandainya ia tahu kami berdua bekerja untuk pemerintah, tentu saja ia tidak akan menjeritkan nama kami berdua sampai urat-urat lehernya mengeras. Tidak perlu memiliki telinga rubah untuk mendengar desas-desus melantur tentang diriku, misalnya aku pernah menghancurkan sebuah kursi malang dengan bokongku. Tentu saja Dace juga dibicarakan oleh gadis-gadis, tapi bajingan beruntung itu dapat bagian baik-baiknya saja.

Seorang dari Ras berwujud setengah ular piton setengah gadis tropis eksotis bernama Teresia, menggoda Dace dengan juluran seksi lidah bercabangnya dan kemilau menyilaukan mata lebar sewarna hijau zamrud khas faksi Penerawangnya. Lalu Dace memberinya harapan berupa senyuman bayangan. Sialnya, Teresia menggila dan menjambak rambut pendek sebahu peraknya sendiri.

Dace tidak mempedulikannya dan melangkah terus, ke sebuah arena kecil yang muat dua orang. Sebuah medan gaya tidak terlihat berbentuk gelembung membiaskan cahaya menjadi warna pelangi, itu adalah akumulasi Avalos kami sekelas. Saat aku melangkah gontai menuju arena—sebab tahu sebentar lagi bokongku akan ditendang—orang-orang yang semula sibuk di sekitar taman luas ini, mulai mendekat dan mengerumuni kami. Beberapa dari mereka berjalan layaknya manusia biasa, beberapa dari mereka melata, beberapa dari mereka terbang dan melayang di atas medan gaya.

Ini memang bukan yang pertama buatku, namun perhatian sebanyak ini berhasil membuat pikiranku kalut dan perutku terasa ditinju keras. Satu-satunya yang berhasil kugapai dari pekatnya asap kelabu di dalam pikiranku hanya lah ‘bagaimana cara Teresia pipis?’

Tiba-tiba saja aku sudah berada di arena dan berhadapan dengan Dace yang sudah memasang kuda-kudanya. Kerongkonganku kering, kakiku mulai goyah saat memasang kuda-kuda, tanganku gemetar hebat seraya otakku memilih mantra yang cukup menjatuhkannya.

“Ingat teori kalian, praktik ini akan bernilai sangat tinggi, dan hanya untuk menjatuhkan saja!” perintah Mrs. Skittles tegas sembari berkacak pinggang. Sebagai seorang Peubah Wujud, aku merasa inferior kepada Dace yang murni dilahirkan sebagai seorang Penyihir.

Di sekitarku, suara-suara tanpa makna mulai membangun tinggi dan yang kudengar jelas hanyalah debar jantungku sendiri juga aba-aba untuk menyerang. Kilas sehijau mata Teresia berkecepatan tinggi menyentakku sebelum akhirnya semuanya berubah gelap.    

~

Dace menjelaskan bahwa mantra peninju satu katanya membuatku tidak sadarkan diri sampai satu jam lamanya, kemudian ia menceritakan setiap detail memalukannya padaku yang belum sadar sepenuhnya. Saat penglihatan dan pikiranku mulai tersambung, aku tersadar kalau aku terbangun di ruang medis kampus. Kecil, putih suram, memiliki dua kasur kecil dan bau obat-obatan.

Tidak lama, nada suara Dace menurun.

“Nah, sebagai permintaan maafku, kau bisa menggantikan posisiku sebagai Perantara Dua Dunia di Dewan. Datanglah nanti malam sebagai penggantiku bersama Daendylus.”

Kemasyhuran langsung tehampar dalam nalar pendekku. Aku menggangguk, ia menepuk pundakku dan pergi dari sana sambil menyisir rambut pirangnya dengan jemari-jemari panjangnya. Sebelum membuka pintu, ia berbalik kepadaku dan berkata, “Lealah tadi menjengukmu dan katanya dia khawatir.” Kalimatnya diakhiri decakan cepat dan kedipan sebelah matanya yang tidak ditutupi pelindung mata. 

Oh wow, Lealah akhirnya memerhatikanku. Aku terpaku di kasur keras, memikirkan ketidakmungkinan kejadian itu. 

Aku menunggu hingga malam di kampus, lalu, memanggil motorku. Ia datang dan seperti neon jingga berkecepatan tinggi, motorku membelah malam. Motorku yang aerodinamik menembus gemerlap gedung-gedung kaca dengan lampu warna-warninya yang tenggelam dalam gelapnya malam. Dua persimpangan lagi dan aku akan sampai ke jalan 34th, wilayah pertokoan antik, tempat di mana toko herbal Daendylus sekaligus tempat tinggalnya berada. Berkali-kali klakson mobil menjerit. Namun, aku begitu sibuk menyalip di antara mobil-mobil lain dan meninggalkannya bersama angin.

Bunyi ‘bip’ keras terdengar di ujung telingaku. Layar motorku mulai menyala, motorku mulai melambat dan menepi secara otomatis di depan trotoar jalan di mana sebuah pusat perbelanjaan berdiri megah. Orang-orang dari berbagai Ras keluar-masuk tidak habis-habisnya dari pintu lebar dan tinggi yang sisi kanan-kirinya dipenuhi iklan digital berbagai pakaian dan makanan.

“Kau pasti bercanda.”

Sebuah suara halus, namun mengganggu memenuhi sebagian alat komunikasiku.

“D, aku sedang di jalan, oke?”

“Tidak, kau pasti bercanda ia tidak datang.”

“Apa maksudmu?”

“Aku benci mengatakan ini, tapi, Dewan ingin kau menggantikan tempat Dace selamanya jika ia tidak datang di rapat ini.”  

Kerongkonganku terasa kering. Bagiku, menjadi seorang pengantar surat di Badan Penyelidikan Kota sudah cukup melelahkan, bahkan aku punya rencana untuk mundur tahun depan. Namun, menjadi Perantara Dua Dunia? Tidak, tidak, tidak. Karirku sebagai seorang pemain Thrones masa depan akan terancam.

“D, aku—“ Daendylus langsung memotongnya dari seberang sana.

Lihat selengkapnya